Para Pelaku yang Diberi Makan dan Minum Ternyata Melakukan Penjarahan
JAYAPURA– Para pelaku aksi anarkisme saat ikut mengantar jenazah Lukas Enembe pada 28 Desember lalu bakal tak bisa tidur nyenyak, pasalnya aparat keamanan kini mulai menelusuri siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut.
Tak hanya itu, pihak TNI juga memastikan akan membackup upaya pengungkapan tindakan anarkis yang tidak hanya melempar tetapi juga merusak bahkan membakar sejumlah bangunan yang berada di Waena.
Kemudian, jika dilihat dari CCTV di lapak buah Holtekam ternyata para pelaku yang sebelumnya diberi makan dan minum oleh warga ternyata juga melakukan penjarahan.
Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon menyampaikan bahwa kasus ini kini ditangani oleh Polda Papua mengingat ada beberapa lokasi yang berangkaian.
Mulai dari Sentani hingga pecah di Waena. “Kami (Polresta) hanya join investigasi gabungan namun semua dikomandoi Dikrimum Polda Papua,”kata Kombes Victor Mackbon melalui ponselnya, Rabu (3/1). Penyidik Polresta sendiri hingga kemarin masih menginventarisir bangunan atau barang milik masyarakat yang terdampak dari iring-iringan pengantaran jenazah ketika itu.
Kata Kapolres ada pelemparan kaca perkantoran, perhotelan, melakukan pembakaran dan ini semua sedang didata. “Semua sedang dicek dan pelan-pelan semoga segera diungkap. Ada yang melempar. Membakar dan merusak. Ini semua akan ditangani teman-teman direskrimum,” beber Victor Mackbon.
Pihaknya juga menyayangkan sebab sepatutnya proses pengantaran jenazah bisa berjalan dengan khidmad namun karena ulah sekelompok orang akhirnya semua berubah menjadi anarkis dan menimbulkan sikap apatis bagi warga yang lain.
Sementara Koordinator Forum Kerukunan Lintas Nusantara (FKLN) Junaedi Rahim menyampaikan bahwa sejatinya banyak masyarakat di Kota Jayapura yang ingin terlibat dalam melepas almarhum Lukas Enembe. Banyak yang ingin berdiri di pinggir jalan untuk memberikan penghormatan terakhir pada almarhum.
Namun karena mendengar di Waena terjadi bakar bakaran akhirnya warga memilih mundur dan memproteksi lingkungan masing-masing.
“Saya pikir banyak sekali yang ingin melakukan penghormatan terakhir kepada pak Lukas tapi kalau kondisinya sudah anarkis tentunya masyarakat juga tidak mau kejadian 2019 terulang sehingga mereka memilih kembali menjaga wilayahnya,” singkat Junaedi Rahim. (ade/wen)
Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos