Site icon Cenderawasih Pos

Biasanya Hanya Dua Kali, Selama Ramadan  Bisa Salat Lima Waktu di Mesjid

Warga binaan lapas kelas IIA Abepura saat mendengarkan ceramah sholat bersama dalam Masjid (Foto/Humas Lapas Abepura for Cepos)

Melihat Aktifitas Warga Binaan dan Suasana Ramadan di Lapas Kelas II A Abepura

Meski berada di balik jeruji besi, tak menjadi halangan bagi  para penghuni Lapas Kelas IIA Abepura, khususnya yagn beragama Islam untuk menjalankan ibadadah puasa pada bulan Ramadan ini. lantas seperti apa suasananya kali ini?

Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura

Kala sebagian besar umat Islam berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara untuk menjalankan ibadah puasa, hal yang beda dirasakan para Narapidana (Napi) Lapas Kelas IIA Abepura yang harus menjalaninya di balik penjara.

  Tembok kokoh dan jeruji besi seolah menjadi saksi kerinduan mereka untuk menjalani buka puasa bersama keluarga di luar sana. Bulan puasa ini, menjadi momen bagi para warga binaan yang beragama muslim, untuk merenungkan perbuatannya sekaligus lebih mendekatkan diri kepada yang Tuhan Yang Maha Kuasa dengan berpuasa.    

   “Untuk aktifitas menjalankan ibadah puasa di dalam maupun di luar sama saja,” kata Yusran, S.H, Penelaah Status Warga Binaan Pemasyarakatan sekaligus Sekretaris Pengurus Masjid At-Tarbiah Lapas Abepura kepada Cenderawasih Pos, Selasa (19/3) malam.

    Ia mengaku   selama bulan Ramadhan Lapas Abepura memperolehkan keluarga dari narapidana untuk buka puasa bersama di dalam Lapas. Setiap sore pada bulan Ramadan, Lapas Abepura  memfasilitasi keluarga warga binaan pemasyarakatan (WBP) untuk mengunjungi dan mengantarkan takjil atau makanan untuk berbuka puasa dimulai pukul 13.00 hingga 17.00 WIT.

  “Selama Ramadan setiap hari memang keluarga dari warga binaan pemasyarakatan diperbolehkan mengantarkan takjil untuk berbuka puasa,” ujarnya.

   Tak terhitung sudah lumayan cukup orang yang rutin mengantarkan makanan berbuka puasa atau takjil dalam beberapa hari pertama di bulan suci Ramadan ini. Pengantaran takjil untuk WBP harus melalui alur dan prosedur yang telah ditentukan oleh pihak Lapas.

  Terkhusus untuk para pengunjung harus mengikuti aturan atau prosedur di Lapas. Pertama, pengunjung dan pengantar makanan terlebih dahulu melaporkan diri ke pos penjaga. Kemudian, dilakukan pendataan KTP atau tanda pengenal yang sah serta ditanyai akan mengunjungi atau mengantarkan makanan untuk siapa.

  Setelah itu, pengunjung dan makanan atau barang yang dibawa akan diantarkan harus diperiksa terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyelundupan barang-barang yang dilarang seperti sendok, dan barang lainnya untuk mengantisipasi tindak kekerasan di dalam Lapas.

  Khusus untuk makanan yang ditempatkan dalam kotak plastik, pihak Lapas akan mengganti wadah tersebut dengan kantong plastik. Jika sudah terkumpul, tepat pukul 17.30 WIB makanan-makanan itu akan diantarkan kepada pemiliknya masing-masing.

 Sedangkan untuk dapat memasuki kompleks Lapas, terdapat empat gerbang yang terbuat dari baja serta ada titik bagi pengunjung harus melewati pemeriksaan terlebih dahulu. Selama bulan Ramadan, selain bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan, para WBP Lapas Kelas IIA Abepura yang beragama Islam banyak mengisi waktunya dengan beribadah.

   Selain ibadah sholat wajib lima waktu, pihak Lapas Abepura juga bekerja sama dengan  Kementerian Agama Kota Jayapura untuk mengajarkan para napi tentang ilmu agama termasuk mengerjakan salat sunah seperti dituntunkan Nabi Muhammad SAW. Seusai salat, para WBP itu bertadarus Alquran dan membaca kitab-kitab islami lainnya.

   “Kami lebih banyak menghabiskan waktu untuk kajian-kajian, salat berjamaah, tadarus Alquran dan membaca kitab-kitab selepas salat,” kata salah satu WBP, Zaiful (37) saat diwawancarai Cenderawasih Pos, Selasa (19/3).

    Meski status narapidana kasus korupsi, namun Zaiful ini dipercaya sebagai  seorang imam Masjid dan penceramah di dalam Lapas. Ia juga  peserta lomba dakwah di tingkat nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) wilayah Papua.

    Tak hanya Zaiful,  Lapas kelas IIA Abepura juga telah berhasil mendidik  seorang terpidana kasus pembunuhan, mendalami ilmu agama  yakni Muh. Wildansyah (25). Ia mendapatkan gelar juara satu dalam lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) se-Distrik Abepura.

   “Ada hikmah, untuk keluar nati kita punya bekal tersendiri untuk kita bisa bagikan kepada masyarakat secara umumnya,” lanjut Muh. Wildansyah.

   Meski saat ini belum bisa bertemu keluarganya secara langsung, tapi kerinduan itu bisa diobati dengan buka puasa bersama teman-teman napi lainnya di Lapas.  Dia mengaku tidak bisa membayangkan, puncak keharuan yang dirasakannya pada saat malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri.

  Ia berharap, Ramadhan di balik jeruji besi bisa melatih kesabaran dan mengubah diri menjadi lebih baik.  Pasalnya, tak hanya menahan hawa nafsu, lapar, dan haus, namun menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadhan tentunya menjadi tujuannya.

   Muh. Wildansyah berharap pada Idul Fitri 1445 hijriah nanti, ia dan teman-temannya bisa mendapatkan remisi atau pengurangan masa tahanan dari pemerintah agar bisa segera berkumpul dengan keluarga.

  Yusran, staf Lapas Abepura, menjelaskan bahwa lapas kelas IIA Abepura lebih fokus pada pembinaan keperibadian dan kemandirian. “Untuk sekarang  fokus pembinaan kami itu ada dua pembinaan keperibadian dan kemandirian, kalau di bulan puasa ini kami berfokus pada pembinaan kepribadian karena ini menyangkut masalah keagamaan”, kata Yusran kepada Cenderawasih Pos, melalui telepon seluler, Jumat (21/3) sore.

   Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa lapas kelas IIA Abepura di bulan Ramadhan telah kerja sama dengan Kemenag kota bersama para Ustadz untuk pembinaan terhadap kepada para narapidana yang beragama Islam.

   “Untuk buka puasa hampir sama dengan yang diluar mulai dari kami menyiapkan sahurnya mereka, buka puasa bersamanya mereka kemudian juga untuk Ibadah rutinnya seperti salat lima waktu,” jelas Yusran.

  Pada hari biasa, lanjut Yusran Lapas kelas IIA Abepura hanya mengizinkan warga binaan untuk salat  dua kali saja dan selebihnya dilakukan di dalam kamar.

“Tetapi di bulan puasa ini kami membuka kesempatan bagi mereka untuk melaksanakan salat lima waktu dalam Masjid, biasanya cuman dua kali saja mereka salatnya di kamar, sekarang kami buka lima kali, mulai dari subuh sampai salat Isyanya itu di Masjid,” ujarnya.

    Achmadi (39), Petugas keamanan lapas kelas IIA Abepura, menyampaikan bahwa untuk aktifitas menjalankan ibadah puasa  tidak ada bedanya yang di dalam lapas maupun yang di luar.

Di lingkungan Lapas   Abepura juga telah menyediakan tempat untuk warga binaan yang ingin memperdalam skill atau kemampuannya dalam bidang tertentu, seperti Bengkel, Tukang kayu, dan juga belajar membuat roti..

   Untuk pembuatan Roti, Lapas Abepura mendatangkan orang yang profesional untuk mengajar para  Narapidana didalam sel. “Dengan harapan setelah bebas nanti para Narapidana ini bisa menerapkan skilnya ini kepada masyarakat dan dirinya sendiri,” harapnya.

   Diketahui saat ini jumlah warga binaan yang beragama Muslim di lapas kelas IIA Abepura berjumlah 164 orang dari total keseluruhan 777  orang warga binaan. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version