Site icon Cenderawasih Pos

Jelang Pemilu Tak Ada Atraksi Barongsai, Tetap Buat Meriah Saat Chap Goh Meh

Foto bersama usai kegiatan kunjungan kepada para orang tua yang dilakukan Paguyuban sosial Marga Thionghoa Indonesia Jayapura, Sabtu (3/2) lalu. (foto:Yohana/Cepos)

Melihat Persiapan Masyarakat Tionghoa Menyambut Hari Raya Imlek

Perayaan tahun baru Imlek tahun ini, sedikit berbeda dari biasanya. Sebab, Imlek tahun ini bertempatan dengan penghunjung masa kampanye dan memasuki masa tenang, sehingga tak memungkinkan untuk acara yang mengumpulkan orang banyak dengan tarian barongsai.

Laporan: Yohana_Jayapura

Tahun Baru  Imlek 2575 yang jatuh pada hari Sabtu (10/2) mendatang,  merupakan perayaan tahun baru yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, tak terkecuali yang ada di Indonesia. Bahkan untuk daerah Indonesia Timur seperti di Papua, Kota Jayapura dan sekitarnya, perayaan Imlek selalu dirayakan dengan meriah.

  Baik itu pertunjukan barongsai hingga perayaan  Chap Goh Meh menjadi sebuah pertunjukan yang selalu dinantikan untuk perayaan Imlek di Jayapura.  Partisipasi dari semua masyarakat yang sering menyaksikan barognsai,  membuat perayaan Imlek di Jayapura semakin berwarna.

  Bahkan tidak kalah serunya, anak-anak Papua juga ikut berpartisipasi dalam mempelajari permainan atau tarian  Barongsai, yang konon tarian ini dilakukan untuk mengusir roh jahat.

   Perayaan ini telah ada sejak zaman dahulu dan terus dirayakan hingga saat ini. Perhitungan tahun baru Imlek berdasarkan sistem penanggalan China yang juga dikenal sebagai kalender Lunar.Meski tahun ini perayaan tahun baru Imlek bertepatan pada masa minggu tenang, tetapi tidak akan mengurangi makna dari perayaan Imlek itu sendiri.

   Hal tersebut diungkapkan Ketua Koordinator Wilayah  Paguyuban Sosial Marga Thionghoa Indonesia (PSMTI) di Papua, Ishak Montolalu saat ditemui kediamannya yakni di Jln. Ardipura, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, tepatnya berhadapan dengan Sekolah Kalam Kudus Jayapura.

   Saat Cenderawasih Pos bertandang di kediamannya, suasana persiapan Imlek sudaht erasa. Rumah bertembok tinggi sekitar 5 meter, dengan cat tembok berwarna abu-abu itu, telah  dihiasi lampion-lampion cantik bernuansa merah sudah tertata rapi di setiap tiang pagar rumah.

  Setelah menunggu sekitar kurang lebih 15 menit, pria berambut putih, bertopi songko lengkap dengan baju seragam kerukunan Tionghoa itu mempersilahkan untuk duduk di sofa santai yang terletak di depan kami.

  Mengawali percakapan kami tentang makna Imlek di tahun 2024 dengan Shio Naga Kayu, lelaki Lansia itu menjawab dengan nada tegas dan semangat yang mengebu yaitu “Lewat kerja keras kita meraih rezeki di setiap kesempatan” katanya sambil tersenyum bangga, kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (3/2) siang itu.

  Seolah menandakan bahwa tahun ini, setiap usaha dan kerja keras yang dilakukan, pasti membuahkan hasil yang lebih baik. Untuk itu setiap kesempatan harus dihargai. “Tahun 2024 harus lebih optimis dari tahun-tahun sebelumnya, sekeras apapun tantangannya, memang dibutuhkan perjuangan yang keras pula, tetapi hasilnya sangat menjanjikan, ” jelasnya lagi.

  Ishak Montolalu juga menyampaikan bahwa, hal tersebut juga berdampak bagi perekonomian, meski perekonomian masih sangat bergantung pada Pemerintahan.  Apa lagi dimasa Pesta Demokrasi yang masih penuh dengan tanya, siapa presiden yang akan memimpin?  Tetapi yang jelas, apapun tantangannya dibutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk hasil yang lebih baik.

  Khusus perayaan tahun baru Imlek sendiri, dirinya akui tidak ada perayaan meriah seperti yang dilakukan sebelumnya.  Dimana hal itu dilakukan karena bertepatan dengan minggu tenang, sehingga Ia juga mengimbau kepada setiap ikatan keluarga Tionghoa di Papua, khususnya di Jayapura untuk bersama-sama ikut mensukseskan pemilu.

  “Bahkan saya mengimbau kepada semua ikatan keluarga Tionghoa yang ada di Jayapura untuk dapat menggunakan hak pilihnya, karena suara kita menentukan kepemimpinan lima tahun berikutnya, ” papar Ishak lagi.

  Perayaan Imlek memang tidak seperti biasa, tetapi rutinitas kunjung-mengunjungi keluarga harus tetap berjalan, pemberian angpao, bahkan makan bersama, hingga makan di restoran tetap dilakukan.

   “Hanya kegiatan yang ramai-ramai, bersifat kegaduhan itu yang kita hindari, tetapi Imlek harus tetap semarak di hati kita,” tuturnya lagi.

  Lagi-lagi Ia menyampaikan bahwa meski perayaan ini tidak seperti biasanya, pihaknya juga telah membuat program yang akan diselenggarakan pada 17 Februari-24 Februari di PTC yaitu Chap Goh Meh.

  Dalam kegiatan tersebut akan ada pameran UMKM khusus makanan Tionghoa, dan juga ada tarian Barongsai.  Dimana Chap Goh Meh yang merupakan festival lampion terus akan menambah semarak perayaan tahun baru Imlek di Kota Jayapura.

  Bahkan beberapa rangkaian kegiatan menjelang perayaan tahun baru Imlek sudah mulai dilakukan, seperti mengunjungi rumah para orang tua yang dituakan.

   Sementara itu, Teddy Purwanto, sebagai Koordinator Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Kota Jayapura, juga menjelaskan, bahwa dalam rangka menyambut Imlek tahun 2575 pihaknya mengadakan kegiatan-kegiatan sebelum Imlek yaitu mengunjungi sesepuh atau orang yang lebih dituakan.

  “Kami melakukan kegiatan ini adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap warisan budaya mempererat ikatan keluarga, serta menyampaikan harapan dan kebahagiaan bersama dalam menyambut Tahun Baru Imlek, ” jelasnya lagi.

  Dengan melibatkan generasi muda untuk tetap menjaga Lestari budaya Tiongkok momen ini menciptakan suatu makna dan nilai-nilai kekeluargaan yang menjadi warisan tradisi budaya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version