Lebih jauh, wanggo-wanggo juga merekam keterhubungan antara tubuh perempuan dan ruang alam, khususnya dalam konteks Hutan Perempuan—wilayah mangrove yang secara adat dijaga dan dimiliki oleh para perempuan Enggros. Di hutan ini, perempuan tidak hanya mencari kepiting atau bia, tetapi juga menjaga warisan pengetahuan tentang musim, tata ruang, dan ritme hidup.
Permainan anak-anak yang terjadi di sekitar hutan ini secara tidak langsung mewarisi cara-cara perempuan merawat alam: lewat gerak yang lembut, lewat kedekatan, bukan dominasi. Maka wanggo-wanggo adalah juga upaya mempertahankan relasi tubuh-anak-perempuan-alam dari ancaman penghapusan.
“Habitart hadir bukan hanya untuk menciptakan karya seni, tapi untuk menyimak, menjaga, dan menumbuhkan kembali simpul-simpul kehidupan yang terus diuji oleh krisis ekologis dan budaya dan kegiatan ini akan berlanjut hingga 21 Juni nanti,” tutupnya. (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
Page: 1 2
Pengiriman genset menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara telah mulai dilakukan pada Sabtu (27/12).…
Oleh karena itu, Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota Jayapura, Deli Lusyana Watak…
Pengungkapan kasus pertama dilakukan sekitar pukul 15.30 WIT di ruang tunggu Pelabuhan Laut Jayapura, Distrik…
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Awan Raharjo, mengatakan pemblokiran tersebut dilakukan…
Andre (45) salah satu petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Jayapura yang…
Menurutnya, hasil pemantauan dan evaluasi langsung di lapangan menunjukkan masih adanya ketidaksesuaian antara laporan administrasi…