Categories: BERITA UTAMA

Kisah Lahirnya Kembar Siam yang Sempat Ingin Digugurkan

JAYAPURA – Di tengah keterbatasannya dengan anggaran dan peralatan, ada saja gebrakan yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura. Jumat (17/1) Januari 2025, tim dokter RSUD Jayapura berhasil melakukan awake craniotomy, sebuah teknik operasi bedah saraf yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di kota-kota besar Pulau Jawa seperti Jakarta dan Bandung.

Lalu, Jumat (24/1) kemarin. Enam dokter melakukan tindakan medis terhadap seorang ibu Dina yang melahirkan bayi kembar siam bagian dada dan perut. Proses kelahiran bayi ini menjadi perhatian besar, bukan hanya karena kasusnya yang langka tetapi juga perjuangan panjang yang dilalui sang ibu, tim medis, dan para dokter spesialis untuk menyelamatkan dua nyawa sekaligus.

Kisah ini bermula sekitar sembilan bulan lalu ketika sang ibu diperiksa melalui USG dan ditemukan indikasi kembar siam. Spesialis Kandungan, dr. Jefferson Nelson Munthe, SpOG (K), M.Kes, SubSp Fetomaternal yang menangani mendapati bayi kembar perempuan mengalami dempet di dada. Ia kemudian membentuk tim dengan melibatkan beberapa dokter spesialis, dokter bedah, dokter anak juga dokter jantung dan dokter anestesi.

Kembar siam yang berada di inkubator usai dilakukan tindakan medis di RSUD Jayapura, Jumat (24/1). (Elfira/Cepos).

Operasi berlangsung sekira pukul 10.30 WIT dan selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Kedua bayi perempuan lahir dengan selamat pada pukul 10.55 WIT meski dalam kondisi dempet. “Proses operasi berjalan dengan lancar. Ia berjalan seperti operasi biasa melahirkan anak normal, tak ada kendala berarti selama proses operasi berlangsung,” kata dr. Jefferson.

Sementara itu, Ketua Tim Bayi Kembar Siam RSUD Jayapura, dr. James Timothy, M.Kes, Sp.A (K) menjelaskan, bayi kembar berjenis kelamin perempuan itu lahir sekira pukul 10:55 WIT.

“Kondisi bayinya berdempetan di dada sama perut, saling berhadapan dan posisinya berpelukan,” terang dr James. “Selanjutnya kita akan melakukan pemeriksaan lengkap, apakah organ di dalamnya melekat atau bagaimana, itu kita harus periksa lebih lanjut,” sambungnya menerangkan.

Page: 1 2

Juna Cepos

Recent Posts

Banyak Kasus Pelanggaran HAM Tak Tuntas

Indonesia sendiri meratifikasi kedua kovenan tersebut pada tahun 2006. Menurut Syufi, kedua instrumen tersebut memberikan…

13 hours ago

Kinerja Kejati Papua Dipertanyakan

Menurut Frits, penegakan hukum harus dilakukan secara profesional objektif dan akuntabel, serta menjunjung tinggi nilai-nilai…

13 hours ago

PAD Papua Tahun 2026 Diproyeksikan Turun Menjadi 2,3 Triliun

Pendapatan tersebut terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp563 miliar lebih. Pendapatan transfer sebesar…

14 hours ago

Polda Papua Siap Hadapi Berbagai Situasi Kontinjensi

Apel dipimpin langsung oleh Wakapolri Komjen Pol. Dedi Prasetyo, didampingi Kapolda Papua Irjen Pol. Patrige…

14 hours ago

Mentan Klaim Masyarakat Menerima PSN

Menurutnya, PSN di Papua, termasuk di Merauke, dibangun untuk memenuhi kebutuhan beras daerah. Dalam prosesnya,…

15 hours ago

Pemerintah Siapkan 20 Ribu Hektare Sawah Baru di Papua

Mentan menegaskan bahwa pembukaan lahan sawah baru merupakan upaya pemerintah pusat untuk menjaga stabilitas stok…

15 hours ago