Site icon Cenderawasih Pos

4.961 Balita  Alami Resiko Stunting, Harus Ada Kesadaran Pola Hidup Sehat

Kondisi salah satu bayi yang mengalami stunting saat di rawat di RSUD Jayapura beberapa waktu lalu.(foto: Karel/Cepos)

Mencermati Balita Beresiko Stunting dan Upaya Mengatasinya di Tanah Papua 

Setiap pemerintah daerah, termasuk di Papua, diinstrusikan oleh pemerintah pusat untuk serius menangani stunting di wilayah masing-masing. Penegasan ini penting, karena untuk mewujudkan generasi berkualitas harus ada perhatian sejak dini.

Laporan: Carolus Daot

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)   Provinsi Papua Nerius Auparai  menyampaikan berdasarkan data sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM) hingga September  tahun 2023 lalu, 4.691 anak di bawah umur 5 tahun atau Balita di Papua dan 3 Daerah Otonom Baru (DOB) yakni Papua Tengah, Papua Selatan dan Papua Pegunungan mengalami resiko stunting.

  Hal ini dipicu karena beberapa faktor, diantaranya minimnya pasokan makanan bergizi bagi Ibu hamil, dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kemudian rendahnya kesadaran pola hidup yang sehat, pola asuh yang tidak berjalan baik, serta fasilitas kesehatan yang terbatas.

  Tidak hanya itu resiko stunting bagi balita ini juga terjadi karena gangguan kesehatan pada ibu hamil. Dimana menurutnya banyak Ibu hamil yang mengalami anemia atau kurang darah serta anak terpapar penyakit menular atau infeksi berulang, seperti diare, malaria, infeksi saluran pernapasan akut, dan tuberkulosis.

  “Kendala utama tingginya stunting baik Balita termasuk juga dewasa, karena pemahaman tentang gisi keluarga masih sangat renda,” ujarnya kepada Cendrawasih pos, di ruang kerjanya, Jumat (5/1).

   Terutama lanjutnya masyarakat yang ada di wilayah sulit. Pemenuhan gizi keluarga khususnya Ibu hamil dan Ibu menyusui masih sangat rendah. Hal lain disebabkan karena tingkat pendapatan masyarakat bisa dikatakan minim, sehingga untuk mendukung dalam hal peningkatan pola hidup sehat bagi Ibu hamil dan menyusui sangat terbatas.

   “Harapannya tahun 2024 ini adanya peningkatan cakupan pelayanan kesehatan oleh dinas terkait, tapi juga masyarakat yang memiliki Balita termasuk juga Ibu hamil harus aktif ke posyandu dan puskesmas untuk mendapat pelayanan,” ujar Nerius.

   Diapun mengungkapkan untuk Provinsi  Papua Induk dari data PPGBM sampai september 2023 jumlah balita sebanyak 18.251 orang. Dari jumlah yang ada Balita yang beresiko stunting  sebanyak 2.167 orang. “Paling tinggi ada di Kabupaten Mamberamo Raya dan Supiori,” sebutnya.

    Kemudian Papua Tengah jumlah Balita di daerah tersebut sebanyak 5.699 orang. Kemudian yang beresiko stunting 777 orang. Sementara itu Papua Selatan 7.930 orang, dengan jumlah beresiko stunting 1.404 orang. Dan untuk Provinsi Papua Pegunungan jumlah Balita yang didata

PPGBM per september 2023 lalu sebanyak 1.857 orang dengan jumlah resiko stunting  343 orang.

  “Kami harap dengan data yang ada, dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dalam mengintervensi persoalan stunting di masing-masing daerahnya,” harapnya.

   Sebab menurutnya persoalan stunting ini tidak bisa hanya dilakukan oleh satu instansi atau pihak tertentu, tapi perlu adanya kerjsama yang konkret dari berbagai pihak. Karena kasus stunting itu bisa diatasi bila semua pihak berkomitemn untuk membangun kerjasama yang baik, baik pemerintah maupun masyarakat.

  “Misalnya ibu hamil aktif mengecek kesehatan janinnya, tapi juga pemerintah mampu menginterfensi terhadap persoalan stunting ini saya yakin masalah ini bisa diatasi dengan baik,” tandasnya.

   Dari Bkkbn sendiri dalam hal menekan angka stunting di Papua maupun DOB, khususnya Balita, mereka telah membuka progam pendamping bagi resikso stunting.

  Kami itu punya progam pendamping resiko stunting, artinya jika ada yang beresiko stuntkng, akan ada dokter dan tim pendamping untuk mengurus itu,” katanya.

Sehingga hal itupun juga diharapkan dibangun oleh masing masing instansi atau pemerintah dimasing masing daerah Kabupaten/Kota di Papua dan tiga DOB.

  “Semoga dengan progam yang dibangun oleh masing masing Kabupaten Kota, perosalan stunting baik Balita di Papua Induk dan juga DOB bisa turun,” pungkasnya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version