Site icon Cenderawasih Pos

Banyak Orang Memiliki Mimpi, Tapi Tidak Memiliki Semangat untuk Meraihnya

Prof. Dr. E. Vince Tebay, S.sos. M.Si. Guru Besar FISIP yang baru dikukuhkan. (FOTO:Karel/Cepos)

Vince Tebay, Perempuan Suku Mee Pertama yang Meraih Gelar Profesor

Prof. Dr E. Vince Tebay resmi menyandang gelar sebagai Guru besar di bidang Ilmu Admnistrasi Publik, setelah dikukuhkan di Auditorium Uncen Selasa (19/3) lalu.  Seperti apa perjalanan karir hingga meraih gelar jabatan akademik tertinggi, apa pesan kepada para perempuan Papua terutama dari suku Mee?

Laporan: Carolus Daot Jayapura

23 Agustus 1969 silam, pasangan, Pdt. Yosia Tebay dan Marcy Mote, melahirkan anak perempuan yang diberi nama Vince Tebay.

Setelah melewati masa mulai jenjang sekolah dasar hingga menegah atas, putri cantik dari Pasutri itu, melanjutkan pendidikannnya tinggi di Universitas Cendrawasih. Kemudian tahun 1995 ia berhasil meraih gelar Sarjana Administrasi Negara.

Semangatnya untuk belajar tampaknya tidak hanya sampai di situ, namun dia kembali melanjutkan pendidikannya ke Jenjang S2, dan pada tahun 2007 dia berhasil meraih S2 Manajemen Pembangunan Daerah di IPB Bogor Jawa Barat.

Tidak hanya itu tahun 2008, Istri dari pasangan almarhum Prof. Daniel Sthroutis itu berhasil meraih gelar Magister Administrasi Publik di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Jakarta. Selanjutnya tahun 2012 dia berhasil meraih gelar Doctor Administrasi Publik di Universitas Padjadjaran Bandung.

Dan Tahun 2014, Post Doctoral Public Service’s on  Public Sector University of  Wisconsin Medison, Amerika Serikat (Pasca Doktor Pelayanan Publik di Sektor Publik University of Wisconsin Medison, Amerika Serikat).

Pencapaiannya itu tampaknya tidak terlepas dari pengalaman dan jabatan yang telah diembannya. Dimana pada periode  2003-2008, Vince menjabat sebagai Ketua divisi kerjasama Pusat Study Wanita (PSW) Uncen. Kemudian tahun yang sama terhitung sejak 2002-2004, dia menjabat sebagai Ketua KPU Mimika.

Lalu tahun 2008-2021 perempuan suku Meepago itu diperjaya mengemban jabatan Ketua Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ekonomi, Yayasan Peduli Daerah, Wilayah Papua.

Tahun 2018-2020, sebagai Ketua Program Studi Administrasi Negara S1. Dan tahun 2013-2021 Vince menjabat sebagai Ketua Konferensi Jurnal Internasional IFRD Dubai dan Cenderawasih University.

Bersamaan dengan itu terhitung mulai  2017-Sekarang dia juga menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Data dan Informasi Pembangunan (Pusdip) Kemudian sejak tahun 2019-Sekarang menjadi Ketua Pusat Studi Gender dan Anak Uncen.

Tidak hanya itu sejak tahun 2018-2021 lalu dia juga dipercayakam sebagai  Ketua Yayasan Papua Aweida Anigou (YPAA) dan mulai tahun 2021 sampai sekarang dirinya dipercayai sebagai Ketua Suara Perempuan Indonesia.

Dengan pengalaman dan jabatannya yang luar biasa ini, Vince tampaknya telah memboyong berbagai Piagam Penghargaan dan Tanda Jasa. Seperti pada tahun 1997 dia menerima Piagam Widyaiswara Tingkat Nasional (BP7) dari BP7 Nasional, 2016 menerima publisher IFRD Dubay IFRD dari Dubay Emirate Arab.

Selain itu pada tahun 2017 dia mendapatkan sertifikat, Kerjasama Jurnal dari Universitas Penang Malaysia. Lalu tahun 2018 dia menerima Sertifikat Badan Pengawas (BP) dari YPMAK (Freeport).

Serta pada tahun 2020 dia menerima Sertfikat, sebagai Nara Sumber Program Doktoral Ilmu Sosial dari Program S3 Pasca Uncen.

Tidak hanya pada dunia pendidikan, tapi Vince juga aktif sebagai pengabidan masyarakat, bahkan dirinya memiliki 13 jenis kegiatan pengabian masyarakat.

Ini semua tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik keluarga, para dosen tapi juga tentunya tidak terlepas peran besar gereja dan peran lain,” ucapnya usai prosesi pengukuhan di Auditorium Uncen Selasa.

Dikatakan wujud atas semua perjuangannya itu tidak terlepas dari mimpi dan kerja kerjasnya selama ini.  “Tapi juga dukungan semua pihak, saya tidak pernah lupa atas itu,” ujarnya.

Terlebih sebagai perempuan Meepago, Lapago, atau wilayah termarginal di Tanah Papua, keberhasilannya mengubah stigma tabir, kebodohan, keterbelakangan, anak anak Papua selama ini.

Dan stigma itu dihilangkan, karena pendidikan tidak pernah membatas ruang bagi siapapun selama punya niat dan semangat yang juang.

“Banyak orang memiliki mimpi tapi, tidak memiliki cukup banyak semangat untuk meraihnya, tapi saya mewakili perempuan Mee bisa raih itu,” ungkapnya.

Diapun mengatakan sebagai seorang profesor tentunya mempunyai tanggungjawab yang sangat berat untuk membuktikan serta memotivasi kaum perempuan terutama perempuan Papua, bahwa meraih jabatan akademik tertinggi tidak hanya diraih oleh sesorang tapi semua juga bisa selama punya niat dan komitment yang kuat.

“Semua orang bisa menjadi apapun, tergantung niat dan semangat mau bekerja, sebab mimpi itu harus dikerjakan,” tuturnya.

Mengerjakan sesuatu kata dia membutuhkan proses, serta rintangan yang harus dilalui. Sebab tidak akan terwujud jika hanya punya niat, tapi tidak selaras dengan semangat kerja yang tinggi. “Sayapun bisa sampai pada titik ini tidak datang begitu saja, tapi melalui proses yang panjang,” kata Vince.

Diapun mengatakan keberhasilannya itu, bagian dari keberhasilan lembaga pendidikan dalam hal ini Uncen. Tentunya dengan begitu akan memperkuat perkembangan Uncen ke depan.

“Dalam pendidikan jabatan tertinggi seorang dosen itu guru besar, jadi keberhasilan ini tidak hanya untuk saya pribadi tapi keberhasilan lembaga pendidikan, serta orang orang hebat yang mendukung saya selama ini,” tuturnya.

Oleh sebab dia mengharapkan pencapaiannya itu menjadi motivasi bagi perempuan-perempuan lain di Papua khususnya perempuan di wilayah adat Meepago, dan Lapago.

“Kalau saya anak dari wilayah termarginal bisa kenapa yang lain tidak, ini tergantung diri kita sendiri mau berjuang atau tidak,” pungkasnya. (*/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version