Site icon Cenderawasih Pos

Waspada Ajaran Sesat dan Jaga Hubungan Oikumene Sesama Denominasi Gereja

Tampak suasana penyambutan para pengurus Klasis, pelayan firman dan pengurus LPPD - Pesparawi Provinsi Papua dalam ibadah syukur HUT GKI di Tanah Papua, yang diselenggarakan di halaman Kantor Klasis GKI Nawa Nirwai, Kamis (26/10) lalu. (foto:Elia for Cepos)

Dari HUT GKI di Tanah Papua ke-76 Se-Klasis GKI Nawa Nirwai

JAYAPURA – Ribuan umat menghadiri ibadah syukuran HUT GKI di Tanah Papua ke-76, yang diselenggarakan oleh umat se-Klasis GKI Nawa Nirwai di halaman Kantor Klasis GKI Nawa, Kabupaten Jayapura pada 26 Oktober lalu.

HUT GKI kali ini mengambil tema Kasih Kristus Menggerakkan Kemandirian Gereja, Mewujudkan Keadilan, Perdamaian dan Kesejahteraan.

Ibadah syukuran HUT GKI dipimpin oleh Pendeta Sientje Latuputty, D.Th, dengan dihadiri oleh 41 jemaat se-Klasis Nawa Nirwai. Turut hadir Ketua Klasis Nawa Nirwai, Pdt. Wurlim Wik Termas, S.Si.Teol., Ketua DPRD Kabupaten Jayapura, Klemens Hamo yang juga Ketua Panitia HUT GKI ke-67 se-Klasis Nawa Nirwai serta Ketua LPPD – Pesparawi Provinsi Papua, Elia Ibrahim Loupatty.

“Warga GKI harus berubah menampakan terang yang ada di dalam diri, bukan menjadi kegelapan. Hidup sebagai anak-anak terang sampai Tuhan Yesus datang kembali,” kata Pdt. Sientje Latuputty dalam khotbahnya.

“Saya percaya 6 provinsi di Tanah Papua ini akan bercahaya karena kita ada dimana-mana. Contohnya ketika kita menjadi terang di dunia politik, maka terang itu akan memberi dampak luar biasa bagi daerah setempat,” ucap dia.

Pdt. Sientje menambahkan, ciri hidup manusia yang hidup terang adalah hidup dalam kasih seperti Kristus. Sebagaimana Kristus mengasihi manusia dengan memberi diri-Nya seutuhnya bahkan mati di kayu salib.

Di samping itu, Pdt. Sientje menyebutkan sudah terjadi perubahan besar hingga di usia GKI ke-67 tahun ini. Hal ini ditandai banyaknya Gereja GKI namun tidak terpecah-pecah, tetap satu dalam Sinode GKI di Tanah Papua.

Sementara itu, Ketua Klasis GKI Nawa Wirway, Pdt. Wurlim Wik Termas dalam sambutannya mewakili Sinode GKI di Tanah Papua memaparkan kondisi pelayanan. Selain itu ia mengajak semua warga GKI berkomitmen tetap 1 sinode di tengah maraknya isu pemekaran wilayah di Tanah Papua.

“Waspada terhadap ajaran sesat dan Okultisme dan menjaga hubungan Oikumene dengan sesama denominasi gereja serta bijak dalam menghadapi kemajuan teknologi digital, supaya dapat menopang pekerjaan dan pelayanan serta hindari dampak-dampak negatif,” ujarnya.

Dirinya juga mengingatkan kepada seluruh umat untuk bijak menghadapi pesta demokrasi serentak yang akan berlangsung pada tahun 2024 mendatang.

“Tetap menjaga persekutuan dan kebersamaan dalam menghadapi pesta demokrasi, beda pilihan tidak boleh merusak hubungan persaudaraan dan persekutuan. Terus berdoa bagi kedamaian dan keadilan di Tanah Papua,” pesannya. (eri/ary)

Exit mobile version