Site icon Cenderawasih Pos

Mengasihi Sesama Serta Tidak Menaruh Dendam kepada Orang Lain

Suasana mengharukan kala kisah sengsara kematian Yesus Kristus diperankan Orang Muda Katolik (OMK) dan Anak Sekami di Paroki Gembala Baik Abepura. (FOTO:Agung/cepos)

Pesan Uskup Emeritus Leo Laba Ladjar OFM

JAYAPURA-Jumat (29/3) kemarin seluruh umat kristiani di dunia merayakan hari raya Jumat agung.

Adapun hari raya Jumat Agung menjadi rangkaian dari Tri Hari Suci Paskah yang diikuti umat, kristiani untuk memperingati kisah penyaliban Yesus Kristus dan wafatnya di Golgota. Jumat Agung biasanya diidentik dengan tradisi cium salib yang dilakukan di masing-masing gereja.

Tak terkecuali di Gereja Katolik St. Agustinus Entrop, dimana misa Jumat Agung dimulai sejak pukul 15.00 WIT.

Pantauan Cenderawasih Pos, misa Jumat Agung yang dipimpin oleh Uskup Emeritus Leo Laba Ladjar itu berlangsung penuh khusuk.

Dalam homilinya mantan Uskup Kesukupan Jayapura itu menceritakan kisah penyaliban Yesus, atau yang biasa direnungkan dalam tradisi jalan salib, dari perhentian pertama sampai perhentian ke 14.

Dikatakan, sebelum Yesus wafat di Kayu Salib di bukit Golgota, terlebih dahulu dia adili oleh orang Yudea dibawah kepemimpinan Pilatus.

Dalam kisahnya atau yang biasa direnungkan dalam perhentian pertama pada kisah perjanjian baru Pilatus memberikan hukuman kepada Yesus berupa hukuman Penyaliban.

Adapun alasan Pilatus memberikan hukuman kepada Yesus karena dianggap sebagai penyebar aliran sesat atau menentang ajaran bangsa Yahudi saat itu.

“Kenapa Pilatus memberikan hukuman penyaliban kepada yesus, karena dia tau bahwa Yesus adalah mesias atau sang raja, namun karena desakan masa yang begitu keras, sehingga pikirannya terombang ambing, sehingga langkah akhir dari putusannya dia memberikan hukuman kepada Yesus berupa gantung di Kayu Salib,” ujar Leo dalam homili.

Kisah ini kata dia menggambarkan bahwa setiap orang percaya bahwa Yesus adalah Jurus selamat, namun keyakinan itu tidak begitu mutlak.

“Karena mungkin saja saat-saat tertentu kita ragu apakah Yesus itu Tuhan atau Jurus Selamat kita, seperti kisah Pilatus yang mencuci tangan dimana ia mengaku tidak bersalah atas penyaliban Yesus, itu jugalah yang terjadi pada diri kita,” kata Leo.

Penyangkalan diri yang dilakukan oleh Pilatus yang menyatakan dirinya tidak bersalah atas penyaliban Yesus lanjut  Leo sering kali di lakukan oleh manusia. Dimana tidak mengakui kesalahan, baik dihadapan tuhan maupun sesama.

“Dari kisah ini, kita diajak untuk merefleksi diri bahwa menjadi pengikut ksirtus maka kita harus berani jujur, dan tegas mengatakan salah jika salah, katakan benar jika benar,” tandasnya.

Hal lain yang menjadi cerminan hidup orang Katolik kata Leo, belajar dari pengalaman Simon dari Kirene.

Kisah Simon orang Kirene itu, atau yang direnungkan dalam Perjanjian Baru, atau pada perhentian ke 5 dalam tradisi jalan salib, menunjukan bahwa dia (Simon red) orang pemberani.

Sebab dia berani menerobos serdadu serdadu yang mengawal penyaliban Yesus menuju Golgota kemudian membantu Yesus dengan memikul salib yang di Pikul Yesus menuju bukit Golgota.

“Kisah ini mengajarkan kepada Kita bahwa menjadi pengikut kristus, harus berani seperti Simon, karena menjadi teladan mengikut Yesus itu berat,” ujarnya.

Selain itu Leo juga mengajak umat Katholik untuk menjadi teladan seperti kisah perempuan bernama Veronika.

Kisah Veronika yang direnungkan dalam Perjanjian Baru, atau pada perhentian ke 6 dalam tradisi jalan salib memberikan makna yang besar.

Dimana Veronika berani menerobos serdadu serdadu atau pengawal yesus menuju bukit golgota, hanya ingin  mengusap wajah Yesus yang sedang berlumuran darah dengan kerudungnya sehingga wajah Yesus tergambar dikerudungnya

“Ini sebagai gambaran kecil bahwa kita harus memiliki rasa simpatik kepada semua orang,” tuturnya.

Dikatakan kisah Yesus lainnya saat di Bukit Golgota dimana meski dirinya digantung di Kayu Salib. Namun dia hanya berkata ” Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat”. Kata itu menunjukam bahwa berdiam atau tidak memberokan perlawanan kepada orang lain,  bukan berati menyerah diri, tapi dia mengetahui bahwa dirinya adalah hamba tuhan yang diajarkan dalam Kitab Yesaya.

“Kisah ini menunjukan kepada kita betapa lemah lembutnya Yesus dia relah di Kayu Salib demi menyelamatkan kita,” tuturnya.

Dia pun mengatakan saat disalibkan, serdadu sedadu ini memberikan tanda di atas kepala Yesus, dengan Tulisan INRI atau disebut Yesus adalah raja orang Yahudi.

Dikatakan, meski tanda yang ditempelkan diatas kepala Yesus di Kayu Salib ini sebagai ejekan, tapi sebagai orang yang percaya kepadanya itu bukan sebuah ejekan, namun menggabarkan sebagai sebuah kenyataan bahwa Yesus adalah raja sang Jurus Selamat.

Itulah Yesus yang kita renungkan yang kini menjadi Imam Agung Kita. Sebagai perantara kepada Bapa, karena kepadanya kita dapat memuji Allah, memuliakan Allah, kepadanya kita dapat memohon pengampunan atas dosa dosa kita,” ucapnya.

Dari kisah itu diapun mengajak umat Katolik untuk selalu meneladani kisah Penyaliban Yesus setiap hari. Dengan mengambil sikap setiap hari terhadap Yesus Kristus. Karena manusia kata dia tidak selalu jalan dengan iman yang kokoh. Oleh sebabnya umat Katolik diharapkan dapat mengambil sikap untuk mengasihi sesama. Serta dengan pengampunan dosa, kemudian tidak menaruh dendam kepada orang lain.

“Mari kita wujud nyatakan kasih setia Yesus Kristus ke dalam hidup kita sehari hari,” pungkasnya

Uskup Emeritus Leo Laba Ladjar OFM, mencium salib, pada misa Jumat Agung di Gereja Stasi Agustinus Entrop. (FOTO:Karel/Cepos)

Sementara perayaan Jumat Agung umat Katolik di Paroki Gembala Baik Abepura tampak begitu khidmat, Jumat (29/3).

Suasana ikut mengharukan kala kisah sengsara kematian Yesus Kristus diperankan Orang Muda Katolik (OMK) dan Anak Sekami di Paroki Gembala Baik Abepura tablo jalan salib hidup.

Tablo yang diangkat dari Injil Yohanes Pasal 18 Ayat 1 sampai pasal 19 Ayat 42,  itu diperagaakan terlebih dahulu pada misa Kamis Putih sehari sebelumnya, ini dikenal dengan Perjamuan Terakhir yang Yesus lakukan bersama muridnya lewat cawan anggur yang melambangkan darahnya, dan roti tak beragi yang melambangkan tubuhnya.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, Jumat (29/3/2024) di lapangan, ribuan umat Katolik memadati halaman Gereja Paroki Gembala Baik Abepura menyaksikan Tablo jalan salib.

OMK Paroki Gembala Baik Abepura dalam peran tablo tersebut mengisahkan bagaimana perjalanan hidup Yesus Kristus dahulu saat diadili, disiksa, dan dihukum mati oleh prajurit-prajurit Romawi.

Aksi ini turut menyita perhatian umat yang hadir saat ikut jalan salib. Umat tumpah ruah memadati halaman gereja sebagai lokasi Tablo jalan salib.

Adapun jalan salib dimaknai sebagai kisah sengsara Yesus Kristus dari Yesus ditangkap hingga Yesus dimakamkan.

Misteri kesengsaraan Yesus diperankan Carlos Falderama Umbop sangat menarik perhatian ribuan umat yanng hadir, Para lakon lainnya juga tampak memainkan peran masing-masing dengan sungguh-sungguh.

Mereka menjalankan tahap demi tahap. Panas matahari yang menyengat kulit tak mereka hiraukan. Mereka tetap fokus menyukseskan Tablo tersebut.

Rangkaian perhentian dari pertama hingga 14 sukses mereka lakukan. Suasana tampak khusuk semua umat larut dalam suasana Jalan salib hidup tersebut.

Hadir juga dalam tablo jalan salib, Pastor Paroki Gembala Baik, Rd. Barnabas Daryana, dan Rd. Petrus hisage, pastor vikaris Paroki Gembala Baik Abepura.

“Ini merupakan suatu kreatif dari anak muda untuk menghidupkan kembali umat dengan melihat langsung peragaan-peragaan yang dilakukan atau dilalui sekaligus dialami Yesus, para murid dan masyarakat pada waktu itu,” kata Rd. Barnabas kepada Cenderawasih Pos, Jumat (29/3).

Lebih lanjut Ia menjelaskan dengan penuh kasih dan cintanya Dia  mengorbankan segala-galanya hingga memikul salib karena dosa dan kesalahannya. Ia mengharapkan dengan kegiatan ini umat memahami sekaligus menghayati serta mengimani Yesus sang penyelamatan, Tak lupa juga,  Rd. Barnabas memberikan apresiasi kepada OMK yang telah mengambil peran dalam mensukseskan Tablo jalan salib tersebut. “Luar biasa memang persiapan kurang lebih dua bulan dan mereka bisa tampil luar biasa, ” terangnya.

Ketua OMK Paroki Gembala Baik Abepura, Jovi Wiran mengaku bersyukur kegiatan Tablo berjalan sesuai dengan rencana awal.

“Saya memberikan apresiasi kepada teman-teman, semangatnya luar biasa antusias sekali, semua berjalan sesuai rencana,” kata Jowi kepada Cenderawasih Pos seusai melaksanakan Tablo Jalan Salib, Jumat (29/3) kemarin.

Lanjut Jovi, momen Jumat Agung ini bukan cuma mengesankan apa yang kami tampil hari ini, tetapi kata Jovi, untuk mengingatkan kembali peristiwa 2 ribu tahun yang lalu yakni kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus.

Diketahui, yang mengabil peran penting dalam kegiatan Tablo Jalan Salib Hidup ini yakni berjumlah 75 orang. (CR-278).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version