Site icon Cenderawasih Pos

Bisa Menjadi Pintu Masuk Bagi Pejuang Lingkungan Lainnya

Petronela Meraudje (kanan) ketika mendampingi salah satu tim ferivikator, Wezia Berkademi di lokasi Hutan Perempuan, di Kampung Engros, Sabtu (6/5) kemarin. Jika semuanya sesuai rencana maka selangkah lagi Petronela akan langsung menerima penilaian dari tim penilai kalpataru. (Jefri For Cepos)

JAYAPURA – Petronela Meraudje akhirnya menerima tim verifikasi dari pihak kementerian LHK dan P3E Papua terkait kandidat sebagai penerima kalpataru tahun 2023. Tim verifikator yang datang yakni Wezia Berkademi SE, M.Si dan Dion Ingot Marudut dari P3E Papua.  Jefri F.N Maurits S.Hut, M.Si selaku pegusul dari KPHP Unit XXVII Kota Jayapura mengatakan pihaknya mengusul Petronela lantaran ia menjadi sosok ia sebagai penggerak di Kampung Engros.

Petronela dianggap kreatif dan banyak organisasi yang dia ikuti. Ia juga aktif dan kerap menjadi pemrakarsa sebuah gerakan sehingga inilah yang menjadi pertimbangan KPHP untuk mengusulkan dirinya sebagai kandidat penerima Kalpataru kategori pembina lingkungan.

“Dari semua kandidat kami lihat lebih banyak mengambil aspek perikanan, mangrove tapi kali ini berkaitan dengan hutan perempuan. Disitu menjadi poin penting dimana bisa menjadi tempat untuk berdiskusi sebelum dibawa ke para – para adat,” beber Jefri, di Kampung Engros, Sabtu (6/5).

Ia menyebut sosok Mama Nela sangat kuat untuk dijagokan sebab ketika diskusi secara virtual dan aslinya ternyata lebih menarik aslinya menyangkut kondisi yang diceritakan. “Kmai turun melihat semua yang dibicarakan dan itu menarik,” bebernya.

Setelah verifikasi lapangan kata Jefri nantinya akan disimpulkan dalam bentuk laporan kemudian tim akan menentukan pemenangnya,” imbuhnya. Petronela sendiri menambahkan bahwa yang ia ingin berjuangkan adalah bagaimana perempuan memiliki kapasitas yang lebih tanpa harus melanggar norma di kampung.

Dikatakan ketika perempuan tidak diberikan ruang dalam para – para adat maka itu ia hormati namun kaum lelaki juga patut menghormati tempat yang namanya hutan perempuan. Hutan yang hanya boleh dimasuki oleh kaum perempuan sebab dari sanalah muncul aspirasi yang nantinya disampaikan ke para – para adat. 

“Secara tidak langsung kami juga ikut dalam ketahanan pangan. Kami menanam kembali agar hutan perempuan tetap ada agar generasi kami bisa melihat dan menjadi pelaku untuk meneruskan jejak kami. Hutan perempuan adalah wadah, untuk membicarakan semua aspirasi. Ini menunjukkan perempuan juga memiliki harga diri yang harus dihargai,” imbuhnya.

Sementara Kepala Dinas Kehutanan Provinsi  Papua, Ir Jan Jap Ormuserai menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Petronela Meraujde bisa menjadi pintu masuk bagi pegiat lingkungan lainnya untuk mengikuti jejak agar bisa masuk dalam kandidat penerima kalpataru.

”Ini pintu masuk untuk pegiat lingkungan lainnya melihat bagaimana Petronela berjuang untuk bersaing dalam kandidat penerima kalpataru ini. Besok besok bisa yang lain juga,” singkat Ormuserai.  (ade/wen)

Exit mobile version