Site icon Cenderawasih Pos

Sampit Kalimantan Tengah Diguncang Gempa Tektonik untuk Pertama Kalinya

JAKARTAGempa bumi dengan magnitudo 4,5 telah mengguncang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah pada Senin (30/10) pukul 01.21 WIB.

Bencana alam tersebut, menjadi salah satu fenomena langka yang terjadi di Ibu Kota Sampit, mengingat tidak pernah ada gempa bumi sebelumnya.

Ya, dari tahun ke tahun, gempa bumi belum pernah terjadi di Ibu Kota Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Sehingga, guncangan yang terjadi pada dini hari itu merupakan pertama kalinya bagi Kotim.

Melansir Radar Sampit, Selasa (31/10), bencana alam yang terjadi di Ibu Kota Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tergolong gempa tektonik yang disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik.

Dimana, lempeng tektonik merupakan lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan dan mineral yang bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel bumi yang lebih dalam.

Lempeng tektonik tersebut dapat bergerak secara horizontal atau vertikal, dan interaksi antar lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik, sesar, dan aktivitas gunung berapi.

Gempa tektonik ini biasanya terjadi di wilayah yang berada di sepanjang batas lempeng tektonik, seperti sepanjang garis sesar atau daerah subduction zone.

Meski tidak memiliki gunung dan hanya terdiri dari perbukitan, Ibu Kota Sampit belum tentu bisa dikatakan bebas dari bencana gempa. Pasalnya, gempa tektonik dapat terjadi di daerah mana saja dengan peluang risiko dan dampak yang lebih kecil dari gempa vulkanik akibat aktivitas gunung merapi.

“Betul, gempa bisa terjadi di mana saja, termasuk Kotim yang belum pernah sama sekali mengalami gempa. Biarpun jarang atau tidak pernah sama sekali mengalami gempa. Biar pun jarang atau tidak pernah sama sekali, paling tidak bisa saja terkena rambatannya,” ucap kepala BMKG Kotim Stasiun Bandara Haji Asan Sampit Musuhanaya.

Kepala BMKG Musuhanaya menambahkan, bahwa beberapa alat sensor untuk mendeteksi gempa sudah terpasang di wilayah Kalteng, seperti Kabupaten Katingan, Palangka Raya, Barito Selatan, Barito Utara, dan Kotawaringin Barat.

Kotim belum memiliki alat sensor gempa, sehingga kami hanya menerima informasi dari BMKG Sleman dan Balikpapan, serta laporan informasi dari masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam bersama timnya telah melakukan peninjauan langsung terkait lokasi-lokasi yang terkena dampak, seperti Masjid di Desa Sungai Paring.

“Setelah kami monitor ke lokasi yang terdampak gempa, ada satu Masjid di Desa Sungai Paring yang mengalami kerusakan. Beberapa keramik lepas, tiang retak, tetapi dilihat dari struktur bangunan tidak ada masalah,” kata Multazam dikutip JawaPos.com melalui Radar Sampit.

Pihaknya juga menerima laporan mengenai warga Cempaga yang turut merasakan dampak getaran gempa, dimana mereka berbondong-bondong keluar rumah untuk mengamankan diri.

“Setelah kami berkoordinasi dengan BMKG, pusat gempa berada di Cempaga. Tim geofisika Balikpapan juga sempat komunikasi dengan kami baru dapatkan data ini. Sebelumnya belum pernah terjadi di Kotim. Mereka janji akan melakukan mapping ulang pada patahan sesar di wilayah Kalimantan,” imbuhnya.

Bupati Kotim Halikinnor juga merasa kaget dengan bencana gempa yang mengguncang Kotim. “Ini pertama kalinya Kotim mengalami gempa. Seumur-umur Kotim belum pernah mengalami gempa,” ucapnya.

Menurutnya, sampai saat ini Kotim belum perlu memikirkan struktur bangunan anti gempa, sebab bencana itu baru terjadi dan memiliki dampak yang kecil.

Akan tetapi, apabila nantinya berpeluang menjadi kejadian besar, maka akan dipertimbangkan kembali agar struktur bangunan dibuat memenuhi standarisasi keamanan dari bencana gempa.

“Selama ini kita memanag tidak mempertimbanagkan struktur gempa. Paling ada angin ribut, puting beliung, petir. Mudah-mudahan saja ini hanya gejala alam yang tidak terjadi lagi gempa susulan yang membuat khawatir masyarakat,” tambahnya. (*)

SUmber: Jawapos

Exit mobile version