Categories: FEATURES

Sedari Pagi Hingga Larut, Pejuang Budaya Justru Terpajang di Pinggiran Jalan

Moment Hari Noken ke 14, Sebuah Benda Budaya yang Membanggakan Namun Terabaikan

Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia budaya tak benda pada 4 Desember 2012. Sepatutnya ada upaya lain untuk keberlanjutan. Dulu Pemkot Jayapura  sempat mewajibkan menggunakan noken. Tapi sekarang  hilang.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura

Hari ini (4 Desember)  dunia memperingati hari noken ke-12. Sebuah momen bersejarah bagi mama perajut noken karena dari perjuangan seorang Titus Pekei dan tim yang mendampinginya akhirnya noken mendapat pengakuan dari Unesco sebagai warisan budaya tak benda.

Ketika itu 4 Desember 2012, Titus Pekei menggunakan busana anyaman noken menghadiri langsung penobatan tersebut. Ia bangga karena dari Papua ternyata ada benda yang menjadi tradisi dan budaya orang Papua yang mendapat pengakuan dunia.

Iapun pulang melaporkan tentang kabar bahagia tersebut dengan harapan ada perhatian lebih yang bisa dilakukan pemerintah Provinsi Papua terkait  noken mendapat pengakuan dunia. Ada banyak upaya yang sudah dilakukan namun Titus mengaku ekspektasinya terlalu tinggi. Awalnya ia cukup yakin karena setahun kemudian dilakukan peletakan batu pertama pembangunan galeri atau museum noken di Taman Budaya Expo Waena.

Namun kesini-kesini bangunan tersebut makin tidak jelas. Tak kunjung dibuka sehingga sempat rusak. Baru-baru ini saja bangunan berwarna dominan silver itu mulai terlihat aktif. Titus berharap kebanggaan tersebut tidak hanya diperingati setiap tanggal 4 tetapi sepatutnya menjadi kebanggaan dari sanubari.

“Besar keinginan agar noken mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Bisa terkait keberlanjutannya, pelestariannya, tradisinya hingga regenerasinya,” kata Titus dalam pesannya, Selasa (3/12).

Ia menyampaikan bahwa noken adalah wadah kehidupan yang terdaftar namun membutuhkan perlindungan mendesak untuk selamatkan, merupakan simbol identitas, kearifan, dan kemandirian masyarakat adat budaya Papua Tahun ini.

Untuk tahun ini pihaknya mengangkat tema “Masyarakat Noken Papua Kembali ke Kearifan Lokal”. Tema ini menyapa komunitas budaya dunia, masyarakat adat budaya Papua terutama generasi muda penerus, untuk kembali menghormati, menghargai dan melestarikan kearifan lokal yang terkandung dalam noken peradaban manusia Papua.

Titus menyampaikan bahwa noken adalah bahasa Papua, seperti halnya tas dalam bahasa Indonesia atau bag dalam bahasa Inggris.

“Kearifan lokal tercermin dalam teknik pembuatan noken rajutan tangan, noken anyaman tangan dan noken sulaman tangan dengan pemanfaatan bahan alami berasal dari bahan alam hutan hujan tropis, serta nilai-nilai sosial,” bebernya. Pengakuan noken sebagai warisan budaya tak benda Unesco merupakan momentum bersejarah bagi Papua di mata dunia.

Page: 1 2

Juna Cepos

Share
Published by
Juna Cepos

Recent Posts

Gubernur: Jangan Ganggu Cycloop!

  Namun, jika sudah terlanjur gundul. Melalui program pemerintah, pihaknya akan melakukan penanaman kembali sebagai…

8 hours ago

Kolam yang Dulu Terisi Air Bening Menyegarkan, Kini Kompleks Terkesan Angker 

  Hanya saja, karena kendala operasional, di mana pemasukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan biaya…

11 hours ago

Stok di Gudang Bulog Capai 24.158 ton

Kepala Perum Bulog Kanwil Papua Ahmad Mustari, memastikan, beras yang dimiliki Bulog Papua cukup untuk…

14 hours ago

Provinsi Papua Masuk Daftar TPID Berkinerja Terbaik 2025

Terkait dengan penghargaan tersebut, Gubernur Papua, Matius D Fakhiri mengaku bahwa apa yang diraih tak…

15 hours ago

Pegawai Virtual “Mace Yako” Mulai Layani Masyarakat

Kepala Dukcapil Kota Jayapura, Raymond J.W. Mandibondibo, menjelaskan bahwa Mace Yako merupakan pegawai virtual yang…

16 hours ago

Wali Kota Harapkan Rakor KNPI Hasilkan Pemikiran Strategis

Wali Kota Abisai Rollo menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan Rakor yang dinilainya menjadi momentum penting untuk…

17 hours ago