Site icon Cenderawasih Pos

5 Penyakit Autoimun yang Paling Umum,Ini Penyebab dan Cara Mengatasi Gejalanya

lustrasi: Penderita penyakit autoimun. (Istimewa)

Penyakit autoimun adalah sebuah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang balik menyerang tubuhnya sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh yang sehat biasanya melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan benda asing lainnya. Namun, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.

Ini dapat terjadi karena sistem imun keliru mengenali sel tubuh yang sehat sebagai zat asing sehingga berbalik menyerangnya.

Walau namanya mungkin cukup asing, sebetulnya ada beberapa jenis autoimun yang terjadi pada banyak orang. Berikut adalah beberapa contoh penyakit autoimun yang paling umum:

1. Rheumatoid arthritis (rematik)

Penyakit ini menimbulkan peradangan, pembengkakan, hingga nyeri pada persendian. Rematik juga bisa membuat seseorang kesulitan menggerakan sendi sehingga gerakan tubuhnya berkurang.

Jika tidak diobati, rematik dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen secara bertahap.

2. Systemic lupus erythematosus (SLE)

Dikenal juga sebagai penyakit lupus, SLE dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Gejalanya meliputi demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, sensitivitas kulit, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, dan perdarahan.

3. Psoriasis

Penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kulit yang menebal, bersisik, dan disertai bercak-bercak putih. Juga menyebabkan gatal, nyeri, dan pertumbuhan sel kulit baru yang terlalu cepat.

4. Kolitis ulseratif (Radang Usus)

Kolitis ulseratif adalah sejenis penyakit radang usus yang terjadi di lapisan usus paling dalam (usus besar) dan rektum. Gejala meliputi diare, sakit perut, dan kesulitan buang air besar.

5. Anemia pernisiosa (Anemia)

Terjadi karena terhambatnya produksi vitamin B12 di dalam tubuh. Kekurangan vitamin B12 dapat mengganggu pembentukan sel darah merah.

Melansir dari yamkes.kemenkes.co.id, gejala penyakit autoimun ditandai dengan kelelahan, nyeri otot, muncul ruam pada kulit, demam ringan, rambut rontok, sulit konsentrasi serta mengalami kesemutan di tangan dan kaki.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare umumnya terjadi karena dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.

Penyebab Autoimun

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun:

  1. Faktor Genetik: Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit autoimun dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa.
  2. Infeksi: Beberapa infeksi bakteri atau virus, seperti infeksi virus Epstein Barr, dapat memicu timbulnya penyakit autoimun.
  3. Paparan Bahan Kimia: Terpapar bahan kimia tertentu seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida juga dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit autoimun.
  4. Merokok: Kebiasaan merokok dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun.
  5. Stres: Stres yang berlebihan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun.
  6. Berat Badan Berlebih atau Obesitas: Kondisi ini juga dapat mempengaruhi respons sistem kekebalan tubuh.

Bisakah Autoimun Sembuh Total?

Penyakit autoimun tidak selalu dapat disembuhkan secara total, tetapi pengelolaan yang baik dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Pengobatan: Penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid, imunosupresan, dan obat biologisdapat membantu mengendalikan peradangan dan mengurangi gejala. Namun, pengobatan ini biasanya bersifat paliatif dan tidak menghilangkan penyebab dasar penyakit.
  2. Perubahan Gaya Hidup: Mengelola stres, menjaga pola makan sehat, berolahraga, dan beristirahat cukup dapat membantu mengurangi gejala penyakit autoimun.
  3. Konsultasi dengan Dokter: Penting untuk berkonsultasi dengan dokter secara teratur untuk memantau kondisi dan menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan.***

Sumber: Jawapos

Exit mobile version