Site icon Cenderawasih Pos

Paulus Waterpauw Muncul dan Angkat Bicara Soal Pilkada

Paulus Waterpauw

JAYAPURA – Setelah  pada hari terakhir pendaftaran calon gubernur Papua, Kamis (29/8) tetap tak ada tanda-tanda akan ada penambahan kandidat, KPU Papua akhirnya memutuskan bahwa bakal calon gubernur Papua 2024-2029 hanya terdiri dari dua pasangan calon. Nama Paulus Waterpauw sendiri awalnya sempat muncul dan mewarnai peta politik kursi gubernur namun belakangan justru tak terdengar lagi.

Cenderawasih Pos sempat berkomunikasi dan mendengar penjelasan langsung dari Paulus Waterpauw terkait pencalonannya sebagai gubernur Papua. Dari obrolan  30 menit itu Paulus Waterpauw awalnya menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah memberikan statemen akan memberikan dukungan kepada salah satu pihak yang maju dalam Pilkada gubernur.

Itu menyusul beberapa flyer di media sosial Whatsapp yang menyatakan dirinya memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon. “Oh yang itu (flyer), itu tidak benar, hoax dan tolong diluruskan. Saya tidak pernah memberikan pernyataan seperti itu,” katanya Kamis (29/8) malam. Paulus Waterpauw sendiri sudah bisa dipastikan tidak ikut dalam pemilihan November nanti karena gagal mendapatkan dukungan partai.

Namun terkait dukungan itu, dirinya justru memiliki banyak catatan. “Ya selamat untuk pihak yang dapat rekomendasi dengan cara yang santun dan sesuai aturan, kami berikan penghargaan. Tapi kalau tidak wajar dan menggunakan cara penekanan dengan langkah yang anti sistematis saya pikir perlu sadar diri juga. Ini merusak citra demokrasi di tanah air dan juga di Papua,” katanya. Jadi dikatakan siapapun pemimpinnya jangan menganggap bahwa pemimpin itu sudah selesai tapi ada tanggungjawab besar yang justru harus diemban.

Ia menyayangkan proses pencarian partai yang dikatakan kurang sehat. Jika sedari awal dilakukan dengan cara tak sehat maka sulit memberikan tauladan bagi yang lain terlebih generasi muda. Purnawirawan Polisi  berpangkat Komjend ini menganalisa bahwa Pemilu tahun 2024 ini erat kaitannya dengan apa yang akan ditinggalkan pada generasi millenial atau gen Z. Pasalnya menurut Paulus   Waterpauw, jika salah di ujungnya tentu berimplikasi pada generasi saat ini.

“Tahun 2024 adalah tinggal landasnya generasi beby boomers yang meninggalkan generasi millenial dan gen Z itu tidak boleh salah memberikan contoh dan tauladan. Siapapun dia harus menjadi teladan  jadi tidak bisa mengambil keputusan seenaknya. Ada mekanisme proses dan aturan yang harus dijalankan semua pihak,” singgungnya.

Mantan Pj Gubernur Papua Barat ini juga menanggapi bahwa tak elok mengambil keputusan dengan cara menekan untuk memenangkan diri sendiri. Dan terkait ini ia melihat rakyat juga sangat paham.

“Kalau orang Jawa mengatakan ora elok, tidak bagus, tidak santun, tidak benar dan merusak citra dan pandangan termasuk tatanan kehidupan berpolitik. Saya memang bukan orang politik tapi saya paham politik yang santun. Kalau ada yang memberikan perlawanan nanti dikesankan tidak loyal, tidak bisa begitu. Kalau dapat rekomendasi dengan baik dan santun ya selamat melanjutkan perjuangan di Tanah Papua,” paparnya.

Papua kata Waterpauw tidak bisa dilihat sama seperti daerah lain karena sangat tertinggal karenanya ia memiliki pandangan  bahwa untuk membenahi Papua harus membenahi pemimpin dan penyelenggara negaranya.

“Belajarlah dengan 10 tahun terakhir bahwa Papua sangat tertinggal dan itu membuat kita malu. Itu karena penyelenggaranya tidak paham etika kehidupan dan jadi pemimpin tidak bisa suka – suka apalagi mengintimidasi orang, itu pamali menurut orang tua saya. Papua memerlukan pemimpin yang paham, tidak boleh gagal paham,” tambahnya.

Paulus juga  mengomentari  pihak yang terkesan sekonyong konyongnya dengan mengklain sebagai putera Papua. “Bagi mereka bukan asli Papua jangan juga katakan orang Papua dan akhirnya buat onar di Papua. Saya paham siapa orangnya. Artinya seharusnya pemimpin kita sadari bahwa elektabilitas itu sebenarnya menunjukkan ada harapan dari masyarakat. Saya tidak mengatakan elektabilitas yang terbaik tapi ada banyak harapan masyarakat ke saya artinya ada yang memberikan kepercayaan,” akunya.

Tapi bukan juga dengan cara memotong dan mengancam dan akhirnya dengan sangat terpaksa memberikan hak kesulungan kepada oknum tertentu. “Bisa dipertanyakan kinerjanya. Kalau hanya kerja Omdo saya pikir yang begitu (Omdo) banyak di republik ini. Kita semua anak daerah, anak kampung dan ditugaskan menjadi berkat. Masyarakat masih polos, belum melek huruf, miskin ekstrim dan tidak boleh mengajarkan sesuatu yang salah,” beber Paulus.

Dengan sedikit penyesalan, mantan jenderal bintang tiga ini melihat ketika gong bertabuh dan hari ini dibunyikan maka amplitudonya lama. Bisa rusak satu generasi. Dan yang bertanggungjawab nanti pemimpinnya. “Orang bilang fairness nya. Dimulai dari berlatih, bertanding dan menjadi hebat,  tapi bukan menghancurkan lawan,” ungkap Waterpauw.

Disini iapun mengungkapkan terkait pencalonannya maju di Papua.  Pria yang  pandai berbahasa Jawa ini mengaku jika sebenarnya ia sedang tes ombak dimana ketika dirinya diamanatkan 2 tahun di Papua Barat dan ada sejumlah capaian positif yang diperoleh. Bisa menurunkan inflasi, stunting, kemiskinan ekstrim dan itu jadi kepuasan tersendiri. Kemudian diputuskan untuk kembali ke   Papua karena di Papua inilah ia mengabdi selama 19 tahun sehingga sangat paham soal persoalan yang terjadi di Papua.

“Dan saya tes ombak memasang spanduk besar di Imbi dan Sentani dan ternyata mendapat dukungan dari masyarakat. Artinya saya ingin menjawab harapan masyarakat itu sebagai kader Golkar. Tiba – tiba ada angin merusak semuanya. Kita semua paham politik tapi bukan begitu caranya. Ada kesadaran dan etika,” singgungnya lagi.

“Saya selama ini memang diam, namun saya tahu angin  badai tadi. Orang punya kepentingan sesaat untuk melakukan langkah seperti itu dan semoga masyarakat paham,” ujarnya lagi.  Paulus merasa 19 tahun mengabdi di Papua dan 2 tahun di Papua Barat kemudian kembali dan mendapatkan sambutan luar biasa menurutnya hal tersebut wajar. Iapun menitip pesan untuk timnya.

“Kepada masyarakat terutama pendukung dan tim kerja, relawan kaka besar yang sudah menunjukkan kinerja yang baik dan berwawasan dengan santun, tetap jaga keutuhan dan kebersamaan. Kita  tetap jalin silaturahmi membangun kesadaran satu dan yang lain sebab dari kita yang sebarkan rasa aman tenram dan damai dihati,” imbuh Waterpwu. Lalu yang berikut  untuk  keseluruhan masyarakat sejatinya soal siapa yang dimaksud tadi sudah bisa dibaca. Jangan melihat uang kecil kemudian melihat kurang hebat.

“Kita perlu katakan bahwa kita punya hak berbicara, berpendapat dan memilih pemimpin yang hebat. Buat apa membeli kucing dalam karung yang ternyata liar dan balik menyerang. Jika sesekali menyerang tidak apa tapi kalau meninggalkan kotoran dimana – mana ini yang repot,” sindirnya. Dan setelah tak lagi ikut dalam kontestasi Pilkada Papua, Paulus Waterpauw mengatakan bahwa saat ini ia akan kembali fokus menyelesaikan pendidikan S3 nya.

“Saya di UI (Universitas Indonesia) jurusan Sekolah Kajian Stratejik dan Global. Saya akan  menyelesaikan pendidikan S3 yang tinggal sedikit lagi termasuk memantau akan kehidupan anak – anak yang mau sekolah dan melanjutkan sekolah begitu juga dengan keluarga besar yang lain termasuk masyarakat Papua sebab dari dulu tugas saya membantu,” tutupnya. (ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version