Site icon Cenderawasih Pos

Hujan Deras, Tiga Perumahan di Sentani Terendam

Kondisi BTN Qaliwe yang terendam, Minggu (17/3) kemarin. (FOTO:Yohana/Cepos)

60 KK Terpaksa Mengungsi

SENTANI – Bulan Maret nampaknya harus menjadi perhatian bagi warga Kota Sentani dan sekitarnya, pasalnya hujan lebat  yang melanda Kota Sentani pada Sabtu (17/3) malam kemarin sekira pukul 01.00 WIT  membuat tiga kompleks perumahan di Sentani terendam, dan memaksa warganya mengungsi.

Jika melihat dari lima tahun belakangan kejadian banjir bandang di Sentani terjadai pada Sabtu malam 16 Maret 2019 nyaris sama dengan kejadian malam kemarin, hanya tak ada longsor, dan tak ada korban jiwa.

Dari pantauan koran ini, sebagian ruas jalan tergenang, dan dampak terparah, lebih dari 50 KK harus mengungsi ke rumah sanak saudara yang tidak terdampak banjir.

Intensitas curah hujan yang cukup tinggi, memicu meluapnya air dari sungai-sungai kecil yang kemudian, masuk pada beberapa kompleks perumahan seperti BTN Griya Rovelle, BTN Qaliwe dan Juga BTN Gajah Mada yang berada di Kelurahan Dobonsolo, Sentani Kab. Jayapura.

Warga masih menghawatirkan akan adanya banjir susulan mengingat intensitas hujan cukup tinggi, meski aksi pembersihan drainase, pengerukan pembuangan air di sekitar kompleks, hal tersebut belum dapat menghindari masuknya air ke perumahan warga.

Seperti halnya yang diungkapkan, Yosep salah satu warga Griya Rovelle menjelaskan bahwa kondisi normal atau  hujan tidak deras,  tidak masalah dan tidak ada banjir dan kalau tergenang pasti cepat surut.

Kondisi BTN Griya Rovelle, yang terendam, Minggu (17/3)

“Namun karena hujan sangat deras membuat beberapa sungai meluap seperti sungai besar Kehiran, dan diikuti anak-anak sungai sekitar membuat air masuk  di perumahan  kami,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Minggu (17/3) kemarin.

Diakuinya, selain perumahan BTN  Griya Rovelle di sebelah ada juga  perumahan BTN Griya Qaliwe serta Gajah Mada juga mengalami nasib serupa.

“Sebelumnya dari developer, kami dibangunkan pagar atau tembok, sehingga pada saat banjir air tidak bisa masuk, namun karena tergerus air yang deras, tembok tersebut jebol sehingga air masuk ke kompleks kami,” jelasnya.

Namun yang paling terasa adalah perumahan Qaliwe yang juga berdekatan dengan anak sungai atau kali kecil yaitu kali Qaliwe, yang  meluap cukup tinggi hingga menutup pembuangan drainase dari BTN Griya Qaliwe.

Membuat air kembali merendam rumah warga, kondisi terparah berada di Jalur E dan F sekitar 70 unit rumah terendam, sebagian warga terpaksa mengungsi akibat luapan air tersebut.

Seperti yang diungkapkan Iptu Musa Ayakeding, Kanit Reskrim Polsek Sentani Kota menjelaskan, pada saat cura hujan pada Minggu dinihari pukul (01.00) WIT, – (02.30) WIT, BTN Griya Qaliwe sudah terendam air, hingga subuh tinggi air capai kurang lebih 2 meter.

“Dengan kondisi tersebut sebagian warga langsung mengungsi, ada yang ke Doyo Lama, Pasar Lama hingga mengungsi ke Kota Jayapura di Hamadi, mereka mengungsi ke rumah keluarga, dari data yang kami terima sekitar 70 rumah terendam air dan 60 KK yang kondisinya paling parah sehingga diharuskan untuk mengungsi,”katanya lagi.

Selain itu, untuk BTN Griya Rovelle juga dua bloknya ikut terendam yaitu Blok.A5 sekitar 5 KK dan Blok A4 sekitar 11 KK yang terdampak banjir tersebut.

Mengatasi hal tersebut, pihaknya juga telah melakukan pengerukan aliran kali Qaliwe,  yang juga merupakan aliran pembuangan drainase dari kedua kompleks yang terendam banjir.

“Sementara untuk membuka pembuangan baru, sehingga tembus pembuangan perumahan BTN Joko Indah, dampaknya 15 KK di BTN Gajah Mada akan habis terendam,” jelasnya.

Diakuinya, untuk BTN Gajah Mada sudah ada talud yang dibangun oleh swadaya masyarakat, tetapi karena hujan beberapa jam tersebut, membuat talud tersebut jebol, dan air memasuki rumah warga.

“Tim kami sudah mengecek, ada 15 KK yang terdampak dari hujan tersebut, namun mereka memilih untuk menetap di perumahan  masing-masing,” terangnya.

Dijelaskannya, untuk mengatasi kondisi serupa, harus ada pembangunan tanggul untuk menampung air dari anak-anak sungai yang ada, dan jangka pendek diharapkan kepada setiap warga untuk rajin membersihkan drainase masing-masing, dan jangan ada penumpukan sampah. Sehingga pada saat hujan, sampah-sampah tersebut tidak menghalangi jalur air.

Sementara itu Esron Pakpahan, salah satu pembina pramuka yang juga anggota rescue Kota Jayapura mengatakan peristiwa banjir bandang yang terjadi pada 19 Maret 2019 itu dan mencatat lebih dari 100 orang meninggal itu perlu diperingati.

“Peringatan atau diperingati ini bagus juga sebab dengan sendirinya kita akan terus mengingat bahwa bencana alam itu bisa terjadi kapan saja dan bisa menelan korban jiwa. Bisa menjadi momentum untum mawas diri,” kata Esron Pakpahan.

  Ia menyebut bahwa kejadian kelam di kota dan Kabupaten Jayapura ketika itu bisa dijadikan pembelajaran bahwa ketika hutan dibabat, tanah digali maka potensi bencana itu sangat mungkin terjadi.

“Jangan sampai sejarah kelam itu dilupakan begitu saja dan manusia kembali lalai dan musibah kembali terjadi,” bebernya. Senada disampaikan salah satu pegiat social Kota Jayapura, Gunawan yang menyebut bahwa hingga kini ia tidak melihat apakah musibah banjir bandang di Jayapura akan diperingati atau tidak.

“Pendapat saya akan lebih baik ada pesan yang disampaikan pemerintah terkait bencana tersebut sebab itu akan mengingatkan masyarakat. Kita tahu masih banyak warga yang tinggal disekitar lereng dengan kebiasaan – kebiasaan yang berpotensi merugikan orang lain,” beber Gunawan. (ana/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version