Sunday, April 21, 2024
25.7 C
Jayapura

Kerinduan ke Tanah Suci yang Dinanti-nanti

Musim Haji Tiba, Daftar Tunggu Tetap Lama

Bulan ini menjadi momen yang paling ditunggu calon haji (calhaj). Sesuai jadwal, kemarin (4/6) menjadi gelombang pemberangkatan pertama. Indonesia mendapatkan kuota dari Pemerintah Arab Saudi sebanyak 100.051 jamaah.

Peliput: M RIDHUAN & ULIL MUA’WANNAH, Kalimantan Timur

DUA tahun Indonesia tidak mengirim jamaah haji. Penyebabnya, Pemerintah Arab Saudi menutup pintu jamaah dari luar negeri. Kini momen itu kembali bisa dirasakan. Di Kaltim, persiapan pun telah dilakukan.

Benua Etam mendapat jatah 1.174 jamaah ditambah 16 petugas. Terdiri dari empat kloter. Namun, dua kloter akan bergabung dengan provinsi lainnya. Rencananya, kloter pertama Kaltim akan berangkat pada 22 Juni. Totalnya 360 calhaj termasuk empat petugas. Di mana saat ini penyelenggara sedang memproses visa calhaj.

“Kami lagi tunggu itu (visa) dari Arab Saudi. Semoga semua berjalan lancar,” ungkap Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama Kaltim Ahmad Ridani, Kamis (2/6).

Ridani menyebut, sebelum pemberangkatan, pada 21 Juni akan dilakukan pemantapan di Embarkasi Haji Balikpapan. Melibatkan seluruh instansi terkait. Tidak hanya di Kaltim, namun juga Kaltara. Itu untuk mencegah gagalnya keberangkatan karena dinamika aturan yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.

Namun untuk sementara, Kemenag Kaltim disebut sudah memastikan aturan telah dipenuhi oleh calhaj. “Terkini hanya soal aturan swab PCR (polymerase chain reaction). Jadi selain vaksin lengkap, calon jamaah wajib menyertakan hasil PCR negatif Covid-19, 72 jam sebelum terbang,” ujarnya.

Jika ada calhaj yang dinyatakan positif Covid-19, diwajibkan menjalani karantina sesuai aturan protokol kesehatan. Dan dibolehkan berangkat setelah sembuh atau dinyatakan negatif Covid-19 dengan ikut kloter berikutnya. Namun, kesempatan berangkat akan hilang jika kloter terakhir sudah berangkat. “Artinya selama masih ada kloter yang belum berangkat, calon jamaah bisa ikut. Kalau tidak ada, ya ditunda,” jelasnya.

Terkait biaya, seperti yang sudah diketahui, Ridani menegaskan, calhaj tidak akan dibebankan biaya tambahan. Memang sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan Rp 1,5 triliun biaya haji disebabkan aturan baru dari Arab Saudi.

Terkait paket layanan di masyair, baik Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebesar Rp 1,463 triliun. Selain itu, ada kekurangan biaya masyair petugas haji daerah (PHD) dan pembimbing Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) sekitar Rp 9,187 miliar.

“Jadi tidak ada beban tambahan kepada calon jamaah. Semua ditanggung pemerintah. Jika normalnya dengan tambahan itu biaya haji di Balikpapan saja Rp 95 jutaan, tapi dengan adanya subsidi, biayanya Rp 42 jutaan saja untuk pelunasan,” beber Ridani.

Pada musim haji tahun ini, penyelenggara pun meminta calhaj untuk menyiapkan fisik dan mental. Pasalnya, saat ini Arab Saudi tengah memasuki musim panas. Di Makkah, jika sore selepas asar, suhu bisa mencapai 35 derajat Celcius.

Sementara di Madinah, suhu bisa mencapai 45-47 derajat Celcius. Untuk itu penyelenggara meminta kepada calon jamaah tidak beraktivitas di luar ruangan kecuali menjalankan ibadah yang wajib dan menjadi rukun haji.

“Berkaitan dengan masih adanya waktu, tolong kepada calon jamaah khususnya di Kaltim belajar dan memperdalam manasik dengan baik. Jangan sampai merepotkan petugas,” ungkapnya.

Ridani menyebut, saat ini daftar tunggu haji di Kaltim mencapai 76 ribu. Dengan kuota normal, mereka yang baru mendaftar tahun ini harus menunggu 30 tahun ke depan agar bisa berangkat haji. Tetapi jika kuota yang ada saat ini, masa tunggu mencapai 60 tahun lebih. “Kalau kuota normalnya (sebelum pandemi) Kaltim itu 2.586 orang. Jadi kami harap kuota ini bisa kembali bahkan ditambah,” lanjutnya.

Ke depan, Ridani menyebut akan ada perubahan terkait sistem pendaftaran. Bila sebelumnya calhaj datang langsung ke kantor Kementerian Agama, nanti sistemnya bisa juga secara online. Menggunakan aplikasi Haji Pintar. Jadi calon jamaah cukup mendaftar lewat ponsel. Itu disebut bisa menghemat biaya perjalanan mereka yang jauh dari kantor Kementerian Agama.

“Di sisi pembinaan petugas kami juga tingkatkan. Ada sertifikasi pembimbing ibadah haji. Jadi petugas itu sebelumnya harus menjalani pendidikan dan pelatihan. Jadi petugas akan lebih siap dan mampu. Sehingga pelaksanaan haji lebih lancar, aman, dan tertib,” jelasnya.

JADI KABAR GEMBIRA

Dibukanya kembali pintu ibadah haji dan umrah disambut gembira bagi para pengusaha penyelenggara perjalanan ibadah umrah/haji (PPIU/PPIH). Akhirnya punya jamaah, punya finansial, “punya” pesawat hingga punya kemampuan bergerak setelah dua tahun zero income. “Alhamdulillah, perusahaan ibadah haji dan umrah bisa dikatakan riang gembira,” kata Ketua Forum Travel Umrah Balikpapan Achmad Saifudin, Jumat (3/6).

Saifudin menyebut, sejak Pemerintah Arab Saudi mengizinkan warga negara Indonesia (WNI) boleh masuk Tanah Suci, perusahaan travel haji dan umrah “kebanjiran” calon jamaah. Dimulai pada Februari lalu, di mana dirinya merasakan sendiri membeludaknya pendaftaran calon jamaah umrah. “Ibarat sungai yang dibendung, begitu dibuka langsung deras. Begitu kerinduan umat muslim untuk bisa ke Tanah Suci,” ucapnya.

Dirinya mengungkapkan, sebenarnya tahun lalu asosiasi PPIU/PPIH sudah berusaha mencari jalan agar bisa memberangkatkan calhaj dan umrah. Informasi dikumpulkan dari kedua belah pihak. Indonesia dan Arab Saudi. Di sisi lain, selalu memperbarui data dan kesiapan perusahaan agar selalu siap jika pintu haji dan umrah dibuka.

Baca Juga :  Bertekad Setelah Bebas Akan Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

“Jadi begitu Arab Saudi membuka pintu, dan Pemerintah Indonesia umumkan lalu bertanya ke asosiasi, siap tidak (berangkatkan calon jamaah)? Kami langsung menyatakan sudah siap,” ucapnya.

Meski saat itu peraturan menteri agama terkait one gate system, di mana semua penerbangan keberangkatan umrah melalui Jakarta, Saifudin menjelaskan asosiasi tidak keberatan. Karena momen yang paling dinanti itu menjadi awal mula gairah para pengusaha penyelenggara perjalanan haji dan umrah.

“Meski saat awal-awal itu banyak aturan sebelum berangkat, tapi kami jalani. Banyak kendala khususnya di protokol kesehatan, akomodasi, dan hotel yang sudah ditentukan pihak airline sebelum berangkat,” jelasnya.

Pemilik PT Wisata Pahala Utama itu menjelaskan, dalam perjalanan waktu, pada Maret dirinya mendapat informasi dari jamaah umrah yang diberangkatkan perusahaannya. Pemerintah Arab Saudi mencabut sejumlah aturan terkait protokol kesehatan. Seperti karantina dan PCR. Hal itu memudahkan jamaah untuk bisa berangkat dan pulang. Termasuk meringankan biaya-biaya tersebut. “Informasinya di Arab Saudi sudah tidak karantina dan PCR. Boleh buka masker dan saf salat juga sudah dirapatkan,” ujarnya.

Sejak ibadah haji dan umrah dibuka, pihaknya masih menghadapi kendala di akomodasi dan hotel. Sulit mencari penerbangan akibat membeludaknya animo calon jamaah hingga 10 kali lipat. Di Arab Saudi pun, banyak hotel langganan yang belum buka. Sehingga, pihak penyelenggara harus mencari hotel baru dengan biaya yang disesuaikan. “Kami pun memutuskan hanya memberangkatkan calon jamaah yang tertunda dan mampu menambah biaya,” sebutnya.

Penambahan biaya disebutnya bukan sebagai keuntungan penyelenggara. Namun memang, di Arab Saudi ada peningkatan biaya, mulai menjalankan protokol kesehatan hingga akomodasi dan pengurusan visa yang kini menggunakan sistem booking references number (BRN). Nilainya rata-rata USD 27.

“Tak hanya dari luar negeri, warga lokal Arab Saudi pun, kalau mau haji bayar masyair. Memang semua ada perubahan utamanya soal biaya,” ungkapnya.

Disebutnya, musim haji tahun ini lebih ketat. Semua tempat yang menjadi pintu dan keluar masuk jamaah haji dipasang QR code. Artinya, jamaah wajib memiliki penanda untuk di-scan sebelum masuk dan keluar tempat-tempat yang dikunjungi selama haji dan umrah. “Jadi sekarang semua terpantau dan ketat. Dan bagi kami ini akan lebih tertib,” sambungnya.

Di dalam negeri pun, Saifudin menyebut bakal ada perubahan di sisi kerja sama bisnis antara penyelenggara/travel dengan pihak penerbangan. Airline akan menggunakan tangan kedua untuk menjual tiket. Sehingga pihaknya tidak lagi langsung bisa melakukan block seat ke airline. “Insyaallah Agustus nanti jalan,” lanjutnya.

Untuk diketahui, tahun ini Arab Saudi hanya mengeluarkan izin untuk 1 juta jamaah di seluruh dunia. Berbanding dari 2019 lalu sebesar 2 juta jamaah. Di Indonesia, dengan kondisi kuota calhaj tahun ini, permintaan berangkat umrah melonjak. Saifudin menyebut, tidak hanya umrah, mereka yang mampu disebut juga akhirnya memilih haji furoda. Mengingat daftar tunggu yang terlampau lama.

“Data di travel saya, yang harusnya berangkat (haji) tahun ini tidak bisa berangkat. Alasan salah satunya karena usia. Karena kita tahu Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan aturan bagi calon jamaah yang boleh berangkat maksimal berusia 65 tahun. Jadi kami berharap ada perubahan aturan ini,” ungkapnya.

Soal biaya, Saifudin merata-rata terjadi peningkatan untuk umrah mencapai Rp 5 juta. Misal sebelumnya Rp 25-26 juta, kini Rp 31-32 juta. Penambahan itu karena masih terbatasnya penerbangan, peningkatan harga tiket hingga Rp 2 juta, BRN, hingga biaya hotel di Arab Saudi.

Pun jumlah pembelian seat yang meningkat. Di mana minimal sekali terbang 35 kursi. Berbeda pada sebelum pandemi, minimal perusahaan bisa block seat minimal 20 kursi. “Kalau haji furoda itu peningkatan biayanya variatif. Sekarang dijual dari Rp 200-250 juta. Bahkan informasi yang saya terima sampai Rp 500 juta,” sebutnya.

UTAMAKAN BELUM BERHAJI

Diplomasi yang berjalan lancar antara Pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi akhirnya memberikan kesempatan bagi 100.051 calhaj Indonesia bisa berangkat haji tahun ini. Separuh dari kuota yang diberikan sebelum pandemi yang mencapai 200 ribu lebih.

Dekan Fakultas Syariah UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Bambang Iswanto menyebut, dibukanya pintu haji tahun ini sebagai kabar baik dan patut disyukuri di tengah belum pulihnya dunia dari pandemi Covid-19. Apalagi dengan kultur masyarakat Islam Indonesia yang punya semangat haji yang tinggi. “Dengan persiapan yang singkat, ini menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk memaksimalkan persiapan haji,” ujar Iswanto, Jumat (3/6).

Bagi calhaj, kondisi itu harus dihadapi dengan ekstra. Artinya, calhaj tidak harus selalu bergantung penuh kepada petugas saat berada di Tanah Suci. Apalagi dengan kondisi musim panas di Arab Saudi, calhaj harus mempersiapkan kesehatan fisik selama menjalani ibadah haji. “Kerinduan yang besar untuk bisa berangkat haji harus dibarengi dengan kesiapan yang matang,” lanjutnya.

Iswanto sepakat, dengan masih berkurangnya kuota haji, penyelenggara sebaiknya lebih memprioritaskan calhaj yang baru pertama kali berangkat. Karena dengan daftar tunggu yang panjang, dan pembatasan usia, sangat kecil kemungkinan bagi calhaj yang sudah lanjut usia bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.

Baca Juga :  Wukuf 8 Juli, Masa Tinggal Jamaah Tetap 42 Hari

“Kewajiban haji ‘kan hanya sekali. Jadi kami berharap mereka yang sudah pernah menunaikan haji bisa memberikan kesempatan kepada yang belum. Tentu ini menjadi sikap yang mulia,” ungkapnya.

Di sisi lain, ada harapan diplomasi yang bisa terus dibangun untuk meningkatkan kuota haji Indonesia. Karena selama vakum dua tahun sejak pandemi, tentu terjadi peningkatan jumlah daftar tunggu dan jamaah yang mendaftar. Sehingga diupayakan peningkatan itu mampu mengurangi beban tersebut. Jangan sampai, keinginan berangkat haji pupus akibat terlalu lamanya masa keberangkatan. “Harus rasional daftar tunggunya,” sebutnya.

Adapun layanan perjalanan ibadah haji plus banyak dipilih agar langsung dapat nomor porsi. Tanpa perlu menunggu waktu bertahun-tahun. Berbeda memang dengan haji regular. Namun, di tengah situasi saat ini, kuota haji yang diperoleh Indonesia cukup terbatas. Begitu pun dengan kuota haji plus.    

Diungkapkan Tim Operasional PT Nur Rima Al-Waali (NRA) Group Indonesia Andi Bachtiar Gani, tahun ini, NRA Group yang menaungi empat bendera penyelenggara perjalanan ibadah haji dan umrah di Indonesia yakni NRA, Aruna, MKU, dan BSA hanya kebagian 155 kuota jamaah haji plus. “Apakah akhir Juni atau awal bulan Juli mendatang kami masih menunggu dari pusat, yang pasti tidak melewati waktu Dzulhijjah,” tuturnya.

Total kuota haji tahun ini yang diberikan Pemerintah Arab Saudi untuk Indonesia mencapai 100.051 orang. Kementerian Agama (Kemenag) pun telah menetapkan, sebaran kuota haji 2022 lewat Keputusan Menteri Agama Nomor 405 Tahun 2022.

Keputusan yang diteken Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 22 April lalu, tak hanya jadi pedoman bagi direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, tapi juga bagi penyelenggara perjalanan ibadah haji khusus.

Di mana, kuota 100.051 diberikan kepada 92.825 jamaah haji regular dan 7.226 orang jamaah haji khusus. Rinciannya, jamaah haji regular tersebut terdiri dari 114 kuota pembimbing dari unsur kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah, 465 kuota petugas haji daerah, dan 92.246 kuota jamaah haji regular. Sementara, haji khusus terdiri dari 562 kuota petugas haji dan 6.664 kuota jamaah haji khusus 1443 H/2022 M.

“Tambahan kuota haji plus Indonesia belum ada lagi. Tahun ini untuk haji plus kuota di bawah angka 7 ribu. Sedangkan dulu hampir 18 ribu, atau hanya sepertiganya saja dari kuota sebelum pandemi. Itu pun harus dibagi ke travel lain,” ungkap Bachtiar.

Tetap mematuhi protokol kesehatan, jamaah haji khusus wajib menyerahkan hasil polymerase chain reaction (PCR) negatif Covid-19 dalam waktu 72 jam atau 3 hari, sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

“Alhamdulillah hampir seluruh jamaah haji khusus yang berangkat telah mendapatkan vaksin booster. Kalaupun ada jamaah yang belum siap berangkat, maka nomor porsi di bawahnya yang berangkat. Kami harapkan jamaah juga bisa mematuhi segala ketentuan selama menjalani ibadah di Arab Saudi,” pesannya.

Diketahui, beberapa persyaratan keberangkatan haji 2022 setelah tertunda selama dua tahun memang mengalami perubahan. Termasuk soal batasan usia jamaah haji yang boleh berangkat. Dalam peraturan tersebut disebutkan, keberangkatan jamaah haji berusia di bawah 65 tahun.

Teradang usia, Kepala Cabang NRA Group Balikpapan Suryanti mengatakan, sebenarnya banyak calon jamaah haji plus di atas usia 65 yang telah masuk waiting list. Tertunda kembali calon jamaah haji mesti legawa, diharapkan tahun depan kuota haji sudah kembali normal.

Meski kuota masih terbatas, perempuan yang akrab disapa Yanti itu tetap bersyukur, karena masih bisa memberangkatkan 15 jamaah haji plus. Sebelum pandemi, dia berkata jamaah haji plus NRA Travel and Tour asal Balikpapan bisa mencapai 30-40 orang. “Masih ada 17 calon jamaah lagi yang masuk waiting list. Semestinya mereka bisa berangkat, kalau kuota yang diberikan seperti dulu,” tuturnya.

Diakui, biaya perjalanan ibadah haji maupun umrah pada masa sekarang mengalami kenaikan. Sebab budget yang dikeluarkan juga membengkak. Mulai biaya tiket penerbangan, hotel, hingga akomodasi lainnya di Tanah Suci pun bertambah.

“Sebelum 2019 itu, biaya perjalanan ibadah haji plus paling tinggi seharga Rp 150 juta. Tetapi sekarang, sudah naik karena kondisi harga akomodasi maupun yang lain-lain ikut naik. Sekarang biaya ibadah haji plus di kisaran Rp 150 juta sampai Rp 170 juta,” urainya.

Pada 2023, Covid-19 sudah tidak lagi mengganggu segala sektor perekonomian. Para peminat atau calon jamaah sudah tidak lagi merasa waswas atau ketakutan untuk bepergian. Biaya akomodasi maupun harga barang-barang bisa kembali normal. Agar pertumbuhan ekonomi secara positif terjadi. Tidak hanya di Arab Saudi tapi juga seluruh dunia, terlebih di Indonesia.

“Teman-teman travel tentu berharap tahun depan, pelaksanaan haji dan umrah bisa kembali lebih semarak. Kuota jamaah bagi Indonesia meningkat, karena negara kita yang mendominasi jamaah haji dunia,” pungkasnya. (rom/k16/JPG)

Musim Haji Tiba, Daftar Tunggu Tetap Lama

Bulan ini menjadi momen yang paling ditunggu calon haji (calhaj). Sesuai jadwal, kemarin (4/6) menjadi gelombang pemberangkatan pertama. Indonesia mendapatkan kuota dari Pemerintah Arab Saudi sebanyak 100.051 jamaah.

Peliput: M RIDHUAN & ULIL MUA’WANNAH, Kalimantan Timur

DUA tahun Indonesia tidak mengirim jamaah haji. Penyebabnya, Pemerintah Arab Saudi menutup pintu jamaah dari luar negeri. Kini momen itu kembali bisa dirasakan. Di Kaltim, persiapan pun telah dilakukan.

Benua Etam mendapat jatah 1.174 jamaah ditambah 16 petugas. Terdiri dari empat kloter. Namun, dua kloter akan bergabung dengan provinsi lainnya. Rencananya, kloter pertama Kaltim akan berangkat pada 22 Juni. Totalnya 360 calhaj termasuk empat petugas. Di mana saat ini penyelenggara sedang memproses visa calhaj.

“Kami lagi tunggu itu (visa) dari Arab Saudi. Semoga semua berjalan lancar,” ungkap Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama Kaltim Ahmad Ridani, Kamis (2/6).

Ridani menyebut, sebelum pemberangkatan, pada 21 Juni akan dilakukan pemantapan di Embarkasi Haji Balikpapan. Melibatkan seluruh instansi terkait. Tidak hanya di Kaltim, namun juga Kaltara. Itu untuk mencegah gagalnya keberangkatan karena dinamika aturan yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.

Namun untuk sementara, Kemenag Kaltim disebut sudah memastikan aturan telah dipenuhi oleh calhaj. “Terkini hanya soal aturan swab PCR (polymerase chain reaction). Jadi selain vaksin lengkap, calon jamaah wajib menyertakan hasil PCR negatif Covid-19, 72 jam sebelum terbang,” ujarnya.

Jika ada calhaj yang dinyatakan positif Covid-19, diwajibkan menjalani karantina sesuai aturan protokol kesehatan. Dan dibolehkan berangkat setelah sembuh atau dinyatakan negatif Covid-19 dengan ikut kloter berikutnya. Namun, kesempatan berangkat akan hilang jika kloter terakhir sudah berangkat. “Artinya selama masih ada kloter yang belum berangkat, calon jamaah bisa ikut. Kalau tidak ada, ya ditunda,” jelasnya.

Terkait biaya, seperti yang sudah diketahui, Ridani menegaskan, calhaj tidak akan dibebankan biaya tambahan. Memang sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengusulkan tambahan Rp 1,5 triliun biaya haji disebabkan aturan baru dari Arab Saudi.

Terkait paket layanan di masyair, baik Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebesar Rp 1,463 triliun. Selain itu, ada kekurangan biaya masyair petugas haji daerah (PHD) dan pembimbing Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) sekitar Rp 9,187 miliar.

“Jadi tidak ada beban tambahan kepada calon jamaah. Semua ditanggung pemerintah. Jika normalnya dengan tambahan itu biaya haji di Balikpapan saja Rp 95 jutaan, tapi dengan adanya subsidi, biayanya Rp 42 jutaan saja untuk pelunasan,” beber Ridani.

Pada musim haji tahun ini, penyelenggara pun meminta calhaj untuk menyiapkan fisik dan mental. Pasalnya, saat ini Arab Saudi tengah memasuki musim panas. Di Makkah, jika sore selepas asar, suhu bisa mencapai 35 derajat Celcius.

Sementara di Madinah, suhu bisa mencapai 45-47 derajat Celcius. Untuk itu penyelenggara meminta kepada calon jamaah tidak beraktivitas di luar ruangan kecuali menjalankan ibadah yang wajib dan menjadi rukun haji.

“Berkaitan dengan masih adanya waktu, tolong kepada calon jamaah khususnya di Kaltim belajar dan memperdalam manasik dengan baik. Jangan sampai merepotkan petugas,” ungkapnya.

Ridani menyebut, saat ini daftar tunggu haji di Kaltim mencapai 76 ribu. Dengan kuota normal, mereka yang baru mendaftar tahun ini harus menunggu 30 tahun ke depan agar bisa berangkat haji. Tetapi jika kuota yang ada saat ini, masa tunggu mencapai 60 tahun lebih. “Kalau kuota normalnya (sebelum pandemi) Kaltim itu 2.586 orang. Jadi kami harap kuota ini bisa kembali bahkan ditambah,” lanjutnya.

Ke depan, Ridani menyebut akan ada perubahan terkait sistem pendaftaran. Bila sebelumnya calhaj datang langsung ke kantor Kementerian Agama, nanti sistemnya bisa juga secara online. Menggunakan aplikasi Haji Pintar. Jadi calon jamaah cukup mendaftar lewat ponsel. Itu disebut bisa menghemat biaya perjalanan mereka yang jauh dari kantor Kementerian Agama.

“Di sisi pembinaan petugas kami juga tingkatkan. Ada sertifikasi pembimbing ibadah haji. Jadi petugas itu sebelumnya harus menjalani pendidikan dan pelatihan. Jadi petugas akan lebih siap dan mampu. Sehingga pelaksanaan haji lebih lancar, aman, dan tertib,” jelasnya.

JADI KABAR GEMBIRA

Dibukanya kembali pintu ibadah haji dan umrah disambut gembira bagi para pengusaha penyelenggara perjalanan ibadah umrah/haji (PPIU/PPIH). Akhirnya punya jamaah, punya finansial, “punya” pesawat hingga punya kemampuan bergerak setelah dua tahun zero income. “Alhamdulillah, perusahaan ibadah haji dan umrah bisa dikatakan riang gembira,” kata Ketua Forum Travel Umrah Balikpapan Achmad Saifudin, Jumat (3/6).

Saifudin menyebut, sejak Pemerintah Arab Saudi mengizinkan warga negara Indonesia (WNI) boleh masuk Tanah Suci, perusahaan travel haji dan umrah “kebanjiran” calon jamaah. Dimulai pada Februari lalu, di mana dirinya merasakan sendiri membeludaknya pendaftaran calon jamaah umrah. “Ibarat sungai yang dibendung, begitu dibuka langsung deras. Begitu kerinduan umat muslim untuk bisa ke Tanah Suci,” ucapnya.

Dirinya mengungkapkan, sebenarnya tahun lalu asosiasi PPIU/PPIH sudah berusaha mencari jalan agar bisa memberangkatkan calhaj dan umrah. Informasi dikumpulkan dari kedua belah pihak. Indonesia dan Arab Saudi. Di sisi lain, selalu memperbarui data dan kesiapan perusahaan agar selalu siap jika pintu haji dan umrah dibuka.

Baca Juga :  Ada Budaya Injak Piring, Ironisnya Piring Didatangkan dari Luar

“Jadi begitu Arab Saudi membuka pintu, dan Pemerintah Indonesia umumkan lalu bertanya ke asosiasi, siap tidak (berangkatkan calon jamaah)? Kami langsung menyatakan sudah siap,” ucapnya.

Meski saat itu peraturan menteri agama terkait one gate system, di mana semua penerbangan keberangkatan umrah melalui Jakarta, Saifudin menjelaskan asosiasi tidak keberatan. Karena momen yang paling dinanti itu menjadi awal mula gairah para pengusaha penyelenggara perjalanan haji dan umrah.

“Meski saat awal-awal itu banyak aturan sebelum berangkat, tapi kami jalani. Banyak kendala khususnya di protokol kesehatan, akomodasi, dan hotel yang sudah ditentukan pihak airline sebelum berangkat,” jelasnya.

Pemilik PT Wisata Pahala Utama itu menjelaskan, dalam perjalanan waktu, pada Maret dirinya mendapat informasi dari jamaah umrah yang diberangkatkan perusahaannya. Pemerintah Arab Saudi mencabut sejumlah aturan terkait protokol kesehatan. Seperti karantina dan PCR. Hal itu memudahkan jamaah untuk bisa berangkat dan pulang. Termasuk meringankan biaya-biaya tersebut. “Informasinya di Arab Saudi sudah tidak karantina dan PCR. Boleh buka masker dan saf salat juga sudah dirapatkan,” ujarnya.

Sejak ibadah haji dan umrah dibuka, pihaknya masih menghadapi kendala di akomodasi dan hotel. Sulit mencari penerbangan akibat membeludaknya animo calon jamaah hingga 10 kali lipat. Di Arab Saudi pun, banyak hotel langganan yang belum buka. Sehingga, pihak penyelenggara harus mencari hotel baru dengan biaya yang disesuaikan. “Kami pun memutuskan hanya memberangkatkan calon jamaah yang tertunda dan mampu menambah biaya,” sebutnya.

Penambahan biaya disebutnya bukan sebagai keuntungan penyelenggara. Namun memang, di Arab Saudi ada peningkatan biaya, mulai menjalankan protokol kesehatan hingga akomodasi dan pengurusan visa yang kini menggunakan sistem booking references number (BRN). Nilainya rata-rata USD 27.

“Tak hanya dari luar negeri, warga lokal Arab Saudi pun, kalau mau haji bayar masyair. Memang semua ada perubahan utamanya soal biaya,” ungkapnya.

Disebutnya, musim haji tahun ini lebih ketat. Semua tempat yang menjadi pintu dan keluar masuk jamaah haji dipasang QR code. Artinya, jamaah wajib memiliki penanda untuk di-scan sebelum masuk dan keluar tempat-tempat yang dikunjungi selama haji dan umrah. “Jadi sekarang semua terpantau dan ketat. Dan bagi kami ini akan lebih tertib,” sambungnya.

Di dalam negeri pun, Saifudin menyebut bakal ada perubahan di sisi kerja sama bisnis antara penyelenggara/travel dengan pihak penerbangan. Airline akan menggunakan tangan kedua untuk menjual tiket. Sehingga pihaknya tidak lagi langsung bisa melakukan block seat ke airline. “Insyaallah Agustus nanti jalan,” lanjutnya.

Untuk diketahui, tahun ini Arab Saudi hanya mengeluarkan izin untuk 1 juta jamaah di seluruh dunia. Berbanding dari 2019 lalu sebesar 2 juta jamaah. Di Indonesia, dengan kondisi kuota calhaj tahun ini, permintaan berangkat umrah melonjak. Saifudin menyebut, tidak hanya umrah, mereka yang mampu disebut juga akhirnya memilih haji furoda. Mengingat daftar tunggu yang terlampau lama.

“Data di travel saya, yang harusnya berangkat (haji) tahun ini tidak bisa berangkat. Alasan salah satunya karena usia. Karena kita tahu Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan aturan bagi calon jamaah yang boleh berangkat maksimal berusia 65 tahun. Jadi kami berharap ada perubahan aturan ini,” ungkapnya.

Soal biaya, Saifudin merata-rata terjadi peningkatan untuk umrah mencapai Rp 5 juta. Misal sebelumnya Rp 25-26 juta, kini Rp 31-32 juta. Penambahan itu karena masih terbatasnya penerbangan, peningkatan harga tiket hingga Rp 2 juta, BRN, hingga biaya hotel di Arab Saudi.

Pun jumlah pembelian seat yang meningkat. Di mana minimal sekali terbang 35 kursi. Berbeda pada sebelum pandemi, minimal perusahaan bisa block seat minimal 20 kursi. “Kalau haji furoda itu peningkatan biayanya variatif. Sekarang dijual dari Rp 200-250 juta. Bahkan informasi yang saya terima sampai Rp 500 juta,” sebutnya.

UTAMAKAN BELUM BERHAJI

Diplomasi yang berjalan lancar antara Pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi akhirnya memberikan kesempatan bagi 100.051 calhaj Indonesia bisa berangkat haji tahun ini. Separuh dari kuota yang diberikan sebelum pandemi yang mencapai 200 ribu lebih.

Dekan Fakultas Syariah UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Bambang Iswanto menyebut, dibukanya pintu haji tahun ini sebagai kabar baik dan patut disyukuri di tengah belum pulihnya dunia dari pandemi Covid-19. Apalagi dengan kultur masyarakat Islam Indonesia yang punya semangat haji yang tinggi. “Dengan persiapan yang singkat, ini menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk memaksimalkan persiapan haji,” ujar Iswanto, Jumat (3/6).

Bagi calhaj, kondisi itu harus dihadapi dengan ekstra. Artinya, calhaj tidak harus selalu bergantung penuh kepada petugas saat berada di Tanah Suci. Apalagi dengan kondisi musim panas di Arab Saudi, calhaj harus mempersiapkan kesehatan fisik selama menjalani ibadah haji. “Kerinduan yang besar untuk bisa berangkat haji harus dibarengi dengan kesiapan yang matang,” lanjutnya.

Iswanto sepakat, dengan masih berkurangnya kuota haji, penyelenggara sebaiknya lebih memprioritaskan calhaj yang baru pertama kali berangkat. Karena dengan daftar tunggu yang panjang, dan pembatasan usia, sangat kecil kemungkinan bagi calhaj yang sudah lanjut usia bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.

Baca Juga :  Dari Belanda, Ajak Generasi Muda Papua Untuk Berprestasi Dengan Hal Positif

“Kewajiban haji ‘kan hanya sekali. Jadi kami berharap mereka yang sudah pernah menunaikan haji bisa memberikan kesempatan kepada yang belum. Tentu ini menjadi sikap yang mulia,” ungkapnya.

Di sisi lain, ada harapan diplomasi yang bisa terus dibangun untuk meningkatkan kuota haji Indonesia. Karena selama vakum dua tahun sejak pandemi, tentu terjadi peningkatan jumlah daftar tunggu dan jamaah yang mendaftar. Sehingga diupayakan peningkatan itu mampu mengurangi beban tersebut. Jangan sampai, keinginan berangkat haji pupus akibat terlalu lamanya masa keberangkatan. “Harus rasional daftar tunggunya,” sebutnya.

Adapun layanan perjalanan ibadah haji plus banyak dipilih agar langsung dapat nomor porsi. Tanpa perlu menunggu waktu bertahun-tahun. Berbeda memang dengan haji regular. Namun, di tengah situasi saat ini, kuota haji yang diperoleh Indonesia cukup terbatas. Begitu pun dengan kuota haji plus.    

Diungkapkan Tim Operasional PT Nur Rima Al-Waali (NRA) Group Indonesia Andi Bachtiar Gani, tahun ini, NRA Group yang menaungi empat bendera penyelenggara perjalanan ibadah haji dan umrah di Indonesia yakni NRA, Aruna, MKU, dan BSA hanya kebagian 155 kuota jamaah haji plus. “Apakah akhir Juni atau awal bulan Juli mendatang kami masih menunggu dari pusat, yang pasti tidak melewati waktu Dzulhijjah,” tuturnya.

Total kuota haji tahun ini yang diberikan Pemerintah Arab Saudi untuk Indonesia mencapai 100.051 orang. Kementerian Agama (Kemenag) pun telah menetapkan, sebaran kuota haji 2022 lewat Keputusan Menteri Agama Nomor 405 Tahun 2022.

Keputusan yang diteken Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 22 April lalu, tak hanya jadi pedoman bagi direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, tapi juga bagi penyelenggara perjalanan ibadah haji khusus.

Di mana, kuota 100.051 diberikan kepada 92.825 jamaah haji regular dan 7.226 orang jamaah haji khusus. Rinciannya, jamaah haji regular tersebut terdiri dari 114 kuota pembimbing dari unsur kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah, 465 kuota petugas haji daerah, dan 92.246 kuota jamaah haji regular. Sementara, haji khusus terdiri dari 562 kuota petugas haji dan 6.664 kuota jamaah haji khusus 1443 H/2022 M.

“Tambahan kuota haji plus Indonesia belum ada lagi. Tahun ini untuk haji plus kuota di bawah angka 7 ribu. Sedangkan dulu hampir 18 ribu, atau hanya sepertiganya saja dari kuota sebelum pandemi. Itu pun harus dibagi ke travel lain,” ungkap Bachtiar.

Tetap mematuhi protokol kesehatan, jamaah haji khusus wajib menyerahkan hasil polymerase chain reaction (PCR) negatif Covid-19 dalam waktu 72 jam atau 3 hari, sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

“Alhamdulillah hampir seluruh jamaah haji khusus yang berangkat telah mendapatkan vaksin booster. Kalaupun ada jamaah yang belum siap berangkat, maka nomor porsi di bawahnya yang berangkat. Kami harapkan jamaah juga bisa mematuhi segala ketentuan selama menjalani ibadah di Arab Saudi,” pesannya.

Diketahui, beberapa persyaratan keberangkatan haji 2022 setelah tertunda selama dua tahun memang mengalami perubahan. Termasuk soal batasan usia jamaah haji yang boleh berangkat. Dalam peraturan tersebut disebutkan, keberangkatan jamaah haji berusia di bawah 65 tahun.

Teradang usia, Kepala Cabang NRA Group Balikpapan Suryanti mengatakan, sebenarnya banyak calon jamaah haji plus di atas usia 65 yang telah masuk waiting list. Tertunda kembali calon jamaah haji mesti legawa, diharapkan tahun depan kuota haji sudah kembali normal.

Meski kuota masih terbatas, perempuan yang akrab disapa Yanti itu tetap bersyukur, karena masih bisa memberangkatkan 15 jamaah haji plus. Sebelum pandemi, dia berkata jamaah haji plus NRA Travel and Tour asal Balikpapan bisa mencapai 30-40 orang. “Masih ada 17 calon jamaah lagi yang masuk waiting list. Semestinya mereka bisa berangkat, kalau kuota yang diberikan seperti dulu,” tuturnya.

Diakui, biaya perjalanan ibadah haji maupun umrah pada masa sekarang mengalami kenaikan. Sebab budget yang dikeluarkan juga membengkak. Mulai biaya tiket penerbangan, hotel, hingga akomodasi lainnya di Tanah Suci pun bertambah.

“Sebelum 2019 itu, biaya perjalanan ibadah haji plus paling tinggi seharga Rp 150 juta. Tetapi sekarang, sudah naik karena kondisi harga akomodasi maupun yang lain-lain ikut naik. Sekarang biaya ibadah haji plus di kisaran Rp 150 juta sampai Rp 170 juta,” urainya.

Pada 2023, Covid-19 sudah tidak lagi mengganggu segala sektor perekonomian. Para peminat atau calon jamaah sudah tidak lagi merasa waswas atau ketakutan untuk bepergian. Biaya akomodasi maupun harga barang-barang bisa kembali normal. Agar pertumbuhan ekonomi secara positif terjadi. Tidak hanya di Arab Saudi tapi juga seluruh dunia, terlebih di Indonesia.

“Teman-teman travel tentu berharap tahun depan, pelaksanaan haji dan umrah bisa kembali lebih semarak. Kuota jamaah bagi Indonesia meningkat, karena negara kita yang mendominasi jamaah haji dunia,” pungkasnya. (rom/k16/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya