Site icon Cenderawasih Pos

Diameter Semburan Sumur Gas Kian Melebar

Semburan sumur gas yang berada di pemukiman masyarakat Gugis di Kampung Holtekamp. Sumur yang digali masih mengeluarkan gas, dan material lainnya seperti lumpur dan pasir. Hingga kini sumur yang diameter lubangnya hanya 3 inchi, sekarang sudah melebar. Foto ini diambil Senin (23/10) kemarin. (foto:Robert Mboik/Cepos)

Tak Hanya Lumpur, Kini Keluarkan Pasir

JAYAPURA – Semburan sumur gas di pemukiman masyarakat Bugis di Kampung Holtekamp masih terus terjadi. sumur tersebut masih terus mengeluarkan gas disertai air dan material pasir. Namun untuk volume pasir yang dikeluarkan dari dalam sumur tidak terlalu banyak.

Selain itu, diameter sumur yang semula hanya 3 inch sekarang sudah lebih besar atau lebar.

” Jadi sekarang selain mengeluarkan pasir,  awalnya lumpur saja tetapi sekarang hanya pasir dan juga  lebar sumur bukan lagi 3 inchi tetapi lebih lebar lagi kalau kita lihat sudah seperti drum,” kata Muhamad Haris, selaku pemilik lahan sewa tersebut kepada koran ini Senin (23/10) lalu.

Pantauan Cenderawasih Pos, debit air yang keluar dari dalam sumur itu sebenarnya tidak terlalu besar, meskipun secara ilmiah mereka juga belum melakukan pengukuran berapa debit air yang keluar dalam waktu 1 detik.

Sementara dari dalam sumur itu terlihat seperti air yang sedang mendidih diakibatkan oleh semburan gas. Hanya saja gas yang dikeluarkan dari dalam sumur tersebut  tidak mengeluarkan aroma apapun. Saat ini, pihak kepolisian sudah menutup akses masuk kedalam sumur dengan memasang garis polisi.

Sementara itu, Bangkit Sudrajad, salah satu dosen Prodi Teknik Geofisika  Universitas Cendrawasih menjelaskan  jika dilihat dari kandungan material lumpur dan pasir yang dikeluarkan dari dalam sumur itu, tidak mengandung minyak.  Selain itu apinya juga tidak memiliki asap.

“Kalau ini gas yang terbakar,  mahasiswa sebelumnya  sudah mengukur, yang panas itu dari apinya, suhunya sekitar 450 derajat. Sedangkan airnya itu tidak panas. Berartikan gas yang terbakar itu karena ada oksigen di permukaan,  itu yang akhirnya keluar api,” jelasnya.

Dari pengukuran yang sudah dilakukan pihaknya dengan menggunakan metode  tomografi resistivitas yaitu sama seperti geo listrik cuma pihaknya menggunakan parameter elektromagnetik, hasilnya pada kedalaman 21 sampai 28 meter itu ditemukan lapisan pasir dan lempung.  Kemungkinan lapisan pasir dan lempung itu yang menahan gas tersebut, namun akhirnya gas tersebut keluar akibat di bor.

“Jadi kalaupun nanti ingin ditutup, kita harus menggunakan material yang bisa menyerupai lempung dan pasir.  Intinya material yang permeabilitasnya mendekati nol yang tidak bisa ditembus gas,”paparnya.

Di tempat terpisah, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Papua, akan turun melakukan penelitian terkait dengan sumur gas yang berlokasi di pemukiman masyarakat Bugis, Kampung Holtekamp, Distrik Muara Tami.

Plt Kepala Dinas ESDM Papua, Elyas Wenda menyebut, pihaknya sudah membuat surat yang akan ditujukan kepada Pj Gubernur Papua, M Ridwan Rumusukun. Dimana surat tersebut sebagai bentuk dukungan.

“Kita sudah buat surat untuk sampaikan ke Pj Gubernur, nanti dukungannya seperti apa lalu kami membentuk tim teknis yang akan turun ke lokasi untuk menindaklanjuti terkait semburan gas tersebut,” kata Elyas kepada Cenderawasih Pos, Selasa (24/10).

Adapun langkah yang diambil pihak ESDM, dimana tahap pertama sudah melakukan rapat kecil, termasuk membuat surat yang akan disampaikan kepimpinan sembari menunggu arahan berikutnya dari pimpinan. Pihaknya kata Elyas, akan libatkan SKPD teknis.

Sebelumnya lanjut Elyas, pihak ESDM sudah turun ke lapangan untuk mengecek lokasi ditemukannya sumur gas tersebut. Ia pun tak memungkiri bahwa dataran Koya (Muara Tami) memang memiliki potensi gas, karena sebelumnya juga ditemukan dengan lokasi yang berbeda.

“Holtekamp itu memang memliki kandungan gas cair, ada beberapa jenis kandungan gas di sana (Holtekamp), namun kami belum bisa memastikan itu. Terlebih kami belum memiliki alat yang lengkap,” kata Elyas.

Terkait dengan sumur bor sendiri, Elyas menyampaikan jika biasanya masyarakat yang mau melakukan penggalian sumur bor harus membuat izin. Sehingga pihaknya mengeluarkan izin.

“Sebenarnya penggalian sumur bor itu harus ada izin terlebih dahulu, karena melalui penelitian,” ucapnya.

Selain itu lanjut Elyas, minimal penggalian sumur bor dengan kedalaman 3 hingga 4 meter. Namun, ada warga yang sampai melakukan penggalian 28 meter. Termasuk lokasi ditemukannya sumur gas.

“Kami mengimbau kepada masyarakat sekitar lokasi sumur gas, agar lokasi tersebut jangan diganggu dulu lantaran api yang sementara naik tidak bisa ditutup,” pungkasnya. (fia/roy/wen)

Exit mobile version