Site icon Cenderawasih Pos

Berpuasa Mendukung Pemulihan dan Kesehatan Penderita Stroke, Fakta atau Mitos?

Ilustrasi pasien sedang dirawat di rumah sakit. (Freepik)

Puasa merupakan praktik spiritual bagi agama Islam. Namun, selain aspek spiritualnya, puasa juga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik, terutama bagi orang-orang yang menderita penyakit tertentu seperti stroke.

Stroke merupakan suatu kondisi medis yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan berpotensi mengakibatkan cacat fisik serta gangguan kognitif. Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa puasa dapat menjadi tambahan yang berharga dalam pengelolaan dan pemulihan dari stroke.

Dilansir dari kanal YouTube TV IDI Surabaya, Dr. Abdullah Machin, dr., Sp.S(K) menyampaikan bahwa stroke terjadi karena adanya kelainan dari pembuluh darah otak, bisa juga terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak atau gangguan pada aliran darah di otak. Pada kondisi puasa atau intermittent fasting, aliran darah di otak itu lebih banyak dan lebih tinggi proporsinya sehingga secara teori puasa bisa mencegah terjadinya stroke dan dapat merangsang perbaikan pada pasien-pasien stroke.

Selain itu, salah satu manfaat puasa adalah terjadinya pembaruan sel-sel tubuh yang sudah tua dan harus diganti dengan mekanisme yang namanya autofagi. Pasien stroke diperbolehkan berpuasa apabila tidak ada gangguan pada aktivitas sehari-harinya, karena pada pasien stroke yang berat biasanya kemampuan kognitif pasien akan terganggu sehingga hal tersebut jika dilihat dari secara syariat islam maka tidak diwajibkan untuk berpuasa.

Tetapi, pada pasien pasca stroke, puasa dianjurkan karena hal tersebut dapat merangsang pemulihan dan perbaikan pada defisit neurologis pada pasien tersebut, karena dengan dilakukannya puasa maka aliran darah di jaringan otak akan semakin membaik. Puasa juga memiliki efek protektif pada sistem saraf yang dapat membantu melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut dan meningkatkan fungsi kognitif serta motorik pada penderita stroke.

Selain itu, puasa intermiten juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin yang merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes tipe 2. Pasien stroke sering kali memiliki faktor risiko yang sama dengan penderita diabetes, sehingga manfaat ini dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan mencegah komplikasi yang terkait.

Selama puasa, tubuh mengalami proses detoksifikasi alami dan meningkatkan metabolisme. Hal ini dapat membantu membersihkan racun yang terakumulasi dalam tubuh dan memperbaiki fungsi organ-organ penting, termasuk otak.

Meski faktanya puasa dapat memberikan manfaat signifikan bagi penderita stroke, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum memulai praktik puasa, terutama bagi individu yang memiliki kondisi kesehatan yang kompleks atau membutuhkan pengawasan medis khusus.

Selain itu, puasa juga harus dilakukan dengan bijaksana dan disertai dengan pola makan sehat serta gaya hidup yang seimbang untuk mendapatkan manfaat optimal dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Dengan pendekatan yang tepat, puasa dapat menjadi tambahan yang berharga dalam upaya pemulihan dan pencegahan bagi penderita stroke. (*)

Sumber: Jawapos

Exit mobile version