Site icon Cenderawasih Pos

Berpotensi jadi Lahan Korupsi di Sekolah, Keberatan Jika Gunakan Dana BOS

Kepsek SMA Negeri 4 Jayapura Anton Djoko Martono (FOTO:Mboik/Cepos)

Menimbang Realisasi Janji Program Makan Gratis yang Ditawarkan Pasangan Capres dan Cawapres

Meski rekapitulasi perolehan suara  Capres dan Cawapres hingga saat ini masih dalam proses, namun berdasarkan quick count pasangan Nomor Urut 2 Prabowo –Gibran yang salah satunya berkampanye makan siang gratis ini,  dipastikan lolos satu putaran menjadi presiden dan wakil presiden.

Laporan: Carolus  Daot & Robert Mboik_Jayapura

Pasca menguatnya prediksi, pasangan nomor urut dua Prabowo-Gibran menjadi Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hitung cepat. Janji kampanye makan siang gratis yang ditawarkan pasangan ini, untuk sekolah dan pesantren, kini mulai menjadi bahasan. Mungkinkan janji kampanye ini direalisasikan nantinya?

  Bahkan, santer dikabarkan bahwa kemungkinan program makanan gratis untuk meningkatkan gizi dan pertumbuhan anak-anak sekolah  ini, akan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah. Beberapa tokoh pun mengomentari masalah ini.

Dekan FEB Uncen Mesak Iek (FOTO:Karel/Cepos)

Seperti halnya, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB Uncen, Mesak Iek menilai bahwa janji kampanye program makan gratis ini harus dirancang secara matang.

  Sebab secara regulasi dana BOS  ini dialokasikan ke wilayah tertinggal, terdepan dan termiskin (3T) di Indonesia. Kemudian alokasi dana BOS sudah ditentukan 3 kompenen belanja utama salah satunya  untuk mengurangi ketertinggalan pendidikan di wilayah 3T.

  “Tapi yang kita lihat selama ini, dampak adanya dana BOS ini hanya sekolah yang ada wilayah perkotaan, sementara daerah 3T ini, belum nampak perkembangaannya sejak adanya progam dana BOS,” kata Mesak Iek, kepada Cendrawasih pos, Senin (4/3).

  Lalu kemudian lanjut Mesak, progam makan siang gratis yang didengungkan oleh capres dan cawapres terpilih, ino sementaranya  dirancang atau dibiayai melalui dana BOS.

  Padahal alokasi dana BOS selama ini sangat terbatas. Lantas dengan merangkum progam makan siang gratis melalui dana BOS, maka sangat berdampak negatif untuk perkembangan pendidikan di Indonesia.

  Menurutnya wacana ini, sangat tidak relevansi dengan APBN Indonesia. Sebab APBN Indonesia saat ini telah dirancang sesuai  dengan ketentuannya masing masing.

  “Jika memang regulasinya seperti itu, maka hal pertama yang dikaji, keberhasilan dana BOS untuk wilayah 3T selama ini, karena kalau kita lihat dari kacamata ekonomi, dana BOS belum berjalan sesuai peruntukannya,” bebernya.

Jika memang pemerintah saat uni ingin merancang progam makan siang gratis melalui dana BOS maka harus dikaji. Dan proses pengkajiannya melibatkan berbagai pihak. Serta mengacu pada data keberhasilan pelaksanaan progam dana bos selama ini.

“Kalau tidak, maka progam ini hanya memenuhi janji politik, tapi untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan, seperti yang dijanjikan Prabowo-Gibran, saya rasa cukup berat,” tutur Mesak.

   Hal lain adanya dana BOS untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal, kemudian progam makan siang gratis juga dibuat untuk menekan angka kemiskinan. Dua pokok utama tersebut menurutnya membutuhkan kajian yang matang. Dan tidak mengacu pada perkembangan pendidikan di Jakarta, tapi harus memulai daerah terluar di Indonesia.

  “Saya melihatnya wacana ini, akan memperburuk perkembangan pendidikan di wilayah 3T, karena realisasi progam dana BOS selama ini belum maksimal,” tandasnya.

  Tidak hanya itu dia juga berpandangan bahwa jika memang progam makan siang gratis digabungan dengan progam dana BOS, maka akan menciptakan banyak persoalan negatif. Salah satunya akan menanam banyak kasus korupsi pada lembaga pendidikan.

   “Jika nantinya dana progam makan siang gratis digabungkan ke dalam dana BOS, maka tidak akan terealisasi dengan baik, dan tentunya akan banyak yang korupsi,” tegasnya.

   Oleh sebab itu, Mesak Iek berpandangan progam makan siang gratis tersebut harus dirancang secara matang. Dan tidak tergesa gesa untuk direalisasikan. Sebab progam ini baru ada di Indonesia.

  Sementara itu  Kepala SMA Negeri 4 Kota Jayapura Anton Djoko, mengaku keberatan jika kebijakan pemerintah pusat mengenai program makan siang gratis di sekolah dibiayai menggunakan bantuan dana Operasional Sekolah (BOS).

   “Kalau misalnya  menggunakan dana BOS yang seperti biasa, reguler, tentu kami keberatan,” kata Anton Djoko, saat diwawancarai Cendrawasih pos usai apel pagi gabungan di Pemkot Jayapura Senin (4/3).

   Dia menjelaskan apabila dana BOS ini betul-betul dipakai untuk membiayai program makan siang gratis, maka dana yang ada saat ini di sekolah tersebut sudah pasti habis untuk membiayai program makan siang gratis dan tentunya akan mengorbankan program-program lainnya yang sudah berjalan selama ini terutama dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu sekolah tersebut.

“Karena tentu dana itu habis untuk kegiatan tersebut,” ujarnya.

Namun sebaliknya dia mendukung penuh program makan siang gratis yang digagas oleh capres Prabowo Subianto itu apabila ada tambahan dana BOS lain di luar anggaran yang sudah ada selama ini.  Namun demikian dirinya tak khawatir karena rencana program makan siang yang dibiayai dari dana BOS itu baru sekedar wacana.

    “Mungkin bisa kita pertimbangkan karena ini juga masih menjadi wacana,  kalau keputusannya itu kita belum tahu,”bebernya.

   Dia mengungkapkan saat ini dana BOS yang dikelola oleh sekolah tersebut lebih dari Rp 2 miliar rupiah per tahun.  Itu sudah sesuai dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut mencapai lebih dari 1000 orang.

  Sementara itu program makan siang gratis ini dihitung dengan harga Rp 15.000 per anak per hari. Karena itu sudah pasti anggaran yang ada saat ini sangat tidak cukup untuk membiayai program makan siang gratis apabila dikalikan per hari kemudian dikalikan per minggu, per bulan bahkan per tahun.

  “Kalau sekarang Rp 15.000 untuk satu anak satu hari, apakah itu Rp 15.000 di Jakarta sama dengan di Jayapura. Sekarang kalau kita lihat yang sehari-hari nasi kuning bungkus itu minimal 10.000,  itu pun kadar gizinya ya,  kan tujuannya mau meningkatkan gizi. Apakah seperti itu gizinya juga akan mencukupi,” katanya penuh tanya.

Sejauh ini dana BOS  di SMA 4 Kota Jayapura lebih banyak digunakan untuk peningkatan mutu, kemudian pelatihan-pelatihan pendidik dan kependidikan termasuk untuk kegiatan ekstrakurikuler.  Sebagian juga untuk perpustakaan,  kemudian untuk penambahan sarana dan prasarana di sekolah.(*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version