Site icon Cenderawasih Pos

Pejabat Negara Pertama yang Mengaku Adanya Pelanggaran HAM masa lalu di Papua

IN MEMORIAM_Almarhum Lukas Enembe semasa hidupnya saat melakukan peninjauan pembangunan Kantor Gubernur Papua. (FOTO:Elfira/Cepos

Mengenang Sosok Almarhum Lukas Enembe, Mantan Gubernur Papua Dua Periode 

Almarhum Lukas Enembe, pergi untuk selama-lamanya pada Selasa (26/12) llau. Beberapa tokoh yang mengenalnya, menyebut jika almarhum adalah orang yang berpihak kepada masyarakat tanpa membedakan latar belakang suku, ras dan agama. Cenderawaih Pos merangkum kesaksian beberapa tokoh terkait sosok Lukas Enembe di mata mereka.

Laporan: Elfira-Jayapura

Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Dapil Papua, Willem Wandik menyebut, meninggalnya Lukas Enembe bukan hanya kehilangan bagi keluarga dan Tanah Papua. Melainkan juga ujian berat bagi masyarakat Papua.

  “Saat ini, di tengah duka yang mendalam. Mari kita menjaga kebersamaan dan menunjukkan sikap hormat serta kesantunan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada beliau (Lukas Enembe-red),” ucap Willem.

  Kendati meninggalkan perasaan duka, namun ia meminta untuk mengapresiasi perjuangan besar Bapak Lukas Enembe dalam membangun Tanah Papua. Pengorbanan dan dedikasinya yang tak kenal lelah adalah cerminan dari kepemimpinan yang luar biasa.

  “Kita harus mengenang beliau dengan menghormati nilai nilai adat yang beradab, yang telah menjadi bagian dari keberadaban tinggi masyarakat Papua. Mari kita bersama-sama menjaga kondusifitas dan kelancaran proses penjemputan serta pemakaman jenazah almarhum Bapak Lukas Enembe,” ucapnya.

   Lanjutmya, penjemputan almarhum hendaknya dilakukan dengan perasaan damai, mencerminkan nilai-nilai keberadaban dan hormat kepada tokoh besar yang telah berjuang untuk kemajuan Tanah Papua.

  “Mari kita mengedepankan sikap kesantunan untuk menjaga ketentraman, karena kita adalah suku bangsa yang memiliki adat yang beradab. Bapak Lukas Enembe adalah salah satu tokoh dan pemimpin peradaban tanah Papua,” bebernya.

   Menurutnya, almarhum meninggalkan warisan yang tak terlupakan, dan sebagai masyarakat Papua yang beradab, kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan dan visi pembangunan yang beliau perjuangkan.

   “Semoga kepergian beliau menjadi pemicu untuk bersatu, membangun, dan menjaga keharmonisan di Tanah Papua,” pintanya.

   Sementara itu, salah satu Guru SMA di Kabupaten Merauke yang juga rekan semasa kuliah Lukas Enembe, Sergius Womsiwor menyebut, almarhum adalah sosok yang sedikit bicara namun  banyak kerja.

“Almarhum adalah sosok pemimpin perubahan Papua dan sosok yang mengerti hati kami OAP. Memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan,” ucap Sergius yang dikonfirmasi Cenderawasih Pos.

  Tak hanya itu, menurut Sargius rekan kuliah dari almarhum Lukas Enembe, sosok mantan Gubernur Papua dua periode itu merupakan pemimpin yang baik hati sama rakyatnya.

  “Bahkan, jabatan dan nyawanya pun dipertaruhkan demi rakyat Papua,” tegasnya.

Sergius ingat betul, saat di Asrama tempat dimana dia mengajar mengalami kekurangan guru. Almarhum Lukas Enembe saat itu langsung mengirimkan guru demi mencerdaskan anak anak Papua.

  “Demi memajukan pendidikan di tanah Papua, almarhum waktu itu juga ke Korowai hanya untuk memastikan bahwa sekolah ada. Dan memberi saya guru sebanyak 35 orang saat itu,” kenangnya.

  Sementara itu, Kepala Komnas HAM Papua, Frits Ramandey menyebut almarhum Lukas Enembe merupakan pejabat negara pertama yang mengakui adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu di Papua.

  “Beliau pemimpin negara pertama yang mengaku adanya pelanggaran HAM masa lalu di Papua, dan memberikan dukungan untuk menyelesaian kasus HAM yang ditetapkan oleh Komnas HAM,” ungkap Frits.

  Tak hanya itu, kata Frits, selama masa kepemimpinanya. Almarhum Lukas Enembe, melaksanakan perintah pasal 45 UU Otsus tentang kehadiran Perwakilan Komnas HAM dengan memberikan dukungan.

  Frits ingat betul saat ia dan almarhum Lukas Enembe di lapangan Brimob Kotaraja, saat itu mereka mendengarkan aspirasi para mahasiswa Papua yang eksodus dari kota studi luar Papua ke Jayapura akibat labeling rasis.

  “Selamat jalan pak Lukas Enembe, Gubernur Papua  atas nama negara yang menyampaikan permohonan maaf kepada para korban dan keluarga korban pada peringatan hari HAM (10/12/2008) silam,” terangnya.

  “Selamat jalan pemimpin yang berpihak pada kedaulatan rakyat Papua,” sambungnya.

  Sementara itu, Dosen Universitas Internasional Papua, Abinus Sama, menyebut almarhum Lukas Enembe sebagai figur pemimpin yang telah menyumbangkan visi dan dedikasinya untuk memajukan bangsa Papua. Ia adalah pendorong perubahan yang telah membangun harapan dan kebanggaan bagi masyarakatnya. Dalam setiap langkahnya, Lukas berjuang untuk mencapai keadilan sosial, pembangunan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.

  “Kendati kepergian Gubernur Enembe meninggalkan kekosongan yang sulit diisi, adalah tanggung jawab bersama untuk melanjutkan perjuangan dan visinya. Masyarakat Papua diharapkan untuk memelihara semangat perubahan dan mengambil alih estafet perjuangan bagi keadilan dan kesejahteraan yang telah diletakkan oleh Gubernur Enembe,” ucapnya.

  Seiring dengan hari-hari berduka ini, perlu diingat bahwa warisan Gubernur Lukas Enembe bukan hanya tentang masa lalunya, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai masyarakat yang dipimpinnya, melangkah maju.

  “Kita mengenang Gubernur Lukas Enembe bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai tokoh yang menanamkan harapan dan membawa perubahan positif bagi masyarakat Papua,” ucapnya.

Di mata Abinus, pemimpin yang telah tiada ini, tidak hanya memimpin dengan kata-kata, melainkan juga dengan tindakan yang berdampak nyata pada kehidupan warga Papua. Salah satu pilar utama dari warisannya adalah perjuangan tanpa henti untuk keadilan sosial.

  Gubernur Enembe secara konsisten berusaha untuk menyeimbangkan dan mengatasi ketidaksetaraan yang mungkin meruncing di masyarakat Papua. Dengan tekadnya, ia melibatkan diri dalam upaya memastikan bahwa setiap warga dapat menikmati hak dan kesempatan yang sama.

  “Gaya kepemimpinan Gubernur Lukas Enembe adalah perpaduan langka antara empati dan tekad. Keberhasilannya dalam memahami dan merespon kebutuhan masyarakat Papua dengan penuh empati menjadikan dirinya lebih dari sekadar seorang pemimpin. Pemimpin ini benar-benar menghayati dan memahami perjuangan rakyatnya, yang memberinya daya tarik yang luar biasa,” bebernya.

  Tujuan yang diimajinasikan oleh Gubernur Enembe harus menjadi panduan bagi setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemimpin-pemimpin selanjutnya. Semua upaya harus diarahkan untuk mencapai visi yang diperjuangkan, dan setiap langkah harus diambil dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat Papua.

  “Perasaan kehilangan ini menjadi sebuah panggilan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa yang telah diberikan, serta memastikan bahwa semangat kepemimpinan dan cita-cita yang diperjuangkan tetap hidup,” pungkasnya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version