Merasakan Suasana Estetik Meja Kopi yang Membawa pada Kenangan Masa Lalu
Berbagai tempat keren dan ikonik menjamur seolah tak ada habisnya di Kota Jayapura. Namun, jika kamu ingin mengunjungi tempat yang berbeda dan menyuguhkan nuansa jadul, maka kamu bisa bernostalgia di Meja Kopi. Seperti apa konsep yang ditawarkan di Meja Kopi ?
Laporan: Elfira_Jayapura
Tidak hanya menjual kelezatan rasa dan aneka menu makanan khas yang menggugah selera, sebuah kafe juga harus memiliki konsep yang akan menjadi jati diri di kafe itu sendiri.
Dan di antara sekian banyak konsep kafe yang sekarang ini banyak digunakan, ada satu konsep kafe yang akan mampu membawa kamu ke nuansa jadul bernama Meja Kopi. Ia berlokasi di Jalan Pasifik Permai, Ruko Dok II, Distrik Jayapura Utara.
Berlantai dua, ruangan dengan luas bangunan 4,8 kali 17 meter ini dibaluti dengan konsep industrial retro. Yang setiap sudutnya, meja dan kursi tertata rapi. Tersedia juga buku yang bisa mengantarmu untuk berimajinasi.
Dalam ruangan dengan nuansa alami itu, mesin pembuat kopi seperti Espresso Machine, Grinder dan Kettle tertata rapi di atas meja berukuran tiga meter.
Namun ada satu sudut yang menarik perhatian setiap pengunjung di sini, koran-koran ditempelkan di dinding berukuran dua meter kali dua meter. Diletakkannya Tape Compo Polytron tahun 2002-an, Swamp Coolers untuk memberi kesan vintage.
Founder Meja Kopi, Mr. Dinda mengaku punya kisah tersendiri terkait dengan dinding dengan tempelan koran, itu relate dengan masa kecilnya di kompleks Sentrum, tanah kelahirannya di Maumere.
“Sewaktu kecil, abang-abang kompleks suka nempelin koran di dinding rumah tua. Bagi saya, itu hal yang unik,” ucap Dinda saat menceritakan kisahnya kepada Cenderawasih Pos, di Meja Kopi, Rabu (20/11).
Keunikan yang dipandangnya sewaktu kecil itu kemudian ia realisasikan saat ini, koran Cenderawasih Pos dengan beragam judul beritanya terlihat jelas di tempel di setiap sudutnya “Sampai Dianggap Penganggur, Kurang Kerjaan bahkan Gila”, ada juga berita berjudul “Melatih Anak Sendiri di Les Pocheens”
“Ini hal-hal relate yang terjadi di masa lampauku, terinspirasi dari abang-abang yang suka menghiasi kamar mereka dengan koran. Di masa itu, saya merasa mereka paling keren,” ucapnya sembari menyeruput kopi hujan sore, salah satu minuman best seller mereka.
Yang dilakukan bukan tujuan komersial, lebih dari itu ia dan lainnya ingin menikmati momentum seninya. Yang ternyata, setiap pengunjung yang datang menyukai sudut itu. Hingga kemudian dijadikan sebagai spot foto.
Mengulik lebih jauh tepatnya 2019, kedai kopi ini berawal dari Kampus USTJ Jayapura yang nama awalnya adalah “Bangku Taman”. Hingga kemudian pada 2021 ia mulai ekspansi ke Ruko Dok II dan berevolusi dari Bangku Taman menjadi “Meja Kopi”.
Rata-rata yang berada di sini adalah anak Papua jumlah mereka delapan orang, di Meja Kopi. Mr Dinda berkolaborasi dengan Lita Numberi. “Tak ada sebutan karyawan di sini, semua adalah keluarga. Rumah raga dan tawa, dan rumah selalu milik siapa saja,” ucapnya sembari tersenyum.
Di Meja Kopi, ada beragam menu tersedia. Mulai dari makanan dan minuman, dingin juga hot. Dari banyaknya pilihan menu, minuman hujan sore (perpaduan moccacino dan caramel) dan apel jatuh (coffee moctail) dan kopi gula aren.
“Ada puluhan menu yang disediakan di sini, makanan dan minuman,” ujarnya.
Sementara itu, seorang pengunjung bernama Ria mengaku senang berkunjung di Meja Kopi. Baginya, tempat ini nyaman dan estetik. “Suasanannya lebih hidup, estetik dan enak untuk nongkrong,” ucap Mahasiswi ini. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos