Site icon Cenderawasih Pos

Dianggap Ganggu Ketertiban, Massa FMRPAM Dibubarkan Paksa

Front Mahasiswa dan Rakyat Papua Anti Militerisme (FMRPAM) menggelar demo di Gapura Uncen menyuarakan kasus kekerasan terhadap orang Papua, Selasa (2/4) kemarin. (foto: Karel/Cepos)

JAYAPURA-Front Mahasiswa dan Rakyat Papua Anti Militerisme (FMRPAM) menggelar demonstrasi di beberapa titik di Kota Jayapura Selasa (2/4) kemarin.

Beberapa titik tersebut yakni di Perumnas II Waena, Kampus USTJ, Gapura Uncen bawah, dan di lingkaran Abepura.

Di Gapura Uncen bawah daerah Abepura massa aksi melakukan orasi secara bergantian, sembari membentangkan spanduk berisi tuntutan.

Ya, sejak pukul 07.00 WIT massa mulai berdatangan, mereka melakukan orasi serta membawa pamlet dan spanduk. Dan orasi yang dilakukan tak berlangsung lebih dari 2 jam, sekira pukul 09.00 WIT aparat yang berjaga-jaga di lokasi aksi melakukan pembubaran paksa.

Sebelum melakukan pembubaran paksa, kepolisian melalui Kapolsek Heram, AKP Frengky Rumbiak  sempat berdialog dengan massa dari arah Waena untuk lebih baik mengurungkan niatnya karena tak ada izin dan tak ada yang bertanggungjawab.

“Karena itu adik-adik lebih baik membubarkan diri dan jangan ada yang mau dimanfaatkan oleh kepentingan tertentu, kasihan adik-adik papua lainnya yang jauh dari kampung ingin menuntut ilmu di sini (Jayapura) tidak bisa mengikuti kuliah,”Kata Rumbiak dalam video di WAG.

  Dalam melakukan pembubaran paksa tersebut polisi mengeluarkan tembakan gas air mata untuk membubarkan para pendemo membuat mereka berlarian melewati rumah-rumah penduduk.

Adapun tuntutan FMRPAM ini yang dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh koordinator aksi Pilipus Robaha dan Wakakorlab Kenias Payage, serta penanggung jawab Aksi Ones Suhuniap menyatakan, makluk yang paling mulia di mata Tuhan adalah manusia sebab, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan sendiri.

Tuhan memberikan manusia memiliki tanggung jawab moral untuk menghormati dan melindungi manusia sebagai makhluk sosial.

Selanjutnya Front Mahasiswa dan Rakyat Papua Anti Militerisme (FMRPAM) dalam pernyataannya mengatakan bangsa Papua saat ini hidup dalam ketakutan, intimidasi, teror, penyiksaan, pembantaian, diskriminasi dan rasisme yang dilakukan oleh Indonesia. Tindakan kekerasan terus terjadi di Papua dan dianggap sebagai binatang, terus dibantai oleh militer Indonesia atas nama kedaulatan NKRI.

Kekerasan militer terhadap orang Papua bukan hal baru merupakan peristiwa berdarah terus terjadi sejak Papua dianeksasi ke dalam Indonesia 1 Mei 1963 sampai saat ini.

Kasus kekerasan militer terhadap orang Papua awal tahun ini terjadi pada 3 Februari 2024 di puncak Papua, dimana 3 orang ditangkap, disiksa dan mengakibatkan masyarakat sipil atas nama Melianus Murib Meninggal dunia.

Kasus kekerasan berikutnya pada tanggal 22 Februari 2024 di Yahukimo dimana 2 pelajar usia 15 tahun disiksa polisi dan saat ini sedang ditahan di Polda Papua. Kasus penyiksaan yang terjadi di Puncak dan yang terus terjadi di Papua sangat bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.Kasus kekerasan di Puncak Papua salah satu potret kekerasan Militer Indonesia di Papua selama 61 tahun.

“Mendesak kepada Dewan Perwakilan Rakyat Papua DPRP dan Melibatkan Majelis rakyat Papua MRP segera dorong Pansus”

“Segera mencopot Jabatan Pangdam Cendrawasih dari jabatanya karena tidak mampu membina anggota dan pernyataan pangdam telah membohongi publik dimana dalam pernyataan menyangkal bahwa video penyiksaan di Puncak Papua adalah Video editan”

“Kami mendesak 13 orang anggota TNI  pelaku penyiksaan di Puncak Papua segera dihukum seberat-beratnya dan memecat  dengan tidak hormat”

“Polda Papua segera hentikan pembohongan publik atas kasus penangkapan dan penyiksaan terhadap dua pelajar di yahukimo dan segera bebaskan dua pelajar tanpa  syarat”  “Kami mendesak Dewan HAM PBB segera ke Papua untuk investigasi kasus pelanggaran HAM di Papua”.

“Segera Buka Akses jurnalis Internasional dan Palang merah Internasional masuk ke Papua”.

“Kami mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk membuka ruang demokrasi bagi rakyat Papua secara bebas untuk menentukan nasib  masa depan sendiri sebagai solusi alternatif mengakhiri konflik politik di Papua” “Segera Tarik militer baik organik maupun non organik dari Papua”

Kabag Ops Polresta Jayapura Kota Kompol M.B.Y.Hanafi, menyatakan pengamanan demonstrasi tersebut pihaknya mengerahkan 400 personel. Masing masing disebar di beberapa tititk.

“Kita bagi menjadi 4 titik, Uncen Bawah, Lingkaran Abe, Expo Waen, Perumnas 3,” ujar saat ditemui di Uncen bawah, Selasa (2/4) kemarin. .(rel/dil/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version