Site icon Cenderawasih Pos

Pemerintah Akhirnya Masukan 112 Meja Kursi ke SD Negeri  Sentani

Sekda Hanna Hikoyabi dan Ted Y Mokay, saat memberikan keterangan pers di Kantor Bupati Jayapura,  Kamis (20/10). (FOTO: Robert Mboik Cepos)

SENTANI- Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui dinas pendidikan akhirnya memasukan sekitar  112 meja kursi ke SD Negeri Sentani. Kursi meja ini dipinjam sementara dari sekolah sekolah di sekitar Kota Sentani, yang memiliki kelebihan kursi dan meja.

Sekda Hanna Hikoyabi mengatakan,  ini sebagai upaya cepat pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura mengatasi masalah kekurangan kursi dan meja yang ada pada sekolah tersebut. Karena saaat ini, pemerintah sedang menunggu proses pengadaan kursi meja yang sedang dipesan melalui beberapa meubeler yang ada di sekitar Kota Sentani Kabupaten Jayapura.

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura Hanna Hikoyabi  didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura menjelaskan,  pihaknya sudah melakukan mobilisasi kursi dan meja yang dibutuhkan di beberapa ruang yang masih kurang.”Sambil menunggu yang baru datang kemudian yang lama kita ganti,” ujar.

Menurutnya,  pendidikan merupakan satu hal yang sangat diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Jayapura dan hal itu juga sudah termuat di dalam visi misi Bupati Jayapura.  .

Dia menegaskan,  pembangunan gedung baru di sekolah SD Negeri Sentani itu sudah dilakukan dua tahun lalu dan itu hanya dianggarkan untuk pembangunan gedungnya saja.  Sementara untuk pengadaan meja dan kursi untuk 6 ruang kelas yang ditambah itu harus dianggarkan secara terpisah.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura,  Ted Mokay menambahkan, sekolah itu baru 3 bulan berjalan melaksanakan kegiatan KBM di gedung baru itu.  Persoalan kekurangan meja kursi yang terjadi di sekolah itu sebenarnya tidak menjadi rumit, apabila pihak sekolah menerima siswa sesuai kemampuan sekolah. Namun fakta yang terjadi justru sekolah menerima jumlah siswa di luar kemampuan fasilitas yang ada, sehingga terjadi penumpukan jumlah siswa yang berujung pada pembagian waktu belajar yaitu pagi dan siang hari.

“Sekolah sendiri yang menerima siswa melebihi kapasitas sekolah. Akhirnya mereka membagi shift. Dinas hanya tahu mereka hanya terima siswa sesuai daya tampung,” ujarnya. (roy/ary)

Exit mobile version