Site icon Cenderawasih Pos

Masih Terbaring Sakit, Luhut Tegaskan akan Tetap Loyal pada Jokowi

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Presiden Joko Widodo. (Istimewa)

JAKARTA-Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan akan tetap loyal pada Presiden Joko Widodo. Hal itu disampaikan Luhut ketika dirinya masih terbaring sakit di Singapura, di tengah-tengah isu yang sempat beredar bahwa ia akan mundur dari jabatannya sebagai Menko Marves.

Melalui akun Instagramnya pada Sabtu (28/10), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan akan loyal dan tidak akan mundur dari Jokowi.

Saya tidak akan pernah mundur dari Pak Jokowi. Saya akan tetap loyal pada Pak Jokowi,” katanya melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan.

Menko Marves itu mengaku, akan selalu loyal pada sosok Joko Widodo sampai saat terakhir Jokowi mungkin sudah tidak membutuhkan dirinya.

Hal itu Luhut sampaikan, lantaran baginya Jokowi adalah sosok pemimpin yang pantas mendapatkan dukungan dari semua orang.

Dan karena saya anggap Pak Jokowi ini seorang komandan yang patut didukung at all cost oleh siapapun, kalau dia masih punya karakter untuk Republik ini,” pungkas Luhut.

Sementara Luhut masih dalam proses pemulihan di rumah sakit di Singapura, tugas Menko Marves untuk sementara dijalankan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Erick Thohir secara resmi ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Ad Interim Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi sejak 13 Oktober yang lalu.

Bukan kali ini saja Luhut memantau dan merespons dinamika yang terjadi di Indonesia. Sebelumnya, Luhut juga merespon kabar bersatunya Prabowo dan Gibran sebagai pasangan Capres-cawapres melalui akun Instagram-nya.

Pada Rabu (25/10), sebagaimana kebanyak masyarakat Indonesia, Luhut juga sempat mengaku cukup terkejut tentang berita Gibran menjadi Cawapres Prabowo.

Namun, kabar yang sungguh menyita perhatian saya adalah bersatunya Pak Prabowo dan Mas Gibran sebagai pasangan Capres-Cawapres,” tulis Luhut di feed Instagramnya.

Akan tetapi, menurut Luhut, itu adalah hal yang lumrah di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, lantaran setiap warganya mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda.

Baginya, hal yang paling penting adalah, perbedaan pendapat disampaikan dengan penuh adab, jauh dari caci maki dan ujaran fitnah yang tak berdasar. (*)

Sumber : Jawapos

Exit mobile version