Site icon Cenderawasih Pos

Butuh 1 Jam Menapaki Jalan Berlumpur, Warga Tagih Janji Pemkot Bangun Jalan

Lokasi wisata air panas di Kampung Mosso Distrik Muara Tami  yagn masih alami dan belum dikelola baik sebagai destinasi wisata, Sabtu (9/3). (foto:Elfira/Cepos)

Mengunjungi Lokasi Potensi Wisata Sumber Air Panas Mosso di Perbatasan RI-PNG

Berbagai potensi wisata dimiliki oleh sejumlah kampung di Kota Jayapura, salah satunya di Kampung Moso Distrik Muara Tami. Kampung ini memiliki sumber air panas, yang bila dikelola baik, bisa jadi destinasi wisata untu mengangkat perekonomian di Kampung. Seperti apa kondisinya saat ini?

Laporan: Elfira_Jayapura

Rasa penasaran dengan adanya sumber air panas di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami mendorong Cenderawasih Pos bersama beberapa teman untuk melihat lokasi ini. Sabtu (9/3) kemarin, kami menuju ke lokasi ini dengan mengunakan sepeda motor hampir satu jam lebih dari Kota Jayapura.

   Hanya saja, setelah sampai Kampugn Moso,  untuk menuju lokasi ini tidak bisa menggunakan kendaraan roda dua biasa. Sebab, kondisi jalanan berlumpur, bahkan genangan air terlihat memenuhi jalan bekas roda kendaraan roda empat. Karena berlumpur, memang susah untuk dilewati dengan jalan kaki. Tak ayal, sandal sepatu  alas kaki pun harus dilepas, untuk memudahkan menapaki jalan berlumpur ini,

  Suasana pinggiran hutan, dengan suara burung dari dahan pohon, dan sahut sahutan kodok mengiringi perjalanan kami memasuki lokasi sumber air panas yang berlokasi di Kampung Mosso, pagi itu.

Jalan menuju lokasi sumber air panas Kampugn Moso yang masih berlumpur, apalagi saat hujan turun.

    Tak ada lalu lalang kendaraan, kecuali motor modif pengangkut kayu milik warga yang tinggal di Kali Udang. Hanya ada satu atau dua orang yang melintasi jalan ini, itu pun mereka yang memiliki lahan kebun di area tersebut.

  Untuk menuju tempat wisata air panas yang warga setempat biasa menyebutnya chath yang artinya panas, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 1 jam-an dari perkampungan Mosso hingga ke lokasi. Jika menggunakan kendaraan, maka harus menggunakan motor modif, Jeep, motor trail dan durasi waktu tibanya lebih cepat.

  Meski memiliki jalan yang rusak penuh akan lumpur, nyatanya sudah banyak warga yang mengunjungi sumber air panas  yang jaraknya berdekatan dengan PNG itu. Sebab tak hanya air panas yang bisa dinikmati pengunjung saat mendatangi tempat ini, melainkan juga Kali Mosso atau warga setempat menyebutnya chawang.

  Abner Rehwi, Wakil Ketua Bamuskam, Kampung Mosso, berkali-kali mengeluhkan kondisi jalan rusak menuju tempat wisata air panas. Namun hingga kini, keluhan Abner dan warga lainnya tak juga digubris pemerintah. “Kita minta dinas terkait bisa perhatikan Kampung Mosso terutama tempat wisatanya,” ujarnya.

   “Sempat ada penyampaian dari Dinas PU Kota akan memperbaiki jalan dari Kampung Mosso menuju lokasi air panas, namun hingga kini janji itu belum ditepati juga,” ucapnya dengan nada kesal.

  Padahal, dengan memperhatikan tempat wisata, secara tidak langsung pemerintah meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Sebab, menjadikan banyak pengunjung yang berdatangan di Kampung Mosso yang secara tidak langsung perputaran ekonomi terjadi.

   Mama-mama bisa menjual hasil kerajinan mereka, atau menjual hasil kebun mereka. Dan pemuda kampung bisa ojek mengantar pengunjung ke lokasi wisata air panas maupun kali Mosso.

  “Jika jalannya bagus kan mama-mama tak perlu jalan kaki ke batas untuk menjual hasil kerajinan atau hasil kebun mereka,” ucapnya.

  Abner ingat betul, pernah sekali ada pengunjung yang ingin mengunjungi air terjun, namun begitu mengetahui kondisi jalannya penuh lumpur,  mereka mengurungkan niatnya dan memilih kembali.

    Sementara itu, untuk lokasi wisata air panas. Mulai dikenal warga sekitar tahun 2019, menurut Abner lokasi ini menjadi destinasi wisata bagi warga yang ada di Kampung Mosso dengan jumlah penduduk sekitar 500-an jiwa ini.

  Mereka yang sudah pernah ke air panas adalah Dinas Pariwisata hingga mahasiswa yang sedang melakukan penelitian untuk skripsinya.

  Cenderawasih Pos sendiri saat tiba di lokasi wisata air panas ini, menjumpai lokasi yang rindang penuh akan pepohonan. Dari sumber air di lokasi ini, sesekali terlihat mengeluarkan uap, beberapa titik juga terlihat gelembung-gelembung, seperti air yang mendidih, dan bau belerang begitu menyengat.

     Beberapa tempat  di daerah lain, ada juga sumber air hangat dengan bau belerang ini, yang diyakini bisa untu membantu menyembuhkan penyakit kulit. Hanya saja hal ini memang perlu penelitian lebih lanjut. Yang jelas, menurut Abner sumber air panas ini tidak bisa diminum karena mengandung belerang.

   Abner juga mengingatkan untuk berhati-hati, untuk tidak langsung mencelupkan anggota tubuh ke sumber air panas ini.  “Pernah ada tamu dari luar Papua, ia datang ke lokasi lalu jatuh. Begitu naik ke darat, kakinya melepuh saking panasnya,” kata Abner.

  Secara spesifik, lokasi sumber air panas ini sendiri tak begitu luas, hanya beberapa meter, persegi saja, dan airnya juga tak begitu dalam. Namun untuk menjawab rasa penasaran dengan medannya dan aliran sungai mosso yang deras, tak ada salahnya untuk menyambangi tempat ini. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version