Site icon Cenderawasih Pos

Forkorus Siap Turun Gunung

Forkorus Yaboisembut (FOTO:Gamel Cepos)

JAYAPURA – Presiden Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB), Forkorus Yaboi Sembut menyatakan siap untuk turun gunung setelah bertahun – tahun memilih berdiam diri. Setelah ia  dibebaskan pada tahun 2014 lalu Forkorus memang lebih banyak menetap di kediamannya di Sabron, Dosay, Sentani Barat, Kabupaten Jayapura.

Padahal ia merupakan sosok sentral yang berjuang bersama alm Theys Hiyo Eluay dan alm Tom Beanal, tokoh Papua merdeka yang  memulai pergerakan di era modern. Forkorus  mengaku sudah waktunya ia menjelaskan persoalan yang terjadi terkait kemerdekaan di Papua.

Ia berpendapat tak bisa perjuangan dilakukan tanpa mengikuti aturan main atau  hanya dengan bermodal semangat perjuangan. Ada banyak hal krusial yang harus dipatuhi  agar bisa diakui. Forkorus menyebut hingga 2023 ini sudah ada 4 kali proklamasi yang dilakukan termasuk momen 14 Desember 1988 atau yang biasa disebut bintang 14.

Meski perjuangan yang dilakukan masih terkotak-kotak, namun forkorus menghargai upaya yang dilakukan. “Saya menghargai perjuangan mereka semua. Memang ada banyak kelompok dengan gayanya masing-masing sehingga aksi juga bermunculan.  Saya hargai itu tapi saya juga menyesali sebab proklamasi sudah sekian lama namun mengapa tidak cepat selesai. Tidak ada tanda-tanda kemerdekaan,” jelas Forkorus melalui ponselnya, Rabu (13/12).

Diakui, ada empat proklamasi yang dilakukan namun menurutnya semua tetap sah sebab dulu Amerika juga melakukan hal yang sama. “Hanya saya melihat proklamasi ini tidak memenuhi syarat sebab tidak melakukan evaluasi atau introspeksi dari sisi legal standing posisinya. Apakah sudah sesuai atau menyalahi sehingga kesannya proklamasi di atas proklamasi,” bebernya.

Dikatakan ada dua asas dekolonisasi yang tidak dipenuhi sehingga dari akumulasi ini Forkorus berinisiatif memimpin masyarakat pendukung Papua merdeka untuk  menggelar deklarasi sekaligus pernyataan proklamasi dan itu dilakukan pada 19 Oktober 2011 lalu di Lapangan Zakeus, Padang Bulan.

“Jika dari empat proklamasi yang dilakukan ada yang memenuhi syarat maka saya tidak akan mengadakan pemulihan kemerdekaan. Saya lihat dari reformasi hingga kini proklamasi yang dilakukan semua tidak memenuhi syarat formil sehingga mau tidak mau kami harus pulihkan. Kami turun tangan,” imbuhnya.

Forkorus memang banyak belajar soal ini termasuk cara berdiplomasi yang tepat untuk meminta dukungan negara luar terkait perjuangan NFRPB yang sudah dilakukan selama ini. Ia menjelaskan bahwa suatu bangsa bisa dinyatakan melalui proses kemerdekaan yang benar jika kedaulatannya berada di wilayah kolonialnya.

Ia mengkritisi soal lokasi yang digunakan untuk deklarasi. Jika  menggunakan Nederlands New Guinea maka bisa saja hal tersebut dikatakan memenuhi syarat. Tapi ketika itu dilakukan dengan nama Melanesia Barat yang bukan wilayah kolonial Belanda. “Kalau tidak memenuhi syarat maka akan kembali ke titik nol,” imbuhnya.

“Jadi saya bisa katakan bahwa proklamasi yang dilakukan ibarat melalui jalan tua hanya saja legal standingnya tidak ada,” tambahnya.  Forkorus sendiri menyampaikan sudah pernah mentawarkan dan mengajak untuk berfikir realistis dan sesuai dengan aturan main akan tetapi masing – masing mau berjuang sendiri apalagi saat ini ia melihat ULMWP juga terpecah menjadi dua.

Satu di dalam negeri dan satu juga di luar negeri. “Saya tanya sebenarnya kita berjuang apa sebab ada yang keliru sehingga semua harus bersatu,” imbuhnya.

NFRPB sendiri kata Forkorus tidak tinggal diam. Upaya melobi negara pasifik hingga kini masih dilakukan seraya menyiapkan struktur organisasi. “Kemarin saya melantik mendagri dan menteri hukum dan HAM termasuk pemimpin di beberapa kabupaten. Ini bagian dari syarat yang harus dipenuhi sehingga yang jelas kami  tidak diam melainkan mempersiapkan semuanya dan saya pikir ini waktunya saya turun gunung,” tutupnya.

Sementara itu Kapolsek Abepura, AKP. Soeparmanto mengatakan pada pihaknya mendapat informasi bahwa pada Kamis, 14 Desember sekelompok orang hanya akan menggelar doa bersama. “Mereka akan gelar doa bersama, jadi tidak ada aksi di jalan,” katanya, Rabu (13/12).

Namun walaupun hanya digelar aksi doa bersama, tetapi Polsek Abepura akan tetap siaga. Hal itu bertujuan untuk antisipasi terjadinya hal di luar dugaan. “Kita tetap siaga, tapi memang informasinya mereka hanya gelar aksi doa bersama di wilayah Abepura,” ujarnya.

Soeparmanto  mengatkaan tidak akan mengerahkan pasukan yang berlebihan untuk mengamankan aksi doa bersama dari kelompok peringatan hari bintang 14 tersebut.  “Kita tidak ada persiapan pengamanan yang intens, hanya seperti biasanya siaga waspada saja,” tandasnya.

Diapun menghimbau kepada masyarakat agar tetap melaksanakan aktifitas seperti biasa. “Kami akan menjamin kemanan masyarakat silakan beraktifitas seperti biasa,” pungkasnya. (ade/rel/wen)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version