Site icon Cenderawasih Pos

Miliano Jonathans, Sayap Lincah Vitesse Ternyata Punya Keturunan dari Depok

Miliano Jonathans ketika beraksi bersama Vitesse di Liga Belanda. (Instagram/@milianojonathans_)

JAKARTA– Miliano Jonathans, pemain muda berbakat yang kini bermain sebagai sayap kanan untuk Vitesse Arnhem di Eredivisie, telah menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepak bola Indonesia.

Tidak hanya karena penampilannya yang impresif di lapangan, tetapi juga karena hubungan eratnya dengan Indonesia. Dalam sebuah momen yang mengejutkan, keluarga Miliano melakukan kunjungan ke Jakarta sekitar sebulan yang lalu, yang kemudian memicu spekulasi tentang kemungkinan bergabungnya sang pemain dengan Timnas Indonesia.

Kehadiran Hamdan Hamedan, staf ahli Kemenpora, dalam pertemuan tersebut semakin memperkuat isu ini. Melalui sebuah postingan di Instagram Story, Hamdan mengisyaratkan nada positif yang membangkitkan harapan para penggemar Garuda.

Dikutip dari laman resmi Transfermarkt Indonesia, Miliano mengungkapkan kerinduannya terhadap Indonesia. Dia menyebutkan bahwa dirinya ingin kembali secepatnya ke tanah kelahirannya nenek moyangnya. Alasan lain yang mungkin terdengar menggelitik adalah kerinduannya terhadap masakan sang Oma di Indonesia.

Hal ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan emosionalnya dengan negara ini, meski dia tumbuh dan besar di Belanda. Koneksi ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga biologis. Miliano memiliki darah Indonesia yang mengalir dalam tubuhnya, berkat nenek dari pihak ayah yang berasal dari Depok.

Miliano memulai perjalanan karier sepak bolanya di usia yang sangat muda. Dia mengungkapkan bahwa dirinya sudah bermain sepak bola sejak usia 4 tahun di sebuah klub amatir bernama Arnhemse Boys. Pada usia 8 tahun, bakatnya sudah mulai terlihat dan ia berhasil masuk ke akademi muda Vitesse.

Namun, karena saat itu tidak ada tim untuk anak-anak berusia 8 tahun atau lebih muda, ia secara resmi bergabung dengan tim U10 Vitesse pada usia sekitar 9 atau 10 tahun. Dari sini, kariernya terus berkembang pesat. Dia selalu bermain dengan kelompok usia yang lebih tinggi, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa.

Perjalanan Miliano di akademi Vitesse benar-benar mengesankan. Pada usia 16 tahun, dia sudah dipromosikan ke tim Jong Vitesse, yang merupakan satu tim di bawah tim utama. Meski pada awalnya mengalami kesulitan saat berlatih dengan tim utama, ia tidak menyerah. Dia terus berlatih dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim utama pada usia 18 tahun.

Debutnya di Eredivisie menjadi momen yang sangat spesial, tidak hanya bagi Miliano tetapi juga bagi keluarganya yang hadir untuk mendukung. Dia menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sangat gembira dan gugup, tetapi juga penuh semangat untuk membuktikan dirinya di level tertinggi.

Miliano menyebut Lionel Messi sebagai idolanya sejak kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menemukan bahwa gaya bermainnya lebih mirip dengan pemain-pemain seperti Hakim Ziyech, Martin Ødegaard, dan Riyad Mahrez. Dia adalah pemain sayap kanan yang gemar melakukan aksi-aksi dribel yang memukau.

Baginya, bermain di sisi kanan lebih nyaman karena ia bisa membuat keputusan dengan lebih cepat dan alami, berbeda dengan posisi di sayap kiri yang membuatnya harus berpikir lebih keras. Dalam formasi favoritnya, Miliano lebih suka bermain dengan empat pemain bertahan, tiga gelandang, dan tiga penyerang. Dia menyukai formasi ini karena memberikan kebebasan untuk menyerang dan memaksimalkan kemampuan ofensifnya.

Ketika ditanya tentang apa yang biasanya dia lakukan sebelum pertandingan, Miliano menjawab bahwa ia tidak memiliki ritual khusus. Ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain. Fokus utamanya adalah memberikan penampilan terbaik dengan aksi-aksi yang menghibur.

Musik menjadi salah satu cara untuk menenangkan diri, meski genre yang ia dengarkan selalu berbeda setiap kali sebelum bertanding. Satu hal yang selalu dia lakukan adalah mengirim pesan kepada keluarganya, sebuah kebiasaan yang membuatnya merasa lebih dekat dengan orang-orang yang dicintai, meski sedang berada jauh dari rumah.

Namun, perjalanan Miliano tidak selalu mulus. Dia pernah mengalami cedera yang membuatnya harus absen dari lapangan selama beberapa waktu. Miliano mengakui bahwa masa-masa penyembuhan cedera tersebut sangat berat secara mental. Dia menghabiskan tiga sampai empat hari pertama dengan penuh rasa frustasi.

Namun, setelah itu, dia mulai menetapkan tujuan untuk diri sendiri, yaitu kembali ke lapangan dengan kondisi yang lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya. Ia berlatih keras, bahkan tiga kali sehari, untuk memulihkan kondisinya. Saat ini, Miliano telah pulih dan kembali berlatih dengan tim. Dirinya bahkan sudah tampil dalam pertandingan latihan melawan PAOK, sebuah tanda positif bahwa dia siap kembali berkompetisi di level tertinggi.

Ketika ditanya tentang preferensinya dalam bermain sepak bola di cuaca tertentu, Miliano dengan santai menjawab bahwa ia lebih suka bermain di bawah terik matahari tropis, tetapi di malam hari. Miliano tidak menyukai cuaca dingin karena membuat kaki terasa kaku.

Ketika disinggung tentang preferensi antara Cody Gakpo atau Memphis Depay, Miliano dengan tegas memilih Noa Lang. Dia mengagumi Noa Lang karena pemain tersebut selalu berani melakukan aksi di lapangan dan tidak peduli dengan pendapat orang lain, sebuah sikap yang ia kagumi.

Koneksi Miliano dengan Indonesia tidak hanya terbatas pada garis keturunan. Meski belum bisa mengunjungi Indonesia tahun ini karena komitmen sepak bola di Belanda, keluarga Miliano telah mengunjungi Indonesia dan mereka sangat menikmati waktu di sana.

Mereka mengunjungi keluarga besar di Depok dan merasa terhubung dengan akar budaya mereka. Miliano sendiri merasa bangga dengan darah Indonesia yang mengalir dalam dirinya. Ia berharap suatu hari bisa kembali ke Indonesia dan merasakan lebih banyak tentang budaya dan sejarah keluarganya.

Untuk para penggemar di Indonesia, Miliano mengungkapkan rasa terima kasihnya. Ia berharap bisa bertemu dengan para penggemarnya di masa depan dan terus memberikan yang terbaik di setiap kesempatan yang ada. Potensinya untuk bergabung dengan Timnas Indonesia menjadi harapan besar bagi para penggemar sepak bola Tanah Air.

Dengan bakat yang dimilikinya, Miliano Jonathans bisa menjadi tambahan yang berharga bagi skuad Garuda di masa mendatang. Sebuah mimpi yang bukan tidak mungkin terwujud, melihat bagaimana hubungan eratnya dengan Indonesia dan kecintaannya pada tanah kelahiran nenek moyangnya.

Miliano Jonathans adalah contoh nyata dari talenta sepak bola yang lahir dari perpaduan dua budaya. Dengan semangat dan dedikasinya, dia tidak hanya menjadi kebanggaan bagi keluarga, tetapi juga harapan baru bagi sepak bola Indonesia.

Masa depannya di dunia sepak bola terlihat cerah, dan siapa tahu, suatu hari nanti kita akan melihatnya mengenakan jersey merah putih, berlari kencang di sayap kanan, membawa kebanggaan bagi Indonesia di kancah internasional. Bagi para penggemar Garuda, tetaplah berharap dan mendukung, karena perjalanan Miliano Jonathans baru saja dimulai. (*)

Sumber: Jawapos

Exit mobile version