Site icon Cenderawasih Pos

Kaum Rentan yang Diangggap Lemah, Namun Seringkali Justru Memikul Beban Ganda

Ibu Labe yang ditemani anak perempuannya saat berjualan di Pasar Youtefa, Rabu (20/12) (FOTO:Elfira/Cepos)

Mendengar Cerita para Ibu di Momen Peringatan Hari Ibu

Hari Ibu di Indonesia diperingati pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Namun karena sudah memasuki libur jelang natal, peringatan sebagai bentuk penghargaan atas peran besar dari sosok seorang ibu kurang terasa.

Laporan: Elfira_Jayapura

Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu merujuk pada tanggal digelarnya Kongres Perempuan Indonesia pertama, yaitu pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres tersebut menjadi tonggak sejarah yang menandai pergerakan perempuan di Tanah Air.

  Kendati ada peringatan Hari Ibu, namun ada sebagian para ibu yang belum tahu jika tanggal 22 Desember merupakan Hari Ibu. Seperti Labe, perempuan 42 tahun yang mengaku tidak tahu jika ada peringatan Hari Ibu.

  “Oh, ada hari Ibu ? Saya tidak tahu, dan ini baru dengar. Maklumlah, sibuk jualan di pasar,” tutur perempuan tiga anak itu saat ditemui Cenderawasih Pos, di tempat jualannya di Pasar Youtefa, Rabu (20/12) petang.

  Meski tak tahu adanya peringatan Hari Ibu, namun perempuan 42 tahun ini terbilang sukses menjalankan perannya. Mencari nafkah, mengurus tiga anaknya, memasak, dan bahkan mampu membawa anak anaknya untuk menempuh pendidikan.

  Anak pertama Ibu Labe sudah selesai kuliah dan kini sudah bekerja, anak kedua dan ketiga saat ini sedang menempuh pendidikan.

  “Sekali pun saya jualan di pasar, namun tidak melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Merawat anak anak, serta mencari nafkah,” ucapnya semberi menjelaskan, bahwa antara dia dan suaminya saling berbagi peran.

  Sementara, Ibu Isa (42), menyebut sosok ibu adalah perempuan tangguh, kuat dan tegar. Baginya, apapun yang  terjadi, seorang Ibu harus kuat di depan anak anaknya.

  “Seorang ibu harus tegas, jangan pernah menampakkan di depan anak kalau kita sedang susah,” ucap perempuan dengan enam anak ini.

  Isa mengaku betapa hebatnya menjadi seorang ibu, memiliki perasaan yang campur aduk. Ada senang juga sedih.

  “Tinggal dijalani saja, namun kebanyakan senangnya kalau bersama anak anak. Terlebih saat kumpul semua,” ucap pedagang musiman ini.

  Bagi Isa, anak adalah nomor satu. Kendati marah, namun selalu luluh jika melihat tingkah enam anaknya. Ada yang sudah bekerja, kuliah dan sekolah. “Sebagai seoran ibu, anak adalah nomor satu. Seorang Ibu akan menanggung kerinduan yang mendalam jika anak sudah jauh dari rumah,” ucapnya.

  Secara terpisah, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Jayapura, Nur Aida Duwila menyebut Ibu adalah manusia paling hebat. Sebab ia mengandung, melahirkan dan berjuang.

  “Sosok seorang ibu yang selalu berjuang untuk anak-anaknya, namun terkadang tidak dihargai,” ucap Nona.

  Berkaitan dengan peringatan Hari Ibu, Nona menyebut pemahaman terkaitan dengan tangggung jawab perempuan dan laki-laki harusnya sama, tanpa ada yang terbebani. Bahkan, kadang perempuan memikul beban ganda.

  “Hari Ibu bentuk penghargaan kepada seorang perempuan atau ibu yang bertanggung jawab kepada hidupnya dan juga keluarganya. Bahwa perempuan diberikan ruang hati yang sangat luas untuk mampu memposisikan dirinya,” kata Nona,

  Kata Nona, bagaimana memposisikan perempuan setara dengan laki laki. Bahwa perempuan punya hak yang sama, namun yang terjadi selama ini adalah ketidak adilan gender. Perempuan yang kerap mengalami kekerasan fisik, psikis, ekonomi serta kekerasan seksual. Kaum rentan yang terkadang dianggap remeh hanya karena dia perempuan.

  “Memaknai Hari Ibu maka sejajarkan posisi perempuan setara dengan laki laki. Hormati perempuan, dia punya HAM. Bahkan perempuan itu lebih mulia karena melahirkan manusia manusia hebat nantinya,” pungkasnya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version