Site icon Cenderawasih Pos

Tak Ragu Menolak Tawaran jika Karakter Tak Cocok

Kesempatan berharga. Max Yanto (kanan) dan Dev Patel di sela syuting film Monkey man. Max sudah membintangi tiga film layar lebar (Foto/jawa pos)

Kiprah Max Yanto di Dunia Akting setelah Pensiun dari Basket

Peran pertama di bawah arahan sutradara Joko Anwar membuat Max Yanto ketagihan akting setelah tak lagi main basket. Melatih tim-tim komunitas bentuk kecintaannya kepada basket meski sudah tak lagi berkiprah secara profesional.

DIMAS RAMADHAN, Jakarta

PERAN utama memang belum pernah dimainkan Max Yanto. Tapi, untuk ukuran aktor yang baru enam tahun menekuni akting setelah sebelumnya berkiprah sebagai pebasket profesional, bisa main dalam film yang disutradarai sekaligus diperankan Dev Patel jelas sebuah capaian yang tak main-main.

   Patel melejit berkat film Slumdog Millionaire (2008) yang membuatnya masuk nominasi aktor terbaik BAFTA Awards. Delapan tahun berselang, lewat perannya dalam Lion, pelakon Inggris berdarah India itu juga dinominasikan untuk pemeran pendukung pria terbaik.

   Max berperan sebagai Bhadu dalam film rilisan 2024 dan terbilang sukses secara estetis maupun komersial tersebut. Itu film layar lebar ketiga mantan pebasket kelahiran Lampung Utara, 7 Juli 1983, tersebut.

  ’’Saya memang suka di dunia entertainment, film layar lebar gitu,’’ katanya kepada Jawa Pos yang menemuinya di GOR Universitas Negeri Jakarta pertengahan bulan lalu (16/6).

Max sosok yang sangat mudah dikenali. Maklum, tinggi badannya sangat tak lazim, terutama untuk orang Indonesia: mencapai 215 sentimeter.

   Postur itu pula yang sangat membantunya berkarier di basket sebagai center. Dari 2011 hingga 2018 dia berkiprah di National Basketball League (NBL) yang kemudian bersalin nama menjadi Indonesian Basketball League (IBL).

   Sejumlah raihan pribadi pernah dia catat. Misalnya, mencatat 26 poin, poin tertingginya dalam sebuah laga, di pertandingan melawan Bimasakti Malang pada NBL 2013. Di musim sebelumnya, dia juga pernah sukses melakukan 16 rebound saat menghadapi Pelita Jaya Jakarta.

    Nah, ketika akhirnya pensiun dari basket setelah membela Hangtuah Sumatera Selatan pada IBL musim 2017–2018, Max akhirnya memilih jalan yang berbeda dibandingkan mayoritas pebasket pada umumnya. Dia meniti jalan di dunia hiburan.

   Max menjajal seni peran dengan membintangi sebuah serial televisi berjudul Folklore: A Mother’s Love pada 2018 lalu. ’’Saat itu saya dapat tawaran dari teman, terus mencoba,’’ ungkap mantan pemain NSH Jakarta itu.

  A Mother’s Love adalah film pembuka dari serangkaian film horor pendek bertajuk Folklore produksi HBO Asia. Di kesempatan akting pertamanya itu pun Max langsung ditangani sutradara papan atas tanah air, Joko Anwar.

   Dalam serial tersebut, Max beradu akting dengan Marissa Anita, Aimee Saras, Arswendy Bening Swara, dan aktor cilik Muzakki Ramadhan. Debut di Folklore: A Mother’s Love ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi Max.

   Pria yang lahir di Desa Sukajadi, Kabupaten Lampung Utara, itu pun merasa ketagihan. Di saat yang sama, tawaran untuk berakting juga terus menghampiri. ’’Jadi ya ada aja jalannya karena saya suka,’’ tuturnya.

   Film layar lebar pertama Max bergenre drama bercampur action dan dark comedy (komedi gelap) bertajuk Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film tersebut diadaptasi dari novel berjudul sama karya Eka Kurniawan.

   Di film yang tayang pada Desember 2021 itu, Max juga ditangani sutradara papan atas lainnya, Edwin. Dia berlakon sebagai laki-laki tua penjual makanan.

   Max beradu adegan dengan Marthino Lio yang berperan sebagai Ajo Kawir. Setelah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Max kembali ke genre horror lewat film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon karya Guntur Soeharjanto. Film tersebut tayang pada 2023.

   Peran Max di film Suzzanna juga masih terbilang minim. Tapi, aktingnya lebih menantang karena dia memainkan peran sebagai pegulat. Ada adegan ketika dia bertarung gulat sungguhan dengan Achmad Megantara, pemeran utama laki-laki.

   Aktingnya di dua film tersebut rupanya menarik perhatian produser film dunia. Dari sana peran sebagai Bhadu di Monkey Man produksi Universal Pictures berasal.

   Max mengaku selalu mendapatkan tawaran film tiap tahunnya. ’’Tapi, saya juga menyesuaikan dengan karakter. Tidak semuanya bisa diambil,’’ katanya. ’’Jadi, mungkin ada yang cocok dengan karakter, terus waktunya bisa, baru saya ambil,’’ imbuhnya.

   Baru-baru ini misalnya Max mengaku telah menolak sebuah tawaran bermain film. Hanya, dia tak menyebut film yang mana. ’’Ya mungkin next-nya kalau ada lagi mudah-mudahan bisa dikabari,’’ ucapnya.

   Walau sudah kian diperhitungkan di jagat sinema, Max tak lantas lupa dengan dunia yang membesarkan namanya: basket. Tapi, aktivitasnya di basket kini bukan di ranah profesional. Melainkan sekadar bermain maupun melatih tim-tim komunitas.

   ’’Basket sudah saya tekuni bertahun-tahun. Kalau sudah namanya cinta dan jodoh, tak mungkin lepas darinya,” katanya. (*/c17/ttg)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version