

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong melambaikan tangan kearah suporter usai pertandingan.
*Catatan Hinca IP Pandjaitan
“Sepakbola kita ini tak pernah sepi drama. Bergeser sedikit dari lapangan, selalu ada dinamika yang meletup bagai guncangan kecil, memicu efek domino di ruang ganti.”
Begitu kira-kira penggalan gumam saya ketika menatap derasnya reaksi publik pasca pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia pada 6 Januari 2025 lalu. Berangkat dari sudut pandang sebagai orang yang pernah duduk belasan tahun di PSSI, saya memahami betul bagaimana ketegangan-ketegangan di belakang layar kadang lebih berpengaruh daripada adu taktik di atas rumput hijau.
Saya paham, masyarakat kita sedang terbelah oleh emosi dan pertanyaan: “Mengapa harus STY yang dipecat? Bukankah ia telah sukses mengantar Timnas ke level yang lebih tinggi?” Saya, secara pribadi, pun ikut menelan ludah penuh kejutan.
Bagaimanapun, kita tak bisa menampik fakta: di tangan STY, Timnas Indonesia perlahan terangkat dari peringkat FIFA 153 (pada 2021) menuju 125 saat ini. Butuh keberanian besar untuk membuat lompatan semacam itu, apalagi kondisi awal Timnas kala itu belum benar-benar menyala. STY datang membawa ekspektasi publik sedemikian tinggi, dan tak sedikit di antaranya kini kecewa berat atas pemecatan ini.
Tapi sekali lagi, sepakbola tidak cuma soal hasil di atas kertas, melainkan juga soal harmoni. Dari kacamata saya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir, atau yang akrab disapa ET, tampaknya menghadapi situasi yang cukup kompleks terkait dinamika antara pelatih dan pemain—terutama para pemain diaspora kita. Sebetulnya, ini bukan soal siapa benar dan siapa salah. Lebih tepatnya adalah bagaimana sang Ketua Umum mengambil langkah yang dirasa paling tepat demi menjaga atmosfer ruang ganti agar tidak menjadi “tong mesiu” yang sewaktu-waktu meledak lebih dahsyat.
Menurutnya, para relawan ini merupakan garda terdepan penyebaran informasi, penjangkauan komunitas serta pendampingan masyarakat dalam…
Hasil pemeriksaan memastikan bayi berjenis kelamin laki-laki itu meninggal akibat jalan napasnya terhambat karena adanya…
Selain tiga pemain di atas, pemain lainnya yang dipastikan berpisah dengan Persipura itu Josua Isir,…
Tim Persipura Jayapura dijadwalkan melakoni empat laga ujicoba selama menjalani pemusatan latihan di Jakarta. Tim…
Insiden tersebut mengakibatkan dua orang meninggal dunia, masing-masing Sugianto (43) dan Hardiyanto (39). Sementara itu,…
Persewar yang musim lalu terdegradasi dari Liga 2 masih menghadapi persoalan internal dan kesulitan finansial.…