Site icon Cenderawasih Pos

Dipalang Dua Hari, Aktifitas FISIP Uncen Lumpuh

Sejumlah mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih menggelar aksi demonstrasi di Kampus Uncen,  Rabu (31/7). (Foto Jimianus)

Akibat 127 Calon Mahasiswa Baru Tidak Lolos Seleksi JMSB

JAYAPURA – Sejumlah mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) menggelar aksi demonstrasi di Kampus Uncen, Waena, Distrik Heram Kota Jayapura pada Rabu (31/7).

   Aksi tersebut sebagai bentuk protes tidak lolosnya 127 calon mahasiswa baru angkatan 2024/2025 yang menggunakan Jalur Mandiri Seleksi Bersama (JMSB). Sejumlah massa aksi memalang jalan masuk fakultas dan berorasi secara bergilir menyampaikan tuntutannya.

  Diketahui aksi pemalangan yang dilakukan sejumlah mahasiswa FISIP itu dimulai, Selasa (30/7) hingga Rabu (31/7) sekira pukul 13.30 WIT. Penanggung jawab aksi Eben Tabuni, mengatakan pihaknya menggelar aksi tersebut untuk mendesak respon pimpinan Dekan FISIP, Marlina Flassy, S.Sos, M, Hum, P.hd.

  “Aksi Pemalangan ini akan terus dilakukan sampai ada jawaban dari pimpinan Dekan FISIP, Ibu Marlina Flassy,” ujar Eben Tabuni kepada Cenderawasih Pos, Rabu (31/7)

  Gelaran aksi tersebut dikarenakan tidak lolosnya 127 calon mahasiswa baru melalui jalur mandiri di Fakultas FISIP. Menurutnya semua kewenangan mengenai penerimaan tersebut ada di pihak lembaga yakni dekan fakultas,   mereka mendesak Dekan Marlina Flassy selaku pimpinan.

  Akibat dari aksi tersebut seluruh aktivitas kampus lumpuh dari pukul 08.30-13.30 WIT. Dari pantauan dan data yang Cenderawasih Pos peroleh  di lokasi, kurang lebih 246 orang mahasiswa yang akan wisuda pada 22 Agustus 2024 mendatang jadi terhambat dalam mengurus Administrasi.

  Ones (25), mahasiswa semester akhir mengaku resah dan kecewa dari tindakan yang dilakukan sejumlah mahasiswa tersebut. Ia mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat menganggu peroses belajar mengajar bagi mahasiswa lain. Tidak hanya itu dia juga mengatakan yang dilakukan sejumlah mahasiswa tersebut dapat menganggu teman-teman mahasiswa yang mengurus administrasi untuk keperluan wisuda.

   “Untuk mereka yang melakukan aksi ini, mereka tidak sadar kalau mereka ini mahasiswa. Di satu sisi mereka dapat merepotkan belajar mengajar, Bahkan mungkin ada teman-teman mahasiswa yang ke kampus mengurus keperluan administrasi,” jelas Ones, kepada Cenderawasih Pos (32/7).

  Sebagai mahasiswa semester akhir, Ones mengatakan bahwa ia harus menyelesaikan  berbagai uruskan administrasi sebagai persyaratan Wisuda pada bulan Agustus mendatang. Dia mengatakan untuk teman-teman yang melakukan aksi demo, jangan hanya pikirkan diri sendiri tetapi coba berpikir juga untuk kepentingan orang lain.

  “Coba berpikir untuk teman-teman yang lain. Mereka datang ke sini dari daerah semuanya datang ke sini cuman untuk kuliah. Tetapi kalian bikin seperti ini. Semakin lama kita waktu studi disini, semakin banyak juga pengeluaran yang orang tua kita harus keluar, hanya untuk kita kuliah saja,” ujarnya.

  Diakui apa yang dilakukan teman-teman aksi demo itu bagus untuk dilakukan. Tetapi caranya penyampaian saja kurang tepat. Kata dia, penyampaian aspirasi  tidak harus berdemo, kalau bisa berdialog kenapa tidak atau bisa juga melalui media sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi teman-teman. Kalau memang ingin berdialog dengan universitas, siapa tahu melalui media itu bisa menjadi notice.

  “Karena kita sekarang ada di zaman modern, kita harus memanfaatkan media. Karena media juga sebagai alat kontrol dari masyarakat juga, jadi kalau tidak dimanfaatkan dengan baik maka hasilnya sama saja,” terangnya.

  Dia mengatakan untuk pengumpulan berkas pendaftaran batas terakhir 22 Agustus 2024 mendatang. Sementara semua mahasiswa di FISIP belum selesai mengurusnya, dengan adanya aksi tersebut, ia berharap akan diperpanjang lagi.

  Menanggapi masalah itu salah seorang dosen yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan tindakan yang dilakukan mahasiswa itu hanya menjadi penganggu di dalam kampus. Dia mengatakan aksi seperti ini sering dilakukan di Uncen, di semua fakultas tanpa terkecuali.

   “Mereka ini sebagai penganggu di dalam kampus. Mereka selalu saja bikin kegiatan yang tidak bermanfaat dan merugikan orang lain,” ujarnya.

  Ia menjelaskan bahwa berdasarkan undang-undang pelayanan publik. Pelayanan  dilakukan berdasarkan aturan, jadi ia mempertanyakan tujuan dari aksi tersebut. “Aturan mana ketika ada mahasiswa yang tidak lulus, minta  ada kegiatan tambahan mulai menerima atau melakukan tes ulang?” ujarnya.

  Sementara itu koordinator lapangan aksi, Fergis mengaku telah bertemu dengan Dekan FISIP dengan PD III, dan beberapa ketua program studi dan para staf lainnya. “Hasil rapat tadi kami memberikan data mahasiswa baru kepada pimpinan lembaga, tetapi pimpinan lembaga tidak memberikan kepastian terhadap kami, pimpinan mahasiswa dan Korlap,” jelasnya

  Menurutnya, penyampaian jawaban dari pihak kampus dalam hal ini FISIP, akan mengupayakan jika ada kekosongan untuk  menerima menerima mereka yang tidak lulus seleksi. Dengan catatan, mereka harus calon mahasiswa yang benar-benar sudah mengikuti tes seleksi.

   “Jawab mereka jika ada kekosongan kami akan upayakan untuk melakukan proses   mahasiswa/i yang baru, tetapi itu pun jika mahasiswa/i tersebut kalo sudah ikut tes. Jika yang tidak ikut tes kami tidak akan lakukan upaya untuk melakukan proses,” ujarnya. (kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version