Site icon Cenderawasih Pos

Tafsir Al-Mishbah Kini Masuk Dunia Digital

SESUAIKAN ZAMAN: Prof M. Quraish Shihab (tengah) menghadiri peluncuran aplikasi Tafsir Al-Mishbah di Jakarta, Selasa (31/10). (HILMI SETIAWAN/JAWA POS)

Ditulis Prof Quraish Shihab Mulai 18 Juni 1999, Baru Selesai 5 September 2003

JAKARTA– Tahun ini buku Tafsir Al-Mishbah karya Prof M. Quraish Shihab genap berumur 20 tahun. Menginjak dekadenya yang ketiga, Tafsir Al-Mishbah merambah dunia digital lewat aplikasi Tafsir Al-Mishbah. Quraish hadir langsung dalam peluncurannya di Jakarta kemarin (31/10).

Pada kesempatan itu, Quraish didampingi dua putrinya, yaitu Najwa Shihab dan Nasywa Shihab. Tafsir Al-Mishbah mulai ditulis pada 18 Juni 1999 dan selesai pada 5 September 2003. Dia mengaku sama sekali tidak menyangka karyanya tersebut bakal masuk dunia digital. Namun, perkembangan teknologi sekarang sudah tidak bisa dibendung.

Quraish lantas membuka memori pada masa awal-awal penulisan Al-Mishbah. Dia mengakui bahwa menulis tafsir itu butuh waktu. ”Buya Hamka bisa menulis tafsir saat dipenjara,” katanya. Sedangkan waktu itu dia baru mendapatkan tugas dari Presiden B.J. Habibie untuk menjadi duta besar di Mesir.

Quraish sempat menolak tugas dari Habibie tersebut. Tapi, Habibie terus memintanya. Kata Habibie saat itu, guru besar bisa menjadi diplomat. Sebaliknya, diplomat tidak bisa menjadi guru besar. ”Saya ke Kairo sedikit terpaksa. Di sana saya merasa dipenjara,” paparnya. Apalagi, tugas diplomatik cenderung bersifat party dan bertemu orang. Saat itu tidak ada masalah dalam hubungan diplomasi Indonesia dengan Mesir.

Di tengah rasa seperti dipenjara itu, Quraish meluangkan waktu untuk menulis tafsir. Awalnya dia memperkirakan hanya empat jilid. Tetapi, ternyata Tafsir Al-Mishbah terdiri dari 15 jilid. Total waktu yang diluangkan Quraish untuk menulisnya sekitar 3,5 tahun.

Saat itu dalam sehari Quraish menulis selama sepuluh jam. Dia merasakan seperti tidak bisa berhenti menulis. Allah seperti memberikan jalan mempermudah upayanya menulis tafsir. Quraish sama sekali tidak pernah merasa berat saat menulis.

”Mungkin (yang merasa, Red) berat istri saya. Kok saya menulis terus,” katanya disambut meriah para undangan.

Quraish mengakui, dalam perjalanan waktu 20 tahun ini, ilmu pengetahuan dan situasi terus berkembang dan berubah. Bisa jadi, apa yang menurutnya benar ketika menulis tafsir tersebut, sudah tidak benar lagi pada masa ini. Untuk itu, dia sangat terbuka terhadap kritik, bahkan perbaikan. Selama yang melakukan perbaikan atau revisi tafsir itu benar-benar orang yang mempunyai keahlian. ”Saya garis bawahi, yang ahli,” tandasnya.

Kegiatan tersebut juga dihadiri tokoh NU Ulil Abshar Abdalla. Dia menyatakan mengagumi Quraish sejak peluncuran bukunya berjudul Membumikan Alquran. Menurut Ulil, pada periode 1980–1990, Quraish sudah menjadi penafsir yang paling top. ”Saya membaca tafsir (Al-Mishbah) ini pinjam orang lain. Karena waktu itu belum kuat beli,” katanya lantas tertawa.

Ulil menerangkan, menulis tafsir untuk Alquran secara utuh 30 juz dalam waktu 3,5 tahun secara kontinu adalah hal yang luar biasa. Dia menegaskan, meskipun banyak ahli tafsir, tidak semua diberi anugerah bisa menulis tafsir. (wan/c9/oni)

Exit mobile version