Site icon Cenderawasih Pos

Jokowi: Pilih Capres Ojo Grusa-grusu

Presiden Jokowi (Instagram @jokowi)

JAKARTA- Jokowi memberikan sejumlah pesan saat menghadiri Rakernas Ke-VI Projo di Jakarta, Sabtu (14/10). Di antaranya, penentu kemenangan adalah rakyat. Kedaulatan ada di tangan rakyat.

“Yang punya suara rakyat. Yang mencoblos itu rakyat. Yang menentukan kemenangan juga rakyat,” jelasnya dengan penuh semangat. Untuk itu, dia meminta agar semua pihak harus berbaik-baik dengan rakyat.

“Jadi, siapa yang kita pilih?” timpal Jokowi. Dia menyampaikan, ojo grusa-grusuOjo kesusu. Jangan tergesa-gesa. Sebab, jika sudah waktunya, semua akan tahu.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu menyebut suhu politik mulai hangat. Bahkan bisa jadi sedikit panas. Dia mengimbau para relawan agar tidak manas-manasin atau ngompor-ngomporin. Sebaliknya, ketika ada percikan yang bisa memicu api, harus segera dipadamkan. “Tidak usah saling menjelekkan, tidak saling mengolok-olok, apalagi memfitnah,” paparnya.

Menurut dia, beda pilihan politik itu wajar dan biasa. Jangan sampai silaturahmi rusak gara-gara beda pilihan politik. Kemudian, jangan cepat dimasukkan ke hati. Tidak boleh gampang baper, marah sana marah sini, benci sana benci sini.

Jokowi mengingatkan, tantangan ke depan semakin berat. Indonesia butuh pemimpin yang punya visi taktis dan jelas. Memiliki keberanian. Berani ambil risiko. Punya nyali dan berani menghadapi tekanan negara besar. Rakyat butuh pemimpin yang tak banyak bicara, tetapi yang banyak kerja.

https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Sementara itu, mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) mengimbau rakyat untuk jeli memilih presiden dan wakil presiden. Menurut dia, presiden dan wakilnya harus memiliki kualitas yang sama. “Ini yang kadang-kadang dilihat salah, bahwa Wapres adalah ban serep. Iya benar, Wapres cadangan jika ada presidennya,” ungkap mantan pendamping Jokowi dan SBY itu.

Tapi, jika presiden tiba-tiba ada halangan, maka wakil presiden akan naik menjadi presiden. Jadi, presiden dan wakilnya harus sama kualitasnya, sama kemampuannya. “Sudah ada bukti waktu Gus Dur mundur dan Bu Megawati yang gantikan jadi presiden,” tuturnya.

“Ini adalah negara besar. Bukan kayak Burma atau yang lain. Ini 270 juta orang, negara besar keempat di dunia. Jika salah memilih, itu bermasalah kita,” tegasnya. (tyo/wan/gal/ata/c18/oni)

Exit mobile version