Site icon Cenderawasih Pos

24 Tahun Berjualan, Mampu Biayai Sekolah Anak-anaknya Hingga Sarjana

Mama Korwa saat menyiapkan minuman kelapa muda bagi pelanggan yang singgah di lapak kelapa mudanya di Skyline. (foto:Mboik/Cepos)

Kisah Mama Korwa, Penjual Minuman Kelapa Muda  di Skyline Jayapura

Mama Korwa merupakan salah satu dari sejumlah penjual minuman kelapa muda yang masiht etap eksis berjualan di pinggir jalan Skyline. Dari hasil usahanya ini, dia mampu membiayai sekolah anak-anaknya, hingga 4 anaknya berhasil meraih gelar sarjana. Lantas seperti apa jerih payah usahanya selama ini?

Laporan: Robert Mboik_Jayapura

Sejumlah penjual minuman dengan bahan utama dari  kelapa muda, hingga saat ini masih tetap eksis berjualan di pinggir jalan sepanjang jalan skyline. Dengan pemandagan teluk Youtefa, lapak kelapa muda ini selain menawarkan pelepas dahaga, juga memberikan kesejukan pemandangan dari atas bukit Skyline  ke arah Teluk Youtefa, Jembatan Merah hingga Holtekamp.

   Lapak jualan kelapa muda, yang awalnya dibangun ala kadarnya, sekedar ada tempat duduk dan berteduh, namun menjelang perhelatan PON Papua pada tahun 2020, sejumlah bangunan lapak dan tempat jualan ini ada yang direhab, agar lebih layak dan enak dilihat. Namun, beberapa diantaranya, saat ini juga masih dalam tahap rehab, karena mungkin sudah keropos dan perlu dianti dengan kayu baru yang lebih kuat.

  Meski penjual kelapa muda di Skyline ini tidak seramai pada awal-awal, muncul lapak kelapa muda, namun sejumlah penjual kelapa masih bertahan menekuni usaha jualan kelapa muda. Baik yang dijual original alias kelapa muda tanpa campuran apa pun, maupun minuman kelapa muda segar yang dicampur dengan sirup manis dan es.  Salah satu penjual yang masih bertahan adalah Mama Korwa.

  Ia telah menekuni bisnis berjualan minuman kelapa sejak 24 tahun yang lalu.  Dari hasil usahanya itu dia berhasil membiayai satu orang anaknya dan tiga saudaranya meraih gelar sarjana.  Kini usaha itu belum juga berhenti meskipun pendapatannya tak lagi semanis minuman kelapa miliknya.

   Untuk meraih  kesuksesan tidak selalu diukur dari seberapa banyak materi yang  dimiliki. Tetapi  kemauan dan kerja keras juga telah memberikan banyak bukti  bagaimana kesuksesan itu bisa  diraih.

  Mungkin kalimat ini pula yang menjadi motivasi bagi Mama Korwa, menekuni usaha jualan minuman kelapa muda di Skyline selama puluhan tahun ini.  Himpitan ekonomi dan kebutuhan harian keluarga yang harus terus dipenuhi membuatnya harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga, terutama pendidikan yang menjadi salah satu fokusnya.

  Menurutnya, hanya dengan pendidikan yang bisa merubah mindset dan masa depan seseorang menjadi  lebih baik.  Mama Papua itu kemudian  memilih untuk menjual minuman kelapa muda sebagai pekerjaan utamanya. Alasanya karena melihat peluang bisnis yang tentunya tidak terlalu membutuhkan biaya atau modal yang besar.

  Kerja keras dan kegigihannya itu telah mengantarkannya pada sebuah keberhasilan yang baginya sudah sangat luar biasa, karena berhasil membiayai 3 orang adiknya menempuh sarjana dan satu orang anak sulungnya juga meraih gelar sarjana ekonomi.

  Bagi Kebanyakan orang mungkin capaian ini hal yang biasa-biasa saja, tapi bagi Mama Korwa ini merupakan suatu anugerah yang luar biasa dari Tuhan.  Karena capaian keberhasilanya  itu telah mengalahkan dan mematahkan anggapan dari   sebagian orang bahwa pekerjaan semacam itu tidak bisa menjamin masa depan.  Tapi nyatanya hal itu berbanding terbalik dari apa yang dialami oleh ibu paro baya ini.

  “Saya menekuni usaha ini sejak saya hamil anak pertama, sekitar 24 tahun lalu. Sampai sekarang saya masih disini, meskipun pendapatan sekarang tidak lagi seperti sebelumnya,” ujarnya, Sabtu (3/11).

  Walau begitu, apakah Mama Korwa menyerah? jawabanya tidak. Karena sepeninggal suaminya beberapa tahun yang lalu,  dipastikan dia berjuang sendiri dan menjadi single parent membesarkan, mendidik dan membiayai pendidikan anak-anaknya.

  Satu harapannya yang begitu mulia, anak-anaknya kelak  tidak lagi mengalami nasib yang sama sepertinya. Dengan mereka mengenyam pendidikan yang tinggi setidaknya cara dan pola hidup mereka tentunya berbeda.

  “Saya punya harapan anak-anak ini tidak lagi seperti saya.  Tapi mungkin mereka bisa jadi pegawai atau kerja yang lebih baik dari saya.  Makanya saya ongkosi semua anak-anak ini. Pagi kadang-kadang mereka tidak makan, kasih uang jajan sedikit mereka makan di sekolah yang penting mereka harus  sekolah,”bebernya. (*/tri)

Exit mobile version