Site icon Cenderawasih Pos

Dua Tahun Tak Ada Guru, Anak-anak Belajar di Gereja

Sejumlah anak anak saat belajar di Gereja Kingmi Jemaat Kristus Pelepas Huewi, Distrik Tangma, beberapa waktu yang lalu. ( FOTO: Neas for Cepos)

JAYAPURA-Hampir dua tahun, anak anak di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo tidak mendapatkan hak atas Pendidikan. Sebagian para guru dikabarkan memilih menghabiskan waktu di kota ketimbang harus mengajar anak-anak di distrik tersebut.

Tak ingin anak-anak SD YPPGI Tangma mengalami ketertinggalan dalam hal pendidikan, beberapa komunitas anak muda dan pemuda gereja berinisiatif mengajarkan anak-anak ini di Gereja Kingmi Jemaat Kristus Pelepas Huewi, Distrik Tangma.

Ketua Pendiri Komunitas Yayasan Hano Wene, Neas Wanimbo menyampaikan, anak-anak saat ini memilih belajar di rumah masing-masing atau di gereja lantaran tak ada guru di sekolah mereka.

“Selama ini, saya dan teman-teman komunitas serta pemuda gereja terlibat mengajar anak-anak di gereja ketika guru tak ada. Dengan begitu, ketika para guru datang saat ujian, anak-anak tetap mengenal angka dan huruf serta tahu membaca,” ucap Neas kepada Cenderawasih Pos, Rabu (9/2).

Adapun yang diajarkan Neas bersama pemuda lainnya yaitu belajar membaca, mengenal huruf dan angka. Mereka melakukan aktivitas belajar mengajar di Gereja Kingmi Jemaat Kristus Pelepas Huewi, Distrik Tangma.

Anak-anak di tiga kampung yang mau mengikuti proses belajar mengajar yakni Kampung Huewi, Songani dan Songani. Masih ada beberapa kampung di Distrik Tangma yang belum terjangkau dengan aktivitas belajar mengajar.

“Yang kita jangkau baru 3 kampung untuk mengajarkan anak-anak membaca dan menulis, sementara kampung lainnya belum bisa kami jangkau karena letak geografis,” ucapnya.

Kendala yang dihadapi Neas dan kawan kawan yakni, anak-anak tak memiliki alat tulis. Sehingga diharapkan ada sumbangan sukarela dari relawan dan membelikan alat tulis serta buku bacaan untuk anak-anak agar bisa belajar.

“Kami harap pemerintah setempat bisa melihat ini. Ada ratusan anak-anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan akibat tak adanya guru di daerah mereka,” tutup Neas. (fia/nat)

Exit mobile version