Site icon Cenderawasih Pos

Jangankan Jemaah Indonesia, Jemaah Afghanistan pun Dibantu

Sekelumit Kisah Perjuangan Petugas Haji Selama di Tanah Suci 

Bahkan untuk urusan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan, para petugas haji siap membantu para jemaah semaksimal mungkin. Berikut bagian akhir laporan ARIS IMAM MASYHUDI yang baru pulang bertugas di Tanah Suci.

SAAT masuk lift untuk turun meninggalkan salah satu hotel pemondokan jemaah Indonesia di kawasan Markaziyah, Madinah, Arab Saudi, air mata Mujahiddin Nur tak tertahan lagi. Sebuah peristiwa yang tak akan pernah terlupakan baru saja dialaminya.

  Saat tengah berada di Masjid Nabawi, personel layanan jemaah lansia dan disabilitas Petugas   Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi itu bertemu dengan seorang kakek. Mbah Salim, nama kakek berusia 75 tahun itu. Wajahnya terlihat lelah. Sorot matanya menampakkan kebingungan.

  Saat kakek itu tengah meneguk air zamzam yang diambilnya dari salah satu deretan jeriken di pelataran masjid, Mujahiddin pun menghampirinya. Begitu terkejutnya saat Mujahiddin mendengar cerita jemaah asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.

  Mbah Salim ternyata sudah hampir dua hari berada di Nabawi sendirian. Gara-gara tertinggal rombongan setelah salat berjemaah, dia lupa jalan pulang kembali ke hotelnya.

Mbah Salim tidak berani ke mana-mana. Tetap berada di area Masjid Nabawi. Dia juga kesulitan untuk bertanya. Sebab, tak tahu nama hotelnya.

  Selama dua hari itu, sang kakek sama sekali tidak makan. Hanya minum air zamzam. Dia percaya akan mendapat berkah dari air itu.

”Setelah mendengar cerita beliau, saya langsung mencium tangannya, meminta maaf. Kenapa kami sampai lalai sehingga tidak tahu ada jemaah seperti beliau sampai tidak bisa pulang ke hotel,” katanya.

  Begitu tiba di lantai 5 hotel yang ditempati, keharuan pecah. Seluruh rekan satu rombongan Mbah Salim histeris. Sebab, selama dua hari itu pula mereka mencari sang kakek.

”Semoga perjuangan sampean diridai Allah, Nak,” kata Mbah Salim sembari merangkul ketika Mujahiddin berpamitan, doa yang membuat Mujahiddin menangis saat masuk lift.

  Kisah Mujahiddin hanya satu dari begitu banyak cerita tentang perjuangan para petugas haji Indonesia selama musim haji 2024. Mereka turun membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan. Apa saja itu.

  Bahkan, untuk urusan yang sebenarnya mereka tidak pernah lakukan. Misalnya, kisah yang dialami Asep Firmansyah dan Hikmah Rosalina. Dua petugas haji itu bukanlah tenaga kesehatan. Namun, saat berada di Masjid Nabawi maupun kompleks Masjidilharam, keduanya seolah-olah bisa bermetamorfosis menjadi dokter dadakan.

   Saat di Nabawi, Asep sempat mendapati seorang jemaah mengalami stroke. ”Saya lari minta bantuan petugas di sektor khusus (seksus). Lalu, kami bersama-sama membopong beliau untuk mendapat perawatan pertama dari tim kesehatan,” katanya.

  Demikian pula Hikmah. Beberapa kali dia bertemu jemaah sakit. Misalnya, saat berada di area Jamarat, Mina, tempat lempar jumrah.

Dia mendapati seorang jemaah yang duduk diam. Rupanya, dia mengalami kelelahan luar biasa. ”Saya refleks memberi suplemen dan makanan. Lalu, memijiti kakinya. Alhamdulillah, 15 menit kemudian sudah segar,” katanya.

   Para petugas haji Indonesia juga kerap membantu jemaah dari negara lain. Salah satunya saat dia bersama empat rekannya mengevakuasi seorang jemaah asal Afghanistan yang tertinggal rombongannya hampir seharian di Nabawi.

  ”Sempat terkendala bahasa, tapi akhirnya jemaah itu berhasil kami antar ke unit emergensi di Nabawi. Alhamdulillah, tak lama kemudian dia sudah bisa terhubung dengan rombongannya,” katanya.

  Para petugas haji yang mendampingi langsung para jemaah juga tak kalah berat. Ibarat kata, mereka harus bisa menjawab apa saja yang ditanyakan maupun diperlukan jemaah.

Zainal Muttaqin, salah seorang personel PPIH Arab Saudi yang bertugas mendampingi jemaah lansia maupun sakit melaksanakan safari wukuf selama di Arafah, mengalaminya.

   Terutama soal keabsahan safari wukuf. ”Dan kami semua harus bisa memberi jawaban dengan ilustrasi yang mudah. Agar bisa menenangkan mereka,” katanya.

  Tak hanya itu, Zaenal dan para pendamping safari wukuf juga beberapa kali ikut membantu pemenuhan urusan harian para jemaah. Salah satunya, dia ikut merawat seorang jemaah yang mengalami stroke dan tidak didampingi keluarga.

  ”Karena kesulitan bergerak, kami ikut membimbing gerakan salat sambil berbaring,” katanya.

Perjuangan para petugas haji di sektor transportasi juga tak kalah berat. Salah satu yang paling diingat Asep Edwin, petugas transportasi PPIH Arab Saudi daerah kerja Madinah, kepolosan para jemaah.

  Dia pernah dihampiri seorang jemaah yang kebingungan karena merasa belum menerima kunci kamar. ”Padahal, kuncinya sudah dibawa, tapi dalam bentuk kartu,” katanya. (*/c6/ttg)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version