Menengok Kondisi dan Pemanfaatan Kolong Jembatan Youtefa di Kota Jayapura
Jembatan Youtefa di atas pintu masuk teluk Youtefa kini memang menjadi ikon di Kota Jayapura. Jembatan ini menjadi penggerak roda ekonomi, biaik dunia pariwisata maupun kuliner sepanjang pantai Hamadi dan Holtekamp.
Laporan: Robert Mboik _Jayapura
Kehadiran Jembatan Youtefa atau yang sering dikenal dengan nama Jembatan Merah menjadi salah satu ikon baru di Kota Jayapura terutama dari sektor pariwisata. Jembatan yang terbentang di atas teluk Youtefa, menghubungkan Hamadi dan Holtekamp itu, cukup terkenal dengan keindahannya.
Dengan dibangunnya jembatan cantik ini telah memberikan kontribusi yang besar terutama dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi di Kota Jayapura. Ini terlihat dari banyaknya cafe, restoran serta rumah makan yang dibangun oleh pihak swasta di sepanjang pesisir pantai holtekamp. Sudah jelas bahwa ini merupakan dampak positif dari kehadiran jembatan tersebut.
Tidak hanya di bagian permukaan jembatan itu yang menampilkan kesan yang indah dan menarik, tetapi di bagian bawah atau kolong jembatan itu, sebenarnya juga menawarkan panorama yang tidak kalah indahnya.
Keindahan itu sejatinya sudah terbentuk secara alami. Pintu masuk yang menghubungkan teluk youtefa dengan laut bebas ini kini dihubungkan jembatan itu. Disisi barat dari jembatan, ada dua kampung asli, yakni Tobati dan Enggros yang sama-sama dipagari hutan Manggrove di bagian sisi timur kampung itu.
Namun, panorama alam yang terkesan alami itu, mulai ternoda dengan aktivitas oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Aksi vandalisme pada bagian kaki/tiang dan pondasi jembatan, mengalihfungsikan lahan kosong di bawah jembatan sebagai tempat pesta miras, jelas sangat kontras dengan apa yang orang orang tahu tentang jembatan itu.
“Hampir setiap malam, orang minum mabuk di sini, anak kecil, perempuan laki laki, orang tua juga mereka minum dan ribut disini,” kata mama Yolanda Sanyi, Kamis (2/11).
Mama Yolanda Sanyi dan keluarganya, hampir setiap malam menyaksikan tingkah laku tidak terpuji dari beberapa oknum warga kota yang selalu datang dan menjadikan tempat itu sebagai lokasi nyaman untuk bermaksiat. Dia mengisahkan, oknum-oknum ini seperti sudah putus urat malu dan hilang kesadaran, mempertontonkan perbuatan tidak terpuji. Padahal, berulang kali ditegur untuk tidak berpesta miras di lokasi itu.
“Kalau kami tegur, nanti dong (mereka) lempar rumah dari atas sana,” ujarnya sambil menunjuk ke arah atas jembatan.
Dia mengisahkan, kengerian yang terjadi di lokasi itu, kala malam hari tiba, hingga dijulukinya sebagai tempat angker. Karena saat ini dan setiap malam, kawasan di bawah Jembatan Youtefa itu, sudah menjadi langganan orang berkumpul untuk berpesta miras, bahkan dari malam hari hingga menjelang pagi hari.
Dia sangat mengharapkan kawasan itu bebas dari aktfitas seperti itu. Karena tidak saja menganggu, tapi mengancam keberadaan daerah wisata tersebut. Satu saat nanti, lokasi itu bisa saja tidak lagi diminati dan tinggal cerita.
Ancaman paling serius dan nyata misalnya banyaknya botol kaca bekas minuman yang sudah dihancurkan dan dibiarkan beserakan begitu saja. Ini jelas membuat orang akan takut mengunjungi kawasan itu. Karenanya, peran aparat keamanan tentunya sangat dinantikan untuk kedepanya bisa menertibkan kawasan tersebut.
“Sudah lapor pak RT, tapi tidak ada perubahanya, kami harap polisi rutin razia kesini,” pungkasnya. (*/tri)