Site icon Cenderawasih Pos

Gempa Sumedang Dipicu Sesar yang Belum Teridentifikasi, Tanggap Darurat 7 Hari

ATAP ROBOH: Rumah warga di Kelurahan Cipameungpeuk, Sumedang Selatan, rusak akibat gempa. (PANJI/RADAR SUMEDANG)

JAKARTA-Malam pergantian tahun tak dilewati warga Sumedang dengan tenang. Pasalnya, sejak Minggu (31/12) siang, mereka merasakan gempa. Puncaknya, pada pukul 20.34 WIB, gempa kembali menggoyang dengan magnitudo mencapai 4,8 dan kedalaman 5 km.

Terhitung mulai kemarin (1/1), pemerintah setempat melalui Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman menetapkan status tanggap darurat.

”Pemerintah pusat lewat BNPB mengerahkan seluruh SDM yang dimiliki untuk membantu penanganan bencana secara komprehensif,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto setelah meninjau sejumlah rumah terdampak gempa di Cipameungpeuk, Sumedang Selatan, kemarin.

Sebagai awal, pihaknya memberikan dukungan operasional Rp 350 juta untuk sarana logistik seperti makan, MCK, dan kebutuhan masyarakat terdampak. Termasuk kebutuhan operasional petugas BNPB dan BPBD, TNI-Polri, relawan, dan sebagainya. Juga, perlengkapan tenda darurat, makanan siap saji, dan sembako.

”Mudah-mudahan tujuh hari tanggap darurat selesai karena ada 11 orang luka-luka, 188 rumah terdampak dengan berbagai kategori (berat, ringan, dan sedang),” ujarnya dilansir dari Radar Sumedang.

Dilihat dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal. Sehingga apabila bangunan belum berstandar tahan gempa, dipastikan akan terjadi kerusakan yang signifikan.

Sejauh ini, pihaknya masih melakukan kajian lebih dalam di lapangan untuk memastikan penyebab gempa sesungguhnya. Namun, dari analisis sumber menunjukkan, gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike-slip.
ANTISIPASI SUSULAN: Pasien RSUD Sumedang dievakuasi ke tenda darurat di Jalan Prabu Geusan Ulun, persis di depan RSUD, Senin (1/1). (PANJI/RADAR SUMEDANG)

 

Titik gempa disebutnya berdekatan dengan beberapa jalur sesar aktif. Misalnya, sesar Lembang, sesar Baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan. Namun, diduga gempa Sumedang dipicu oleh salah satu sesar yang belum teridentifikasi tersebut. Kondisi itu mirip dengan gempa di Cianjur pada 2022 silam.

”Mirip dengan kejadian gempa Cianjur, ternyata dipicu yang belum teridentifikasi, yang akhirnya ditetapkan dengan nama sesar Cugenang,” jelasnya dalam jumpa pers secara daring pada Senin (1/1) dini hari.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menambahkan, gempa dirasakan warga Sumedang sejak pukul 14.35 WIB. Gempa bumi pertama tersebut tercatat bermagnitudo 4,1 dengan kedalaman 7 km. Disusul gempa kedua pada pukul 15.38 WIB dengan kekuatan M 3,4 di kedalaman 6 km. Hingga akhirnya gempa dengan kekuatan paling besar pada pukul 20.34 WIB, yakni M 4,8 di kedalaman 5 km.

”Setelah gempa merusak Sumedang bermagnitudo 4,8 tadi malam (Minggu malam, Red), hingga siang ini (Senin, Red) hanya terjadi dua kali gempa susulan. Magnitudo kecil, tidak dirasakan,” jelasnya.

Berdasar sejarah gempa di Sumedang, lanjut dia, wilayah itu pernah mengalami gempa bumi besar bermagnitudo 4,5 pada 19 Desember 1972. Titik gempa sama dengan yang terjadi akhir tahun lalu. Yakni, berdekatan dengan ujung timur laut jalur sesar Cileunyi–Tanjungsari. ”Gempa Sumedang ini diduga berasosiasi dengan terusan dari sesar Cileunyi–Tanjungsari,” katanya.

Selain itu, karena gempa bumi Sumedang merupakan jenis gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake), percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat kuat. Sehingga, memicu guncangan sangat kuat pula.

Sementara itu, sesaat setelah gempa pada Minggu malam lalu, terdapat laporan ke BNPB terkait kondisi RSUD Sumedang. Sebanyak 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IDG harus dievakuasi ke halaman gedung rumah sakit. Ada lima tenda yang ditempatkan di jalan raya.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, ada tiga bangunan rumah sakit yang terdampak.

”Sementara itu, RS Pakuon dalam kondisi aman, namun seluruh pasien tetap dievakuasi keluar gedung sebagai antisipasi hingga kondisi dapat dipastikan aman dan terkendali,” katanya. Pemerintah Kabupaten Sumedang juga telah menyiagakan posko utama di Pos Pam Nataru. Lokasinya berada di depan Alun-Alun Sumedang. (jim/mia/lyn/c6/fal)

Exit mobile version