Site icon Cenderawasih Pos

Cerita Singkat Ekspedisi Colijn-Dozy dan Cikal Bakal Penemuan Tambang Grasberg

Kondisi terkini tambang terbuka Grasberg yang sudah tak lagi beroperasi, Jumat (16/8) lalu. (foto: Cenderawasih Pos/Moh. Wahyu Welerubun)

Proses Reklamasi Tambang Grasberg Sudah 50%

MIMIKA – Tambang Grasberg merupakan tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Berada di ketinggian 4285 meter di atas permukaan laut (MDPL), tambang milik PT Freeport Indonesia ini punya sejarah yang cukup unik untuk ditelusuri lebih jauh.

Berikut penelusuran Cenderawasih Pos yang dirangkum dalam sebuah cerita singkat mengenai tambang Grasberg bersama Grasberg Eart Work, Maychel Gino Simanjuntak.

Maychel di sela-sela kesibukannya saat ditemui di kawasan objek vital tambang terbuka Grasberg, Jumat (16/8/2024) menceritakan, seperti ekspedisi sebelum tahun 1936, ekspedisi ekspedisi penting yang dilakukan oleh para penjelajah pelaut, petualang alam dan ilmuan Eropa serta beberapa ekspedisi militer Belanda ke pulau Papua hampir sebagian besar bertujuan untuk mengunjungi dan menaklukkan gunung berselimut salju di Papua.

Seperti halnya yang telah dilaporkan oleh Jan Cartenz pada tahun 1623, demikian pula ekspedisi terkenal yang dilakukan oleh Dr. A.H Colijn dan Dr. J.J Dozy pada 1936 yang mana lagi-lagi bertujuan untuk menaklukkan gunung berselimut salju tersebut dan bukan untuk mencari jebakan mineral biji.

“Jadi mereka itu melakukan ekspedisi 1936 kemudian mereka meninggalkan data-data catatan geologi karena si Dozy ini adalah seorang yang punya latar belakang geologis, jadi pada saat mereka sampai ke atas dia membuat banyak catatan-catatan kecil yang dipakai oleh Forbes Wilson,” kata Maychel.

Maychel melanjutkan, Forbes Wilson adalah seorang Kepala Eksplorasi Freeport McMoran yang berbasis di Amerika Serikat. Ia memverifikasi catatan-catatan geologi dari Dozy dan mulai mengunjungi gunung berselimut salju itu pada tahun 1960.

Dalam kunjungan tersebut, Forbes Wilson melihat potensi pertambangan yang sangat besar di kawasan itu. Namun, yang ditemukan pertama bukanlah tambang Grasberg namun tambang Ertsberg yang lokasinya pun tak jauh dari tambang Grasberg.

“Tambang Ertsberg itu dia posisinya itu dia di sisi timur selatan daripada Grasberg itu sendiri, setelah itu dilakukan usaha untuk memperoleh izin dari pemerintah sehingga ditambang sekitar tahun 1972,” tutur Maychel.

Dalam proses penambangan, eksplorasi itu masih terus dilakukan. Akhirnya, dari hasil eksplorasi menemukan tambang Grasberg yang memiliki potensi yang sangat besar.

Setelah eksplorasi tersebut, Grasberg yang ditemukan pada akhir tahun 1980-an itu kemudian dilanjutkan penambangan di tambang Grasberg yang dimulai pada tahun 1990.

Akhirnya, keberhasilan penaklukan gunung tersebut merupakan awal babak sejarah baru pertambangan tembaga hingga emas PT Freeport Indonesia yang dirintis sejak tahun 1967.

Selama 30 tahun lamanya beroperasi, tambang terbuka Grasberg atau yang juga disebut sebagai Grasberg Mine itu akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2020 silam.

Kini, seluruh aktivitas di tambang Grasberg masuk dalam tahap penutupan (closure) tambang. Proses penutupan tambang Grasberg upaya mengembalikan tambang Grasberg sedekat mungkin ke kondisi awalnya melalui proses reklamasi.

“Sedekat mungkin artinya sebenarnya usaha ya, belum tentu kembali seratus persen ke kondisi semula tapi sedekat mungkin dengan cara memantau kualitas air harus kita pastikan karena ada kualitas kimia, kemudian fisiknya kita perhatikan terkait sedimentasi, kandungan logam itu kita harus pastikan tidak akan mengganggu area sekitar,” katanya.

“Ada beberapa treatment program dengan misalkan penempatan batu kapur kemudian kita punya area juga yang harus kita stabilkan. Ada proyek besar kita di WWSS namanya itu stabilisasi tambang yang kita lakukan karena berpotensi longsor. Tapi itu sudah boleh dibilang proyeknya memang masih jalan tapi sudah bisa kita mitigasi isu geoteknikalnya, jadi sekarang kita masuk ke dalam tahap finishing,” pungkasnya.

Sementara itu, adapun proses reklamasi yang dibelaskan kini telah berjalan sekitar 50 persen lebih. Reklamasi berlangsung dengan melakukan penanaman rumput jenis Descmapsia Klossii (rumput Grasberg), Rhododendron Versteegii, Papuacalia Cartenszensis dan beberapa spesies tumbuhan subur di area reklamasi Grasberg lainnya. (mww/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version