Site icon Cenderawasih Pos

Kematian Ternak Sapi di Merauke Bertambah Jadi 177 Ekor

Jumpa pers yang digelar Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Merauke bersama dengan Dinas Pertanian, Pangan, Kalautan dan Perikanan Provinsi Papua Selatan terkait dengan hasil pemeriksaan laboratorium di Balai Besar Veteriner Maros di Merauke, Rabu (24/04) kemarin. (foto:Sulo/Cepos)   

Penyebabnya Bukan Nyamuk, Tapi Hasil Sementara Laboratorium Baru Ditemukan Sejumlah Parasit

MERAUKE– Jumlah ternak sapi yang mati di Merauke terus bertambah. Jika sebelumnya dilaporkan sebanyak 108 ekor sapi, maka pertanggal 20 April 2024 jumlah tersebut bertambah menjadi 177 ekor Sapi.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Merauke Martha Bayu Wijaya saat menggelar jumpa pers di ruang rapat Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Merauke, Rabu (24/04/2024).

Martha Bayu Wijaya menjelaskan bahwa 177 ekor sapi yang mati tersebut tersebar di  4 distrik yakni Distriok Semangga sebanyak 43 ekor, Distrik Tanah Miring sebanyak 108 ekor, Distrik Kurik sebanyak 23 ekor dan Distrik Malind 3 ekor.

‘’Jadi total sapi yang mati sampai  tanggal 20 April sebanyak 177 ekor,’’kata Martha Bayu Wijaya.

Sementara itu, Pj Otoritas  Veteriner Provinsi Papua Selatan drh Rafael Heri Nugroho menjelaskan bahwa berdasarkan hasil sementara pemeriksaan Balai Besar Veteriner Maros terhadap kematian sapi tersebut belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut  untuk mengetahui  penyebab kematian dari ratusan sapi tersebut.

Namun dari sampel yang dilakukan pemeriksaan  terhadap sapi-sapi yang mati tersebut ditemukan infestasi parasit dalam tubuh sapi tersebut  yakni trypanosomiasis, babesiosis, theileosis, paramphistomiasis dan nematodosis. Sedangkan nyamuk, bukan  penyebab kematian dari sapi-sapi tersebut seperti yang disampaikan sebelumnya. Namun, nyamuk-nyamuk tersebut bisa menjadi vektor dari parasit tersebut. 

‘’Nyamuk hanyalah sebagai vektor dari parasit tersebut,’’ jelas  Rafael Heri Nugroho.   

Rafel Heri Nugroho, untuk parasit tersebut masih bisa diobati. Karena itu, pihaknya akan segera membentuk sejumlah tim, diantaranya tim pengobatan dan   tim vaksinasi, sehingga sapi-sapi yang sakit tersebut bisa segera sembuh.

Soal sapi-sapi yang dalam keadaan sakit apakah layak dikonsumsi atau tidak, Rafael Heri Nugroho meminta peternak untuk memotong ternaknya di rumah potong hewan (RPH) sehingga ternak-ternak yang akan dipotong dalam pengawasan dokter hewan.

‘’Dokter-dokter hewan yang bertugas akan memeriksa sapi yang akann dipotong dan daging yang nantinya dikonsumsi, apakah daging itu layak dikonsumsi atau tidak. Atau ternak itu layak di potong atau tidak. Terntunya apabila  terindikasi sapi itu skait dan terindikasi terjangkit inveksi patri teman-teman dokter hewan menolak untuk dipotong. Artinya, hewan itu akan ditreatmen atau diobati. Nanti sembuh baru bisa dipotong. Sehingga ini juga kami mengharapkan peternak atau petani tidak memotong ternaknya di     sembarang tempat tapi diarahkan ke RPH saja,’’ terangnya.

Rafel Heri Nugroho juga meyakinkan bahwa parasit-parasit yang ditemukan dalam sapi tersebut tidak menular ke manusia. ‘’Tapi kita juga terus menunggu pengujian yang terus dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros  apakah kematian-kematian sapi ini disebabkan apa. Tapi berdasarkan hasil uji baru ditemukan parasit dan bisa diobati. Jadi jangan kuatir,’’ pungkasnya. (ulo/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version