Site icon Cenderawasih Pos

Pertamina Mampu Mengubah Kobek Milenial Kian Mandiri dan Kini Kebanjiran Order

Mama Yane, pendiri Kobek Milenial Papua saat membersihkan sebuah karya mereka yang ada di rumah produksi di Jalan Sungai Tami Dok VIII Atas, Jayapura Utara, Senin (30/11). (foto:Erianto / Cenderawasih Pos)

Kobek Milenial Papua,  Mitra Binaan PT Pertamina Fuel Terminal BBM Jayapura di Jayapura Utara 

Siapa yang menyangka jika Kobek Milenial Papua bisa sesukses saat ini. Mitra Binaan PT Pertamina Fuel Terminal BBM Jayapura yang bergerak pada bidang pengrajin souvenir dari batok kepala berkembang pesat.

Oleh:  Erianto – Jayapura

MENENGOK ke belakang, Kobek Milenial Papua memiliki perjalanan yang cukup panjang. Awalnya Mama Yane Maria Nari, selaku pendiri Kobek Milenial Papua mengawali usahanya dengan mendaur ulang bahan bekas menjadi sebuah souvenir rumah tangga.

Karena semakin menjamurnya pengrajin daur ulang sampah membuat Mama Yane banting setir ke tempurung kelapa. Karena kala itu, usaha mendaur ulang barang bekas juga tidak berjalan mulus. Pernah menemui masa sulit yang hampir membuat Kobek Milenial Papua hampir menyerah.

Kemudian pada tahun 2019, Kobek Milenial Papua mulai dilirik oleh PT Pertamina. Sekaligus sebagai titik awal kebangkitan dan menjadi Kobek Milenial Papua sebagai Mitra Binaan.

Melihat potensi yang dimiliki oleh Mama Yane, PT Pertamina langsung mengirim Mama Yane untuk mengikuti pelatihan di luar Papua. Agar keterampilan yang dimiliki oleh Mama Yane bisa dipoles jauh lebih baik lagi.

Beranjak dari situ, di tahun yang sama, PT Pertamina pun mendirikan sebuah rumah produksi lengkap dengan mesin produksi yang bertempat di Jalan Sungai Tami Dok VIII Atas, Jayapura Utara. Tepat di samping kediaman dari Mama Yane.

“Mereka bangun rumah produksi dulu baru mesin datang. Dan juga sudah disiapkan galery. Dulunya saya membuat kerajinan memakai beling tapi saat ini sudah pakai mesin berkat bantuan dari Pertamina,” ungkap Mama Yane kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di rumah produksinya, Senin (30/10).

Berbekal pelatihan serta ditunjang dengan mesin yang memadai, Mama Yane kini bersama dengan beberapa pekerja membuat mereka bisa menerima pesanan dan sekarang kebanjiran orde . Hal itu yang menjadi nilai plus Kobek Milenial Papua.

“Dulunya sebelum ada bantuan dari Pertamina kami membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk menghasilkan sebuah produk. Contohnya seperti pohon kelapa biasanya butuh waktu sampai satu minggu tapi setelah ada mesin bisa satu hari atau dua hari,” ujarnya.

Kobek Milenial Papua merupakan usaha kecil yang bergerak pada bidang souvenir berbahan baku batok kelapa kering. Dari batok kelapa, Kobek Milenial bisa membuat berbagai macam hiasan. Mulai dari hiasan kantor, rumah tangga dan hiasan lainnya.

Dengan adanya bantuan dari Pertamina, Kobek Milenial Papua saat ini mulai kebanjiran pesanan. Saat ini Mama Yane tidak hanya mendapatkan pesanan dari warga Kota Jayapura, tapi pesanan juga hadir dari berbagai daerah.

“Pesanan mulai banyak, dan barang-barang produksi kami juga beberapa ada di panjang di Galeri Kehutanan Papua. Pesanan biasanya kebanyakan dari pihak OPD dan perhotelan,” ujarnya.

Dalam menjalankan usahanya, Mama Yane tak sendirian, bakatnya itupun ia turunkan untuk anak-anaknya. Kini, ia kerap dibantu oleh 4 buah hatinya. Bahkan dia juga memberdayakan beberapa tenaga lainnya. Soal harga pun, masih terbilang murah. Mulai dibandrol dari harga Rp 10 ribu hingga Rp 5 juta.

“Paling murah itu hiasan gantungan kunci, sendok seharga Rp 10 ribu, pohon kelapa Rp 2,5 juta, dan yang paling mahal itu miniatur perahu seharga Rp 5 juta. Juga ada berapa jenis souvenir lainnya. Kami biasanya kerja sesuai pesanan,” jelasnya.

Mama Yane juga mengaku Pekan Olahraga Nasional atau PON XX 2021 juga membawah berkah. Tak tanggung-tanggung, kala itu Kobek Milenial Papua kadang mendapatkan omset paling rendah Rp 8 juta perbulan.

“Kami menyampaikan terima kasih banyak kepada Pertamina karena sudah membantu kami begitu banyak. Dan hasil dari usaha ini cukup lumayan. Semua hasil penjualan pun semuanya untuk kami, kami sangat berterima kasih kepada Pertamina,” ucapnya.

Mama Yane mengaku bahwa usaha yang dia tekuni ini cukup membantu perekonomian mereka. Bahkan memberikan lapangan pekerjaan kepada orang lain. Tentu ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia dalam menekan kemiskinan ekstrim.

Dirinya juga menuturkan bahwa usahanya kini mulai mandiri sejak Maret lalu. Dimana PT Pertamina tak lagi memberikan mereka bantuan dana. Tapi menurutnya, apa yang telah diberikan oleh Pertamina sudah lebih dari cukup.

“Kerjasamanya terakhir bulan Maret kemarin, kami harus mandiri. Karena Pertamina sudah memberikan kami banyak sekali. Terima kasih untuk Pertamina,” pungkasnya.

Sementara itu Unit Manager Communication, Relations and CSR Pertamina Regional Papua-Maluku, Edi Mangun turut mengapresiasi kerja keras Mama Yane selama ini. “Mama Yane dan kelompoknya merupakan kelompok yang bisa kami kategorikan sebagai kelompok yang berhasil dalam bertahan dan terus maju dalam menghadapi berbagai kondisi bisnis,” ujarnya.

“Beliau terus berinovasi dan meningkatkan peningkatan produknya untuk mengenalkan pada pasar karena produk kerajinan tempurung kelapa ini baru ada dan satu satunya di Jayapura,” sambung Edi.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina tidak lepas dari Agen Pembangunan Negara. Dalam hal ini, Pertamina wilayah Marketing Operation Region VIII berkomitmen untuk berkontribusi dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat sekitar wilayah operasi di Maluku hingga Papua melalui program-program pemberdayaan masyarakat dalam kerangka program CSR dan PKBL, selain tugas-tugas pokoknya tata energi hingga ke pelosok negeri. (*)

Exit mobile version