Site icon Cenderawasih Pos

Kualitas Tak Diragukan, Butuh Kreatifitas dan Pemasaran Produk Sandal Hotel

Ketua Tim Instruktur Pelatihan, Ati Trianingsih, saat memandu Hawal Susarari, salah satu peserta pelatihan pembuatan Sandal Hotel, di aula BBPPKS Jayapura, Senin (25/3) (foto: Karel/Cepos)

Ketika Mama-mama Papua Diberi Pelatihan Menjahit oleh Kemensos di BBPPKS Jayapura

Sejak 15-25 Maret 2024, para peserta dari kelompok Pusat Pembinaan dan Pengembangan Wanita (PPPW), serta peserta mandiri dari Distrik Jayapura Utara dan Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, mengikuti pelatihan menjahit.

Laporan: Carolus Daot-Jayapura

Pelatihan menjahit yang didgagas Kementerian Sosial ini, memang dikhususkan untuk melatih mama-mama Papua, bisa memproduksi sandal hotel.  Karena itu, instruktur didatangkan langsung dari Surabaya untuk memandu mama-mama melatih menjahit. Bukan jahit manual, tapi mengunakan mesin jahit.

     Dari 30-an peserta yang mengikuti pelatihan selama 10 hari di aula Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) atau Diklat Sosial Abepura ini, dbagi menjadi 10 kelompok. Setiap kelompok  masing masing diisi 3 orang peserta. Menurut Ketua Tim Insturktur Pelatihan, Ati Trianingsih, peserta pelatihan cakap belajar menjahit.

   Dimana hanya membutuhkan waktu 4 hari pelatihan teori, peserta langsung praktek menjahit. Bahkan hari ke 7 praktek menjahit, peserta dilepas menjahit sendiri tanpa dipandu instruktur.

  Meski cakap menjahit, namun ada kendala yang dihadapi peserta, salah satunya penyesuaian penggunaan mesin jahit. Pasalnya mesin yang digunakan untuk pelatihan tersebut bukan mesin jahit manual, tapi listrik.

“Karena mesin listrik ini, jahitannya cepat dibandingkan yang manual,” katanya, usai acara penutupan pelatihan di Aula BBPPKS Jayapura, Senin (25/3).

  Meski begitu, para peserta kata Ati sudah mulai beradaptasi menggunakan mesin  tersebut., namun tetap perlu latihan  secara rutin. Sebab sebagain besar hasil pelatihan peserta masih bersifat umum. Sementara tuntutan perkembangan saat ini, kualitas saja tidak cukup untuk bersaing. Namun diutamakan kreatifitas.

  Karena itu,  penting bagi para peseta untuk beradaptasi menggunakan mesin jahit listrik. “Secara hasil menggunakan mesin listrik lebih bagus, dibandingkan manual,” katanya.

   Adapun bahan untuk sandal hotel ini,   bervariasi, diantaranya kain katun, velour, karet EVA, kain handuk, dan  berbagai bahan kulit lainnya yang digunakan. “Yang pasti bahannya polos dan motif, dua bahan ini paling dominan untuk sandal hotel,” ujarnya.

  Sementara dari hasil pelatihan tersebut peserta sudah mampu membuat sandal hotel. Hanya saja mereka harus memperbanyak belajar, terutama kreatifitas. “Secara kualitas, memang tidak diragukan, apalagi jahitan mesin listrik ini bagus, cuma kuantitas hasilnya itu yang harus ditingkatkan lagi,” katanya.

  Dikatakan untuk pembuatan sandal hotel diwajibkan menggunakan mesin listrik, selain hasil yang berkualitas, tapi kecepatan atau daya produksi berbeda jauh dengan kerja mesin manual. “Karena hotel ini kalau order, tidak sedikit, bahkan ribuan picis mereka order, jadi harus pakai mesin listrik,” tutur Ati.

   Sementara itu Hawal Susarari, salah satu peserta pelatihan mengaku bangga, sebab dirinya sama sekali tidak memiliki basic menjahit. Namun begitu, ia mampu membuat sandal hotel hanya dengan pelatihan tersebut. “Selama pelatihan, saya diberi kesempatan membuat sandal hotel puji Tuhan saya bisa menyelesaikan tugas itu dengan baik,” tuturnya.

   Bahkan dari pelatihan tersebut, warga kelurahan Kota Baru Distrik Abepura itu, berhasil membuat 20 pcs sandal hotel. “Saya bersyukur pelatihan ini memberi banyak manfaat untuk kami, karena selain menambah pengetahuan tapi juga bisa menghasilkan uang,” ungkapnya.

   Diakuinya selama pelatihan hal yang berat penyesuaian penggunaan mesin. Sebab selain dirinya yang tidak punya pengalaman menjahit, sehingga harus beradaptasi. Namun dengan keuletannya mengikuti pelatihan tersebut, akhirnya bisa membuat sandal hotel. “Memang tidak mudah, tapi dengan pelatihan ini kami sudah mulai bisa beradaptasi dengan pola kerja mesin jahit listrik,” katanya.

   Sebab  sistem kerja mesin listrik berbeda jauh dengan mesin jahit manual. Namun hal itu baginya bukan kendala, tapi akan terbiasa dan bisa menghasilkan produk yang kualitas. “Semua bisa karena biasa, kami tidak pernah puas untuk terus belajar,” ujarnya.

   Diapun mengharapkan Kemensos tidak hanya memberikan pelsaihan menjahit, tapi ada pelatihan management keuangan terutama sistem pemasaran. “Karena boleh saja kita tau menjahit, tapi kalau tidak tau cara menjual, apalagi saat ini, semua penjualan serba teknologi, sehingga kami harap ada pelatihan pemasaran,” harapnya.

  Para peserta pelatihan ini selanjutnya akan bekerja memproduksi sandal hotel, untuk diedarkan di setiap hotel. “Rencananya setelah pelatihan, kami bersama BBPPKS Jayapura, akan mengatur mekanisme terkait tindak lanjut dari pelatihan ini,” ujar Direktur PPPW Meri Apiem.

   Untuk peserta PPPW lanjutnya akan disiapkan tempat produksi khusus. Hal itupun akan berkerjasama dengan pihak BBPPKS. “Karena mesin jahit pelatihan ini diberikan kepada peserta, tapi dalam bentuk kelompok, jadi setelah pelatihan mereka (Peserta PPPW red) masih bekerja secara kelompok,” jelasnya.

   Sementara itu Kepala BBPPKS Jayapura John H. Mampioper mengatakan setelah pelatihan, hasil praktek peserta pelatihan akan didistribusikan ke mitra kerja dalam hal ini ke setiap hotel. Selain itu peserta pelatihan akan diberikan pelatihan manangement keuangan. Seperti teknik pemasaran terutama digital.

   “Pada prinsipnya pelatihan ini tidak sampai disini, tapi bagaimana karya mereka ini bisa menghasilkan uang, sehingga harus belajar cara pemasaran,” kata John.

   Hal itupun kata dia akan dilakukan secara berjenjang. Sehingga dari pelatihan tersebut memberi msnfaat bagi peserta pelartihan terutama dalam hal meningkatkan taraf hidup mereka sendiri. “Karena memang tujuan pelatihan ini untuk menekan angka kemiskinan ekstirm di Papua,” ujarnya.

   Oleh sebab itu, diapun mengharapkan peserta pelatihan tidak merasa puas dengan hasil yang ada, namun perbanyak belajar. Sehingga dari pelatihan tersebut tidak hanya sekedar menjadi teori, tapi hasil yang nyata untuk meningkatkan ekonomi peserta itu sendiri. “Semoga dengan ini peserta bisa lebih giat lagi belajar, dan tentunya bisa membantu meningkatkan ekonomi mereka,” pungkasnya. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version